EtIndonesia. Pada 10 Maret 2025 waktu setempat, platform media sosial X mengalami gangguan besar-besaran, mengakibatkan puluhan ribu pengguna tidak dapat masuk. Elon Musk menyatakan bahwa gangguan ini bukan sekadar masalah teknis biasa, melainkan kemungkinan besar merupakan “serangan siber besar-besaran” yang dikoordinasikan oleh organisasi besar atau bahkan oleh negara tertentu.
Musk menulis dalam unggahannya di X: “Serangan siber besar terhadap X telah terjadi sebelumnya. Kami menghadapi serangan setiap hari, tetapi serangan kali ini menghabiskan sumber daya dalam jumlah besar. Pihak yang terlibat bukan hanya sekadar kelompok besar yang terkoordinasi, tetapi juga kemungkinan besar merupakan negara.”
Menurut situs pemantauan lalu lintas internet Downdetector.com, selama periode gangguan, lebih dari 40.000 pengguna dilaporkan tidak dapat mengakses platform X. Meskipun gangguan sedikit mereda, hingga pukul 13.30 waktu Pantai Timur AS, masih terdapat lebih dari 10.700 pengguna yang terdampak.
Bagi Elon Musk, ini bukan pertama kalinya ia menghadapi tantangan yang melampaui persaingan bisnis biasa. Sejak mengakuisisi Twitter dengan harga 44 miliar dolar AS pada tahun 2022 dan mengubah namanya menjadi X, platform ini telah berkembang menjadi pusat utama kebebasan berbicara global.
Hal ini membuatnya menjadi sorotan banyak pemerintah dan kelompok berkepentingan. Musk telah berulang kali menyatakan bahwa ia ingin menjadikan X sebagai “benteng terakhir kebebasan berbicara bagi umat manusia”, tetapi konsekuensinya adalah tekanan internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya serta meningkatnya serangan siber terhadap platform tersebut.
Menariknya, dalam pernyataan terbaru Musk, ia secara khusus menekankan: “Skala serangan kali ini sangat besar dan dilakukan dengan koordinasi tinggi. Kami memang menghadapi serangan setiap hari, tetapi serangan kali ini melibatkan sumber daya dalam jumlah yang jauh lebih besar.”
Pernyataan ini ditafsirkan oleh banyak pihak sebagai indikasi bahwa Musk mencurigai adanya keterlibatan kekuatan negara dalam serangan siber ini.
Para ahli keamanan siber juga berpendapat bahwa serangan ini mungkin merupakan upaya dari suatu pemerintahan untuk mengganggu operasional X dan memengaruhi opini publik global.
Kemudian pada malam harinya, kelompok peretas Dark Storm Team mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini. (jhon)
Sumber : NTDTV.com