ETIndonesia. Ketegangan di Timur Tengah mencapai puncaknya pada akhir November, dengan serangkaian serangan besar-besaran yang melibatkan Israel, Hizbullah, dan Iran. Situasi semakin memanas dengan keterlibatan Amerika Serikat yang dipimpin oleh Presiden Donald Trump dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza, bertujuan untuk memastikan kembalinya warga sipil yang ditahan ke rumah mereka.
Serangan Israel ke Beirut dan Balasan Hizbullah
Pada 23 November 2024, Israel melancarkan serangan intensif ke pusat kota Beirut, ibu kota Lebanon. Serangan ini menjadi salah satu yang paling mematikan, dengan Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan 84 korban jiwa. Serangan udara tersebut menghancurkan berbagai infrastruktur penting dan menimbulkan kepanikan di kalangan penduduk setempat.
Sehari setelah serangan Israel, Hizbullah merespons dengan melancarkan serangan ke wilayah Tel Aviv dan Haifa di Israel. Menurut laporan Reuters pada 24 November 2024, Hizbullah menembakkan sebanyak 240 roket ke arah Israel, termasuk serangan terhadap dua pangkalan militer di sekitar Tel Aviv. Meski banyak roket berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel, serangan tersebut tetap menyebabkan kerusakan dan setidaknya empat orang terluka akibat serpihan roket yang menghantam kawasan perumahan, memicu kebakaran hebat dan kehancuran.
Iran Siap Melancarkan Serangan Lagi
Keterlibatan Iran dalam konflik ini semakin mengkhawatirkan. Pada 24 November 2024, Penasihat senior pemimpin tertinggi Iran, Ali Larijanimenyatakan kesiapan Iran untuk melakukan serangan lagi terhadap Israel. Beberapa minggu sebelumnya, Iran telah meluncurkan sekitar 200 rudal balistik ke Israel, dan pada 26 Oktober, pesawat tempur Israel melakukan tiga serangan terhadap target militer Iran.
Seorang penasihat Ayatollah Khamenei dari Iran, menurut laporan Al Jazeera, menyebutkan bahwa pejabat militer Iran sedang menganalisis berbagai strategi untuk menghadapi Israel, dengan menekankan pentingnya presisi dan kerahasiaan dalam setiap langkah mereka.
Keterlibatan Amerika Serikat dan Negosiasi Gencatan Senjata
Di tengah eskalasi ini, Presiden Donald Trump dipersiapkan untuk mengambil peran utama dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza. Setelah kembali menjabat, Trump diharapkan akan mengembalikan sanksi ketat terhadap Iran dan memberikan dukungan penuh kepada Israel.
Karine Jean-Pierre, juru bicara Gedung Putih, menyatakan bahwa Trump akan menjadi representatif utama Amerika Serikat untuk memastikan kembalinya warga sipil yang ditangkap ke rumah mereka.
Presiden Israel, Herzog, telah menyampaikan kepada Trump bahwa pembebasan 101 sandera adalah prioritas utama. Analis intelijen Israel memperkirakan bahwa setengah dari sandera masih hidup, mengejutkan Trump yang sebelumnya mengira sebagian besar telah gugur. Saat ini, terdapat tujuh warga Amerika yang ditangkap, dengan empat di antaranya masih hidup.
Reaksi Internasional dan Pertemuan Menteri Luar Negeri G7
Pada 24 November 2024, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, tiba di Roma untuk menghadiri pertemuan menteri luar negeri G7 yang dijadwalkan minggu depan. Pertemuan ini akan membahas berbagai isu global panas, termasuk perang Rusia-Ukraina, situasi di Timur Tengah, dan keamanan Selat Taiwan.
Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Blinken bersama menteri luar negeri G7 lainnya akan mencari solusi global untuk tantangan keamanan internasional yang berkelanjutan.
Agenda utama akan mencakup perang Rusia-Ukraina, di mana negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi ekonomi keras terhadap Rusia dan meningkatkan dukungan kepada Ukraina. Selain itu, bantuan dan rekonstruksi di Gaza akan menjadi fokus penting, dengan kehadiran beberapa menteri luar negeri negara Arab untuk mendiskusikan bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut.
Tindakan militer Hizbullah yang didukung Iran di selatan Lebanon juga akan menjadi agenda penting dalam pertemuan ini. Pejabat Amerika menyatakan bahwa Blinken dan menteri luar negeri lainnya akan membahas strategi untuk mendorong semua pihak mencapai kesepakatan gencatan senjata dan meredakan eskalasi konflik di wilayah tersebut.
Di kawasan Asia-Pasifik, keamanan Selat Taiwan juga akan menjadi fokus utama, mengingat peningkatan kehadiran militer dan ancaman dari Tiongkok di wilayah tersebut. Negara-negara anggota G7 menekankan pentingnya kerja sama dengan sekutu-sekutunya dan menentang keras setiap upaya perubahan sepihak status quo di Selat Taiwan, berupaya menjaga perdamaian dan stabilitas regional melalui upaya diplomatik.
Tanggapan Domestik Amerika Serikat terhadap ICC
Pada 21 November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) memerintahkan penangkapan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan, Gallant, atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dan perang.
Menanggapi keputusan ini, senator Partai Republik Amerika Serikat, Lindsey Graham dan Mike Cotton, mulai merancang sanksi terhadap ICC. Pada 24 November 2024, Graham menyatakan di Fox News bahwa jika sekutu seperti Kanada, Inggris, Jerman, dan Prancis mencoba membantu ICC, mereka akan dikenakan sanksi ekonomi.
Situasi ini menambah kompleksitas hubungan internasional dan mempertegas ketegangan antara Amerika Serikat dengan sekutu-sekutu tradisionalnya dalam menangani konflik di Timur Tengah.
Kesimpulan
Eskalasi konflik di Timur Tengah ini menunjukkan dinamika yang semakin rumit dan berbahaya, dengan berbagai aktor regional dan internasional terlibat dalam pertikaian yang dapat memiliki dampak luas terhadap stabilitas global.
Peran aktif Amerika Serikat, terutama melalui negosiasi yang dipimpin oleh Presiden Trump, diharapkan dapat menjadi penentu dalam upaya meredakan ketegangan dan mengembalikan perdamaian di wilayah yang dilanda konflik ini. (kyr)
Sumber : Sound of Hope