Saat perang dagang AS-Tiongkok semakin memanas, Menteri Luar Negeri Partai Komunis Tiongkok Wang Yi mengkritik kebijakan tarif AS terhadap Tiongkok. Namun, di saat yang sama, ia juga menyerukan agar kedua negara “hidup berdampingan secara damai.” Para analis menilai Wang Yi sedang memainkan strategi dua sisi. Bagaimana AS akan menanggapi hal ini?
EtIndonesia. Pada 7 Maret, dalam konferensi pers “Dua Sesi” PKT, Wang Yi mengecam kebijakan tarif AS dan menyatakan bahwa “tindakan ini bukanlah perilaku negara besar yang bertanggung jawab.” Namun, di saat yang sama, ia juga menyerukan agar AS dan Tiongkok “hidup berdampingan secara damai” serta menekankan bahwa tidak seharusnya pihak yang lebih kuat dan lebih berkuasa selalu menentukan segalanya.
Selama bertahun-tahun, AS dan PKT mengalami ketidakseimbangan perdagangan yang besar. Mulai 4 Maret, Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor barang dari Tiongkok sebesar 10%. Sebelumnya, pada 4 Februari, AS telah menerapkan tarif tambahan sebesar 10% terhadap barang-barang impor dari Tiongkok.
Sebagai langkah balasan, Tiongkok akan menaikkan tarif terhadap beberapa produk impor dari AS sebesar 10% hingga 15% mulai 10 Maret.
Para analis menilai bahwa kebijakan tarif dan investasi AS terhadap Tiongkok semakin menekan rezim Beijing. Wang Yi yang satu sisi mengkritik AS tetapi di sisi lain menyerukan perdamaian, dinilai sedang memainkan strategi dua sisi.
Profesor Yao-Yuan Yeh dari Universitas St. Thomas di AS mengatakan, “Dari sudut pandang AS, PKT selalu ingin mengambil keuntungan dari berbagai situasi. Anda tidak bisa terus-menerus memanfaatkan keadaan, lalu ketika pihak lain mulai membatasi keuntungan Anda, Anda malah menyerukan perdamaian. Bukankah itu sangat kontradiktif?”
Beberapa analis berpendapat bahwa pernyataan Wang Yi dalam konferensi pers menunjukkan bahwa PKT sebenarnya ingin menghindari eskalasi konflik dengan AS.
Profesor Chen Bing-Kui dari Universitas Politik Nasional Taiwan mengatakan, “Saya percaya bahwa dalam beberapa bulan ke depan, AS dan Tiongkok akan berdialog mengenai berbagai masalah yang menjadi sumber konflik mereka, tidak hanya dalam bidang perdagangan tetapi juga dalam strategi keamanan. Wang Yi mungkin sedang mengirimkan sinyal bahwa PKT tidak ingin meningkatkan ketegangan lebih lanjut.”
Belakangan ini, retorika panas antara AS dan Tiongkok terus berlanjut. Pada 4 Maret, juru bicara Kementerian Luar Negeri PKT, Lin Jian, menyatakan bahwa “apapun jenis perang yang terjadi, PKT akan meladeninya sampai akhir.”
Namun, keesokan harinya, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menanggapi dengan tegas bahwa AS “telah siap untuk perang.”
Setelah pernyataan Hegseth, Lin Jian tiba-tiba mengubah nada bicaranya, dengan mengatakan bahwa “baik Perang Dingin maupun perang bersenjata, semuanya tidak bisa dimenangkan dan sebaiknya dihindari.” (Hui)
Sumber ; NTDTV.com