Intelijen Finlandia: Aktivitas Mata-mata Tiongkok, Ancaman Serius bagi Keamanan Finlandia

EtIndonesia. Biro Intelijen Keamanan Finlandia (Supo) pada 4 Maret  menggelar konferensi pers dan merilis laporan terbaru mengenai keamanan nasional. Laporan ini memperingatkan agar informasi publik tidak terlalu terbuka demi menghindari potensi serangan terhadap kesehatan dan data genetik melalui publikasi yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, aktivitas mata-mata Tiongkok di Finlandia juga menjadi perhatian serius.

Menurut data Supo, Tiongkok merupakan salah satu negara utama yang menjadi sumber ancaman mata-mata di Finlandia. Kegiatan intelijen Tiongkok mencakup pengumpulan informasi pribadi serta spionase siber, termasuk melalui media sosial.

Ancaman Ganda: Rusia dan Tiongkok

Direktur Supo, Juha Martelius, menjelaskan bahwa selain Tiongkok, Rusia juga aktif melakukan kegiatan intelijen jangka panjang dan pendek di Finlandia.

Kegiatan mata-mata Rusia lebih berfokus pada kebijakan NATO Finlandia, infrastruktur penting, kemampuan pertahanan militer, dan industri pertahanan nasional.

Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa negara-negara otoriter seperti Rusia dan Tiongkok sering menggunakan agen proxy dalam dunia maya untuk menciptakan kebingungan, memperlambat investigasi, dan memperbesar ketidakpastian. Mereka biasanya merekrut agen melalui media sosial dan membayar mereka dengan mata uang kripto, sehingga identitas pemberi kerja sulit dilacak.

Dampak Perang Rusia-Ukraina dan Kolaborasi Rusia-Tiongkok di Kutub Utara

Sejak meletusnya perang Rusia-Ukraina, pengaruh Rusia di Eropa menurun drastis. Sanksi internasional yang dijatuhkan pada Rusia memaksa negara tersebut semakin bergantung pada Tiongkok.

Data Supo menunjukkan adanya peningkatan aktivitas Rusia dan Tiongkok di wilayah Arktik. Kedua negara ini bekerja sama dalam patroli pantai dan proyek energi di wilayah tersebut, dengan Rusia memanfaatkan teknologi dan investasi dari Tiongkok. Kolaborasi ini juga mencakup penelitian bersama di wilayah Kutub Utara.

Militer kedua negara ini bahkan telah melakukan latihan bersama di wilayah laut Finlandia.

Laporan tersebut menekankan pentingnya wilayah Arktik dalam pengembangan, penggunaan, dan deteksi senjata nuklir, serta nilai strategis, komersial, dan teknologinya yang tinggi.

Film Dokumenter Finlandia Ungkap Aktivitas Intelijen di Balik Kedok Jurnalisme

Pada 24 Desember 2024, stasiun penyiaran nasional Finlandia, YLE, menayangkan sebuah film dokumenter berjudul “Mata-Mata/Jurnalis” yang mengejutkan publik Finlandia. Dokumenter yang diproduksi oleh departemen investigasi YLE (MOT) ini mengungkap cara kerja sistem intelijen Tiongkok di negara-negara Nordik.

Pemerintah Finlandia kini tengah mempertimbangkan untuk memperketat sanksi terhadap mata-mata Tiongkok, mengikuti langkah negara tetangga.

Pada 2018, sebuah kasus pengadilan di Swedia secara tak terduga mengungkap identitas seorang agen Tiongkok bernama Zhao Guangjun, yang sebelumnya tinggal di Finlandia selama beberapa tahun. Zhao berperan sebagai jurnalis untuk media resmi Tiongkok, Guangming Daily.

Mata-mata dengan Kedok Jurnalis

Film dokumenter YLE menunjukkan bahwa Zhao Guangjun tiba di Finlandia pada akhir 2011 dan bekerja sebagai koresponden Guangming Daily hingga 2015. Namun, sebenarnya dia adalah seorang perwira intelijen dari Kementerian Keamanan Negara Tiongkok. Zhao dan istrinya tinggal di komunitas elit tepi laut di Helsinki Timur.

Selama bertugas di Finlandia, Zhao hanya menerbitkan sekitar 1-2 artikel per bulan, dengan topik-topik ringan seperti tradisi Natal, hasil pemilu, dan perayaan Hari Kemerdekaan. Jumlah dan kualitas artikelnya sangat sedikit dibandingkan dengan jurnalis profesional pada umumnya, menimbulkan keraguan apakah dia benar-benar bekerja penuh sebagai wartawan.

Jaringan Intelijen di Finlandia dan Swedia

Dalam sebuah kasus spionase di Swedia, seorang mata-mata yang bekerja untuk Tiongkok dinyatakan bersalah atas kegiatan pengawasan komunitas Tibet di Stockholm. Menurut catatan pengadilan, mata-mata ini sering mengunjungi Finlandia antara 2013 hingga 2015.

Setiap kunjungannya ke Helsinki, dia bertemu singkat dengan Zhao Guangjun di restoran atau pusat perbelanjaan. Setelah setiap pertemuan, akun banknya selalu menerima ribuan euro dalam beberapa kali transfer, dengan Zhao sebagai pengirimnya.

Pengadilan juga menemukan bahwa mata-mata Swedia tersebut berhubungan dengan tiga perwira intelijen dari Kementerian Keamanan Negara Tiongkok, salah satunya Zhao Guangjun. Namun, saat kasus ini terbongkar, Zhao sudah kembali ke Tiongkok.

YLE berhasil mengonfirmasi identitas Zhao sebagai perwira intelijen melalui berbagai sumber. Film dokumenter tersebut juga menyoroti bahwa Guangming Daily, sebagai salah satu surat kabar resmi Tiongkok, memiliki jaringan koresponden asing yang kerap dianggap sebagai perpanjangan tangan dinas intelijen Tiongkok.

Pakar Intelijen: Jurnalis sebagai Alat Mata-mata Biasa Dilakukan oleh Tiongkok

Mantan analis Tiongkok di CIA yang kini menjadi kepala Jamestown Foundation, Peter Mattis, dalam film tersebut mengatakan bahwa penggunaan status jurnalis sebagai kedok untuk operasi intelijen merupakan praktik umum bagi Kementerian Keamanan Negara Tiongkok.

Alex Joske, peneliti dan penulis asal Australia, juga sependapat dengan Mattis. Dia memperkirakan secara konservatif bahwa ada sekitar 100 hingga 200 jurnalis di seluruh dunia yang mungkin bekerja untuk badan intelijen Tiongkok.

Kesimpulan: Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Ancaman Intelijen

Laporan Supo dan investigasi dokumenter YLE menjadi peringatan bagi Finlandia dan negara-negara Eropa lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman intelijen dari negara otoriter, khususnya Tiongkok dan Rusia.

Pemerintah Finlandia kini tengah mempertimbangkan langkah-langkah hukum dan kebijakan yang lebih tegas untuk melindungi keamanan nasional, termasuk memperketat pengawasan terhadap kegiatan jurnalis asing yang dicurigai terlibat dalam operasi intelijen.

Kombinasi ancaman siber, penggunaan agen proxy, serta infiltrasi dalam media dan komunitas lokal menunjukkan bagaimana aktor-aktor negara ini berusaha mempengaruhi opini publik dan kebijakan pemerintah di Eropa. (jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS