AS dan Ukraina Akan Bertemu di Arab Saudi Pekan Depan, Dubes Ukraina di Inggris Kritik AS

EtIndonesia. Penangguhan dukungan AS terhadap Ukraina membuat Eropa khawatir. Utusan khusus AS untuk konflik Rusia-Ukraina menyatakan bahwa pemulihan bantuan tergantung pada Presiden Zelenskyy. Sementara itu, utusan khusus Timur Tengah dari mantan Presiden AS, Donald Trump, mengonfirmasi bahwa perwakilan AS dan Ukraina akan bertemu di Arab Saudi pekan depan. Namun, pernyataan Duta Besar Ukraina untuk Inggris memperkeruh prospek dialog antara kedua pihak.

Setelah AS menangguhkan berbagi intelijen dengan Ukraina, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov, yang sedang mengunjungi Berlin pada 6 Maret, mengatakan bahwa mereka belum menerima rincian keputusan AS tersebut. Namun, Ukraina mulai mencari alternatif, termasuk mengajukan permintaan bantuan kepada Jerman.

Menteri Pertahanan Prancis, Sébastien Lecornu, menyatakan bahwa Prancis memiliki sumber daya intelijen yang dapat membantu Ukraina.

Utusan khusus AS untuk konflik Rusia-Ukraina, Keith Kellogg, dalam acara think tank di Washington pada 6 Maret, menyatakan bahwa tanggung jawab ada di tangan Zelenskyy. Ia menekankan bahwa pemulihan dukungan AS tergantung pada tindakan pemerintah Ukraina.

 “Presiden telah dengan jelas menyatakan bahwa dia akan mengambil segala langkah untuk mengakhiri perang ini. Kerja sama dalam sektor mineral penting merupakan bagian utama dari upaya negosiasi dengan Ukraina. Presiden Trump menangani diplomasi melalui pendekatan transaksi, di mana faktor ekonomi menjadi dasar dan penggerak utama. Ini adalah model ‘diplomasi transaksi’ berdasarkan prinsip ‘America First’ dari Presiden Trump,” ujar Utusan AS untuk Konflik Rusia-Ukraina, Keith Kellogg:

Minggu lalu, saat berkunjung ke Gedung Putih, Zelenskyy awalnya dijadwalkan menandatangani kerangka kerja ekonomi AS-Ukraina. Namun, ia tidak setuju dengan cara AS mendorong gencatan senjata dengan Rusia, sehingga terjadi perdebatan dengan Trump. Namun, pada Selasa (4 Maret), Zelenskyy mengubah sikapnya dan secara terbuka berterima kasih kepada Trump atas bantuan persenjataan dan dukungan jangka panjang bagi Ukraina. Ia juga menyatakan kesediaannya untuk segera menandatangani perjanjian dengan AS.

Tim AS dan Ukraina pun kembali membuka jalur komunikasi. Kepala Kantor Kepresidenan Ukraina, Andrii Yermak, mengunggah pernyataan bahwa ia telah berbicara dengan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Mike Waltz, dan kedua tim akan segera mengadakan pertemuan.

Utusan Khusus Timur Tengah Trump, Steve Witkoff mengonfirmasi Pertemuan di Arab Saudi:  “Presiden Zelenskry telah mengirim surat kepada Presiden Trump. Saya pikir Trump melihat ini sebagai langkah awal yang sangat baik dan positif. Dari sana, kami sedang membahas pertemuan dengan delegasi Ukraina di Riyadh atau Jeddah (Arab Saudi). Kami berharap dapat merancang kerangka kerja perjanjian damai dan rencana awal gencatan senjata.”

Namun, Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, bersikap “hati-hati optimis” mengenai hasil perundingan AS-Ukraina.

Setelah menghadiri KTT darurat Uni Eropa, Zelensky menulis di media sosial:  “Ukraina tidak berjuang sendirian. Kami merasakan dan mengkonfirmasi hal ini, dan itu sangat penting.”
“Perdamaian harus nyata, bukan hanya sekadar kata-kata. Itu berarti Ukraina tidak boleh dipaksa menyerah atau runtuh.”

Sementara itu, Duta Besar Ukraina untuk Inggris, Valerii Zaluzhnyi, dalam pidatonya di sebuah think tank Chatham House, mengkritik Gedung Putih dengan kata-kata yang tajam. Menurut jajak pendapat independen Ukraina yang dikutip BBC, Zaluzhnyi memiliki dukungan 70% dari rakyat Ukraina, lebih tinggi dibandingkan Zelensky yang memiliki 57% dukungan.

Menurut laporan Politico, yang mengutip sumber anonim dari AS dan Ukraina, tim Trump telah mengadakan pertemuan rahasia dengan pemimpin oposisi Ukraina, mantan Perdana Menteri Yulia Tymoshenko, serta anggota senior partai mantan Presiden Petro Poroshenko. Mereka membahas kemungkinan penyelenggaraan pemilu cepat di Ukraina. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

FOKUS DUNIA

NEWS