EtIndonesia. Serangan rudal jarak jauh oleh militer Ukraina terhadap wilayah Rusia terus berlanjut tanpa henti, menargetkan berbagai fasilitas strategis dan militer di daerah tersebut. Dalam beberapa minggu terakhir, serangan ini telah menimbulkan kerusakan signifikan dan menambah ketegangan di kawasan tersebut.
Serangan Terbaru dan Penggunaan Rudal Storm Shadow
Setelah menghancurkan gudang amunisi di Bilyarsk, militer Ukraina melanjutkan serangan dengan menghancurkan pabrik militer di Belgorod. Serangan ini menandai pelanggaran serius terhadap batas merah yang sebelumnya ditetapkan.
Untuk pertama kalinya, Ukraina menggunakan rudal Storm Shadow buatan Inggris untuk menyerang daratan Rusia, menghancurkan markas komando bawah tanah militer Rusia di Kursk. Rudal tersebut berhasil mengenai target utama, menyebabkan ledakan besar dan kebakaran yang meluas.
Penyerangan di Kursk dan Respon Militer Ukraina
Brigade Gunung Berat ke-17 dari militer Ukraina memasuki medan pertempuran di Kursk selama 108 hari terakhir. Setelah pertempuran sengit, mereka berhasil merebut kembali beberapa pemukiman seperti Novy Sorochina, Olrova, dan Pogrebyuki, serta menguasai wilayah seluas empat kilometer persegi di tepi timur Sungai Gnass. Penempatan Brigade Gunung Berat ini mempercepat serangan balik Ukraina, membuat pasukan Rusia kesulitan untuk melakukan kemajuan lebih lanjut.
Di wilayah timur Ukraina, pasukan Rusia gagal melakukan penetrasi lebih jauh karena penggunaan ranjau pintar oleh militer Ukraina. Ranju-junai ini, yang meledak secara berulang, membuat pasukan Rusia enggan untuk maju, menghambat operasi mereka di medan perang.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, telah menyetujui bantuan ranjau anti-infantry kepada Ukraina, yang akan diproduksi sepanjang tahun ini. Ukraina berencana untuk memproduksi 3.000 rudal dan 30.000 drone pada tahun depan sebagai bagian dari upaya mereka untuk memperkuat kapasitas pertahanan.
Kehilangan dan Penahanan Pasukan Rusia
Brigade Serangan ke-225 militer Ukraina melakukan serangan di Kolozhinitsa, menghancurkan dua regu serangan militer Rusia dan melukai 130 tentara Rusia. Pasukan Rusia yang terjebak di daerah rawa dan pos isolasi dekat Kolozhinitsa kini menghadapi situasi kritis tanpa pasokan yang memadai, dengan lebih dari 100 tentara terjebak dan minim harapan untuk melarikan diri.
Di front Kursk dalam 48 jam terakhir, Brigade 95 udara militer Ukraina melakukan serangan balik yang berhasil menghilangkan lebih dari 100 musuh dan menghancurkan 28 peralatan militer Rusia. Pasukan khusus Ukraina juga berhasil memasuki belakang musuh, menghilangkan 14 tentara Rusia dan menangkap tiga tawanan. Meskipun demikian, laporan mengenai pembantaian tawanan perang oleh pasukan Rusia di wilayah Kursk kembali muncul, menggambarkan situasi yang semakin brutal di medan perang.
Penggunaan Ranjau Pintar dan Dukungan Militer dari Barat
Militer Ukraina semakin mengandalkan ranjau pintar untuk menghalau pasukan Rusia. Mantan Letnan Kolonel Roman Svetan, seorang pelatih militer Ukraina, melaporkan bahwa penggunaan ranjau pintar ini sangat efektif dalam menghambat kemajuan pasukan musuh. Ranjau ini dapat dipasang dengan cepat dan dihancurkan secara otomatis ketika pasukan Rusia mendekat, memaksa mereka terjebak dalam jebakan tanpa jalan keluar.
Pada 19 November 2024, Presiden Biden memberikan otorisasi kepada Ukraina untuk menggunakan ranjau anti-infantry M18II dari Amerika Serikat. Meskipun ada kekhawatiran internasional mengenai dampak jangka panjang pada warga sipil, Ukraina berjanji untuk tidak menempatkan ranjau di daerah padat penduduk. Bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pertahanan Ukraina di garis depan.
Serangan di Belgorod dan Wilayah Lainnya
Pada 20 November 2024, militer Ukraina berhasil menghancurkan pabrik militer di Belgorod dengan meluncurkan 45 drone dan satu rudal jarak jauh yang mengenai target secara akurat. Pabrik militer ini, yang sebelumnya menyamar sebagai perusahaan minyak EFKO, ternyata memproduksi senjata dan amunisi untuk militer Rusia. Selain Belgorod, serangan juga terjadi di Voronezh, Oryol, Kursk, Rostov, Volgograd, dan Krasnodar, menimbulkan kerusakan besar pada berbagai fasilitas militer Rusia.
Ancaman Penggunaan Senjata Nuklir oleh Rusia
Dalam respons terhadap peningkatan serangan Ukraina, Rusia telah memperbarui kebijakan pencegahan senjata nuklirnya. Kebijakan baru ini memungkinkan Rusia untuk menggunakan senjata nuklir tidak hanya jika diserang secara besar-besaran, tetapi juga jika negara non-nuklir mendukung invasi Rusia atau jika terjadi serangan senjata ruang angkasa yang melewati perbatasan Rusia. Kremlin menegaskan bahwa penggunaan rudal non-nuklir oleh Ukraina dapat memicu respons nuklir sebagai balasan.
Negosiasi Perdamaian dan Prospek Masa Depan
Meskipun konflik terus berlanjut, ada indikasi bahwa Rusia bersedia untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat mengenai perang Ukraina. Menurut laporan Reuters, Presiden Putin siap menerima syarat gencatan senjata yang diusulkan oleh presiden terpilih AS, Donald Trump. Negosiasi ini diperkirakan akan dimulai pada tahun 2025, dengan hasil yang mungkin mencakup pembekuan garis depan dan pengakuan wilayah yang telah dikuasai oleh Rusia.
Namun, pandangan ini masih mendapat perdebatan. Beberapa netizen mengusulkan bahwa Rusia harus menerima kehilangan sebagian wilayahnya, termasuk Krimea dan Donbass, serta Ukraina bergabung dengan NATO sebagai bagian dari penyelesaian konflik. Meskipun ideal, solusi ini dianggap kurang realistis oleh sebagian pihak.
Kesimpulan
Konflik antara Rusia dan Ukraina terus berlangsung dengan intensitas yang tinggi. Militer Ukraina menunjukkan kemampuan untuk melakukan serangan jarak jauh yang efektif, sementara Rusia menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan wilayahnya. Dengan dukungan militer dari Barat dan peningkatan kapasitas produksi senjata, Ukraina berupaya memperkuat pertahanan dan meningkatkan efektivitas serangannya. Sementara itu, ancaman penggunaan senjata nuklir oleh Rusia menambah kompleksitas konflik ini, menjadikan situasi semakin tegang dan penuh ketidakpastian.
Komentar dan Pendapat
Perkembangan terbaru dalam konflik ini menunjukkan dinamika yang terus berubah di medan perang dan politik internasional. Apakah negosiasi perdamaian akan mampu mengakhiri konflik ini, atau apakah eskalasi lebih lanjut akan terjadi, masih menjadi pertanyaan utama. Masyarakat internasional terus memantau situasi dengan cermat, berharap untuk solusi yang dapat membawa perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.