Bahkan satu jam screen time per hari secara signifikan meningkatkan risiko rabun jauh, terutama pada anak-anak, menurut sebuah studi terbaru
George Citroner
Sebuah studi baru menunjukkan bahwa bahkan satu jam screen time per hari secara signifikan meningkatkan risiko rabun jauh (myopia), terutama pada anak-anak.
Semakin Lama Screen Time, Semakin Tinggi Risikonya
Para peneliti menemukan bahwa menghabiskan satu jam tambahan per hari (di luar satu jam pertama) untuk menatap layar dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan terkena rabun jauh sebesar 21 persen.
Studi ini menganalisis data dari 45 penelitian berbeda yang melibatkan lebih dari 335.000 peserta untuk menemukan hubungan kompleks antara screen time dan risiko myopia. Analisis ini mengumpulkan data dari berbagai perangkat digital seperti ponsel pintar, tablet, konsol game, komputer, dan televisi, yang secara kolektif disebut sebagai perangkat digital.
Temuan dari tinjauan sistematis dan meta-analisis yang baru-baru ini diterbitkan dalam JAMA Network Open menyoroti kekhawatiran yang semakin meningkat terkait penggunaan layar oleh anak-anak.
“Karena anak-anak semakin banyak menggunakan perangkat pintar sejak usia dini dan menghabiskan lebih banyak waktu di layar digital, ada kebutuhan mendesak untuk lebih memahami hubungan antara waktu layar digital dan myopia,” tulis para peneliti.
Di Amerika Serikat, prevalensi myopia diperkirakan sekitar 42 persen. Di antara anak-anak, sekitar 41 persen di daerah perkotaan dan 16 persen di daerah pedesaan mengalami kondisi ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa screen time harian sebaiknya dibatasi kurang dari satu jam untuk mengurangi risiko berkembangnya rabun jauh.
Melanjutkan Penelitian Sebelumnya
Meta-analisis sebelumnya yang menggabungkan data dari 11 studi dengan 934 peserta menemukan bahwa waktu layar pada perangkat pintar (seperti ponsel pintar atau tablet) berkaitan dengan peningkatan risiko rabun jauh sebesar 26 persen.
Ketika screen time ini dikombinasikan dengan penggunaan komputer, kemungkinan terkena rabun jauh meningkat hingga 77 persen.
Namun, meta-analisis lain yang menganalisis waktu layar berdasarkan kategori perangkat menemukan bahwa penggunaan komputer dan televisi berkaitan dengan rabun jauh, sedangkan penggunaan ponsel pintar tidak demikian.
Para peneliti dalam studi terbaru mencatat bahwa temuan ini menyoroti perlunya investigasi lebih mendalam untuk menentukan ambang batas aman paparan perangkat digital.
Mengapa Risiko Rabun Jauh Meningkat?
Rabun jauh terjadi ketika mata memanjang dari depan ke belakang, menyebabkan cahaya yang masuk ke mata terfokus di depan retina, bukan langsung di atasnya. Hal ini membuat objek yang jauh tampak buram, jelas Dr. Meenal Agarwal, seorang optometris dan pemilik beberapa klinik optometri di Kanada, kepada The Epoch Times.
“Ini memang tampak berlawanan dengan intuisi,” katanya. “Namun teorinya adalah bahwa fokus pada objek dekat dalam waktu lama dapat memberi tekanan pada sistem fokus mata, yang dapat memengaruhi bentuk mata dan menyebabkannya memanjang lebih dari yang seharusnya.”
Ia menambahkan bahwa ini berlaku ketika melihat objek lebih dekat dari 22 inci (sekitar 56 cm) dari wajah.
Saat menatap layar, mata terus-menerus berfokus pada jarak tetap yang biasanya sangat dekat dengan wajah. Hal ini mencegah perpindahan alami antara fokus pada objek dekat dan jauh, yang biasanya terjadi di lingkungan alami. Akibatnya, mata tetap fokus dalam waktu lama, menyebabkan ketegangan pada otot yang bertanggung jawab untuk mengubah fokus mata, dan berpotensi berkontribusi pada rabun jauh karena upaya fokus dekat yang berkepanjangan.
Agarwal juga mengatakan bahwa peningkatan tekanan ini dapat mencegah mata untuk sepenuhnya rileks saat melihat objek yang jauh, yang dapat menyebabkan perubahan dalam pertumbuhan mata dari waktu ke waktu.
Mengurangi Risiko Rabun Jauh
Untuk mengurangi risiko rabun jauh pada anak-anak, Agarwal merekomendasikan agar mereka lebih banyak menghabiskan waktu di luar ruangan.
“Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan cenderung memiliki risiko lebih rendah terkena rabun jauh,” katanya.
“Hal ini disebabkan oleh paparan cahaya alami dan fokus pada objek dengan berbagai jarak, seperti yang kita lakukan saat berada di luar ruangan.”
Agarwal merekomendasikan sekitar dua jam waktu di luar ruangan per hari untuk anak-anak dan orang dewasa guna membantu mencegah atau menunda timbulnya rabun jauh. Ia juga menekankan pentingnya mengurangi aktivitas yang membutuhkan fokus dekat dalam waktu lama serta mengambil jeda saat melakukan aktivitas tersebut.
Untuk mengurangi ketegangan akibat pekerjaan dekat yang berkepanjangan, Agarwal menyarankan untuk mengikuti aturan “20-20-20”, yaitu mengambil jeda selama 20 detik dan melihat sesuatu yang berjarak 20 kaki (sekitar 6 meter) setiap 20 menit.
“Terakhir, jika anak Anda sudah mengalami rabun jauh, pertimbangkan opsi kontrol myopia dengan dokter mata, seperti kacamata khusus, lensa kontak, atau pengobatan dengan tetes mata atropin,” katanya. “Semua metode ini terbukti dapat memperlambat perkembangan rabun jauh.
George Citroner melaporkan tentang kesehatan dan kedokteran, meliput topik-topik yang mencakup kanker, penyakit menular, dan kondisi neurodegeneratif. Dia dianugerahi penghargaan Media Orthopaedic Reporting Excellence (MORE) pada tahun 2020 untuk sebuah cerita tentang risiko osteoporosis pada pria.