EtIndonesia. Pada sore hari tanggal 11 Maret, sidang Kongres Rakyat Nasional Partai Komunis Tiongkok resmi ditutup dengan suasana yang diwarnai oleh sejumlah isu hangat terkait kesehatan pejabat tinggi dan potensi wabah penyakit pernapasan. Wakil Ketua Kongres, Li Hongzhong, mengumumkan bahwa Ketua Komite, Zhao Leji, mengambil cuti karena diduga menderita infeksi saluran pernapasan. Langkah ini mencatat sejarah sebagai pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir seorang pemimpin negara absen dari pertemuan Kongres Nasional dengan alasan kesehatan.
Wabah Flu Tipe A dan Ketidakpastian Situasi Kesehatan
Menurut laporan yang beredar, penyebaran flu mulai terdeteksi dari Beijing hingga merambah ke kawasan Zhongnanhai. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa Beijing tengah dilanda wabah penyakit pernapasan menular, yang bahkan diduga telah menginfeksi kawasan istimewa pemerintahan di Zhongnanhai. Di tengah situasi ini, muncul spekulasi mengenai kondisi kesehatan Zhao Leji yang semakin diperparah dengan munculnya desas-desus bahwa dia sempat mengalami beberapa kali ketidakhadiran dalam pertemuan Kongres dan Komite Politik.
Akademisi Yuan Hongbing mengungkapkan bahwa, meskipun Zhao Leji diketahui bersikeras menghadiri pertemuan Kongres demi menjaga posisi dan peluangnya dalam pemilihan ulang Partai ke-21, keadaannya yang menurun justru membuat kehadirannya akhirnya ditolak oleh pimpinan tertinggi, termasuk Xi Jinping. Rumor yang beredar di kalangan politik Beijing pun menyatakan bahwa beberapa bulan terakhir terjadi wabah flu tipe A di ibu kota, yang bahkan memengaruhi para pejabat tingkat tinggi seperti Wang Huning, pimpinan rapat Komite Politik.
Kekhawatiran Masyarakat dan Kondisi Rumah Sakit
Situasi epidemi tidak hanya menjadi perbincangan di kalangan elit politik, melainkan juga telah memicu kekhawatiran di kalangan netizen. Ada desas-desus bahwa wabah flu tipe A mungkin jauh lebih parah dari perkiraan, dengan beberapa pihak menduga Tiongkok tengah menghadapi wabah penyakit menular lain yang disebabkan oleh berbagai virus secara bersamaan. Laporan dari berbagai media mengungkapkan bahwa rumah sakit di sejumlah provinsi dan kota telah penuh sesak, dengan kasus “paru-paru putih” dan pasien kritis yang menyerupai kondisi masa pandemi Covid-19 kembali muncul.
Beberapa media juga melaporkan bahwa sejumlah penderita infeksi flu tipe A mengalami kondisi yang sangat parah hingga harus segera mendapatkan perawatan intensif. Hal ini semakin menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat mengenai situasi epidemi yang sebenarnya berlangsung di balik layar.
Tanggapan Pejabat dan Spekulasi Internal
Mantan Sekretaris Komite Disiplin Partai Komunis, Wei Jianxing, bersama penulis Wang Youqun, menegaskan bahwa Zhao Leji, sebagai salah satu dari tujuh pejabat tingkat nasional tertinggi, seharusnya memperoleh perawatan medis terbaik. Fakta bahwa dia telah tercatat tiga kali absen dari pertemuan penting menandakan bahwa kondisi kesehatannya cukup serius. Mereka menambahkan bahwa situasi epidemi di Tiongkok mungkin jauh lebih parah daripada yang diungkapkan ke publik, karena disembunyikan di balik persoalan ekonomi yang menantang, tingkat ketidakpuasan rakyat yang tinggi, serta kekhawatiran Partai Komunis terkait kemampuan mengendalikan penyebaran virus yang terus bermutasi.
Mengacu pada ajaran dalam Huangdi Neijing, yang menyatakan bahwa kekuatan positif yang kuat dapat menghalau kejahatan, banyak pihak menilai bahwa wajah suram dan pucat Zhao Leji adalah pertanda adanya “virus partai” yang telah mempengaruhi kesehatannya.
Akademisi Yuan Hongbing pun menyebutkan bahwa sejumlah “orang berhati nurani” dalam sistem telah mengungkapkan secara terbuka bahwa kondisi pernapasan Zhao Leji tergolong parah. Dia bersikeras ingin hadir dalam pertemuan Kongres karena kekhawatiran akan kehilangan peluang untuk tetap menjabat, namun permohonan kehadirannya pun akhirnya ditolak oleh Komite Tetap karena kekhawatiran penularan, hingga menimbulkan kekhawatiran bahkan dari Xi Jinping.
Dalam laporan Voice of America, kesehatan pejabat tinggi Partai Komunis selama ini dirahasiakan dengan ketat, sehingga penjelasan resmi mengenai absennya Zhao Leji karena infeksi saluran pernapasan menimbulkan kecurigaan di kalangan pengamat. Di dalam sistem Partai, ketidakhadiran karena sakit seringkali dianggap sebagai pertanda buruk yang bisa mengisyaratkan masalah yang jauh lebih serius.
Implikasi Politik dan Prediksi Masa Depan
Tak hanya soal kesehatan, isu ini juga membuka perdebatan tentang stabilitas kepemimpinan di Tiongkok. Komentator Ren Wen Zhao menyatakan, dalam kesempatan terpisah, bahwa setidaknya 12 pejabat telah dieksekusi—informasi yang konfirmasi oleh beberapa media Barat melalui pernyataan Pemerintah Amerika. Menurutnya, tingkat bahaya dan ketidakstabilan dalam birokrasi Tiongkok meningkat tajam.
Selama 12 tahun terakhir, rakyat Tiongkok dinilai telah mengalami penurunan ekonomi yang signifikan, penerapan kebijakan nol toleransi yang keras, serta menurunnya pendapatan. Sementara itu, kalangan elit yang mengalami pergeseran kekuasaan merasakan penderitaan serupa dengan masa-masa kekacauan yang pernah terjadi selama satu dekade.
Ren Wen Zhao menambahkan bahwa apabila sistem yang ada saat ini suatu hari tumbang, kemungkinan besar tidak akan ada perlawanan signifikan dari masyarakat. Dendam dan kekecewaan yang telah menumpuk di kalangan elit dianggap menjadi modal tersendiri yang mampu mengguncang fondasi Partai Komunis. Dalam pandangan tersebut, masa kepemimpinan Xi Jinping dinilai semakin tidak stabil karena dinilai telah menghancurkan satu-satunya dasar keberadaan Partai Komunis, yakni pertumbuhan ekonomi.
Kesimpulan
Kondisi yang melibatkan absennya Zhao Leji dari pertemuan Kongres Nasional, tersebarnya wabah flu tipe A, serta spekulasi mengenai kesehatan pejabat tinggi mencerminkan kompleksitas dinamika politik dan kesehatan di Tiongkok saat ini. Dengan berbagai informasi dan opini yang beredar, masyarakat dan pengamat diminta untuk menimbang apakah penjelasan resmi mengenai infeksi saluran pernapasan adalah kebenaran mutlak atau ada isu yang lebih dalam yang sedang disembunyikan oleh sistem. Dialog dan diskusi terbuka di antara publik menjadi kunci untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai situasi yang sedang berlangsung.