Kanselir Jerman akan Membahas Masalah Bantuan Drone Militer oleh Tiongkok kepada Rusia dengan Xi Jinping

EtIndonesia. Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Senin (18/11) menyatakan bahwa dia akan membahas isu pengiriman barang militer dual-use (fungsi ganda) oleh Tiongkok dalam pertemuannya dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada KTT G20. Hal ini terkait dengan laporan bahwa sebuah pabrik Tiongkok diduga memproduksi drone militer untuk Rusia.

Menurut laporan Reuters pada hari yang sama, sebuah badan intelijen Eropa pada September lalu telah merilis laporan yang mengungkapkan bahwa Rusia telah menyusun rencana di Tiongkok untuk mengembangkan dan memproduksi drone serang jarak jauh yang akan digunakan dalam perang di Ukraina.

Sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022, Uni Eropa telah berulang kali menyerukan kepada semua negara, termasuk Tiongkok, untuk tidak memberikan bantuan atau dukungan apa pun kepada Rusia.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock pada hari Senin menegaskan bahwa dukungan Tiongkok berupa drone untuk Rusia “pasti akan membawa konsekuensi.”

Ketika Scholz ditanya apakah dia setuju dengan pandangan menteri luar negerinya dan apakah dia akan membahas masalah ini dengan Xi Jinping, dia mengatakan bahwa dirinya selalu mengingatkan agar tidak memberikan senjata mematikan kepada Rusia. Dia menambahkan bahwa dalam pembicaraannya dengan Xi, dia akan membahas produk berfungsi ganda (militer dan sipil) tersebut.

“Saya selalu menangani masalah apa yang disebut sebagai barang dual-use, karena ada berbagai pendekatan terhadap hal ini, tetapi kita tidak boleh naif,” ujar Scholz. Dia juga menyatakan akan memperingatkan Xi Jinping bahwa pengerahan tentara Korea Utara dalam perang Ukraina tidak dapat diterima, menyebutnya sebagai “perubahan yang mengerikan.”

Saat ditanya tentang keputusan Amerika Serikat yang mengizinkan Ukraina melakukan serangan jarak jauh ke Rusia, Scholz menegaskan bahwa Jerman tidak akan mengikuti langkah tersebut dan tidak akan menyediakan rudal jelajah Taurus jarak jauh kepada Ukraina.

Dia menjelaskan bahwa penggunaan rudal Taurus hanya mungkin dilakukan jika Jerman turut bertanggung jawab atas kontrol targetnya, yang secara tidak langsung menjadikan Jerman sebagai pihak dalam perang, sesuatu yang “tidak ingin dan tidak dapat saya lakukan.”

Dia menambahkan: “Pada saat yang sama, kita memahami dengan jelas bahwa senjata kuat yang telah kita berikan sejauh ini… tidak boleh digunakan untuk menyerang lebih jauh ke dalam wilayah Rusia.” 

Scholz juga menyebut bahwa sejak perang Rusia-Ukraina dimulai, dia telah membuat pengecualian untuk Kharkiv, Ukraina timur laut, yang menjadi target serangan dari perbatasan Rusia yang berdekatan.(jhn/yn)