Ponsel di Korea Utara Ambil Tangkapan Layar Tiap 5 Menit: Media Asing Ungkap Cara “Pengawasan Mencekik” ala Kim Jong-un

EtIndonesia. Laporan New York Post mengungkap temuan mencengangkan dari Daily NK, sebuah media yang berbasis di Korea Selatan. Tahun lalu, mereka berhasil menyelundupkan satu unit ponsel dari Korea Utara keluar dari negara tersebut. Meski tampak seperti ponsel biasa, perangkat ini membuka tabir bagaimana Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, menerapkan sistem pengawasan yang menyesakkan terhadap warganya.

Ponsel ini dilengkapi sistem yang secara otomatis mendeteksi dan mengubah istilah populer dari Korea Selatan, serta mengambil tangkapan layar (screenshot) setiap 5 menit dan menyimpannya dalam folder tersembunyi yang tidak dapat diakses oleh pengguna. Data tersebut diyakini dapat dibaca oleh otoritas Korea Utara sewaktu-waktu. Temuan ini menjadi bukti terbaru bahwa rezim Kim Jong-un menggunakan teknologi untuk mengendalikan dan menekan rakyatnya secara brutal.

Tangkapan Layar Diam-diam, dan Sensor Bahasa Otomatis

Mengutip hasil investigasi BBC, ponsel yang diselundupkan itu memiliki kemampuan untuk:

·        Memperingatkan pengguna yang menggunakan istilah atau gaya bahasa Korea Selatan.

·        Mengganti kata “Korea Selatan” menjadi “rezim boneka” secara otomatis.

·        Mengubah istilah populer seperti “oppa” (panggilan akrab untuk laki-laki lebih tua di Korea Selatan, sering digunakan perempuan untuk memanggil kekasih) menjadi istilah komunis khas Korea Utara seperti “to-dji” (rekan sejawat/komrad).

·        Saat pengguna mencoba mengetik “oppa”, layar akan menampilkan peringatan keras, yang menyatakan bahwa hanya boleh menggunakan istilah “komrad” untuk memanggil pria dewasa.

Selain itu, setiap 5 menit, ponsel ini diam-diam mengambil screenshot layar dan menyimpannya dalam folder tersembunyi yang tidak terlihat oleh pengguna. Folder ini diyakini menjadi sarana pemerintah untuk memantau isi ponsel dan aktivitas pengguna secara real-time.

Teknologi sebagai Alat Cuci Otak dan Represi

Martyn Williams, peneliti senior di Stimson Center di Washington D.C., sekaligus pakar teknologi dan informasi Korea Utara, mengatakan kepada BBC.

“Smartphone kini telah menjadi alat utama Korea Utara untuk mencuci otak rakyatnya,” katanya.

Williams menambahkan bahwa Korea Utara kini secara perlahan mulai unggul dalam perang informasi, menciptakan sistem tertutup yang nyaris tidak bisa ditembus, bahkan oleh rakyatnya sendiri.

Pengakuan dari Mantan Warga Korea Utara: “Saya Merasa Terkekang, Seolah Harus Kabur Seketika”

Seorang pelarian dari Korea Utara, Kang Gyuri (24 tahun), yang melarikan diri pada tahun 2023, membagikan kisahnya kepada BBC. Dia mengaku pernah ditegur dan dihentikan petugas hanya karena mengikuti gaya rambut dan pakaian khas Korea Selatan.

Kang mengatakan, pengalamannya pertama kali melihat dunia luar terjadi lewat siaran radio ilegal dan drama Korea Selatan. Dari situlah dia menyadari bahwa kehidupannya selama ini berada dalam sistem yang sangat terkendali.

“Saya merasa seolah-olah dicekik,” ungkap Kang.

“Tiba-tiba muncul dorongan kuat untuk kabur.”

“Dulu saya pikir pembatasan kehidupan seperti ini adalah hal yang normal. Saya bahkan menyangka seluruh dunia hidup dalam kondisi seperti itu.”

“Tapi ketika saya mulai terpapar informasi dari luar, baru saya sadar bahwa hanya Korea Utara yang seperti ini.”

Kesimpulan: Rezim Totaliter dalam Genggaman Teknologi

Kasus ini memperlihatkan bagaimana rezim Kim Jong-un memanfaatkan teknologi canggih sebagai alat kontrol total, bukan untuk kemajuan rakyat, tetapi justru untuk mengawasi, menyensor, dan menekan kebebasan informasi serta ekspresi.

Ponsel pintar yang mestinya jadi jendela ke dunia luar, di Korea Utara justru menjadi jeruji digital yang membatasi dan mengawasi setiap gerakan rakyatnya—bahkan hingga kata-kata yang mereka ketik dan gambar yang muncul di layar.(jhn/yn)

FOKUS DUNIA

NEWS