EtIndonesia. Saat pemerintahan Trump mengumumkan rencana untuk mencabut visa pelajar Tiongkok, hubungan Universitas Harvard dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) juga menjadi sorotan. The Wall Street Journal pada 1 Juni melaporkan bahwa selama beberapa dekade terakhir, Harvard telah melatih banyak pejabat tinggi PKT dan anak-anak mereka, hingga sebagian pengamat menyebutnya sebagai “sekolah partai luar negeri” PKT.
Dalam laporan berjudul “Harvard Melatih Banyak Pejabat PKT, Mereka Menyebutnya ‘Sekolah Partai’”, Wall Street Journal mengungkap bahwa selama puluhan tahun, PKT telah mengirim ribuan pejabat tingkat menengah dan atas ke kampus-kampus AS untuk pelatihan, dan Universitas Harvard menjadi tujuan yang paling ideal. Beberapa orang Tiongkok menyebut Harvard sebagai “sekolah partai paling elit di luar negeri,” yang secara khusus melatih pejabat PKT yang dianggap memiliki masa depan cerah dalam partai.
Alumni Harvard mencakup mantan Wakil Presiden Tiongkok dan anggota Politbiro, Li Yuanchao; mantan Wakil Perdana Menteri Liu He; serta anggota Politbiro dan Wakil Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional saat ini, Li Hongzhong.
Di antaranya, Li Yuanchao mengikuti program pelatihan karier menengah di Kennedy School Harvard pada tahun 2002. Liu He memperoleh gelar Magister Administrasi Publik dari Kennedy School pada tahun 1995, dan selama masa jabatan pertama Presiden Trump, ia menjabat sebagai ketua tim negosiasi perdagangan utama Presiden Xi Jinping. Sementara itu, Li Hongzhong pernah mengikuti program pelatihan jangka pendek di Harvard pada tahun 1999.
Dalam sebuah artikel komentar dari Shangguan News (media di bawah Jiefang Daily Shanghai) tahun 2014, Kennedy School Harvard secara langsung disebut sebagai sekolah partai luar negeri utama bagi PKT.
Selain itu, beberapa anak pejabat tinggi PKT juga pernah belajar di Harvard. Putri Presiden Xi Jinping, Xi Mingze, masuk ke Harvard pada awal 2010-an dengan nama samaran. Namun, staf administrasi dan beberapa dosen mengetahui identitas aslinya. Ia masuk ketika ayahnya menjabat sebagai Wakil Presiden dan calon pemimpin Tiongkok, lalu lulus setelah sang ayah berkuasa.
Cucu dari mantan pemimpin PKT Jiang Zemin, yaitu Jiang Zhicheng, serta Bo Guagua, putra dari mantan anggota Politbiro Bo Xilai, juga merupakan alumni Harvard. Kasus-kasus ini semakin memperkuat persepsi publik bahwa Harvard memiliki hubungan erat dengan elite politik PKT.
Faktanya, sejak tahun 1990-an, PKT secara besar-besaran mengirim pejabat ke AS untuk “belajar,” dengan tujuan menyerap pengalaman kebijakan publik dan tata kelola dari Barat. Selain Harvard, universitas ternama AS lainnya yang juga melatih pejabat PKT antara lain adalah Universitas Syracuse, Stanford, dan Maryland.
Pada 28 Mei, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengumumkan rencana besar-besaran untuk mencabut visa pelajar Tiongkok, khususnya bagi mereka yang memiliki hubungan dengan PKT atau berasal dari jurusan “bidang strategis.” Rubio juga menegaskan bahwa AS akan mengubah standar pemberian visa dan memperketat pemeriksaan terhadap semua aplikasi visa dari Tiongkok dan Hong Kong.
Sebelumnya, pemerintahan Trump mengumumkan pencabutan izin Harvard untuk menerima mahasiswa internasional, dan mewajibkan mahasiswa internasional yang ada untuk pindah ke institusi lain, jika tidak maka status hukum mereka di AS akan dicabut.
Pada 22 Mei, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengeluarkan pernyataan bahwa Menteri Keamanan Dalam Negeri Kristi Noem memerintahkan pencabutan sertifikasi Program Pelajar dan Pertukaran Harvard, dengan tuduhan bahwa pimpinan Harvard bekerja sama dan terlibat dalam aktivitas terkoordinasi dengan PKT, termasuk menerima dan melatih anggota organisasi paramiliter PKT yang terlibat dalam genosida terhadap etnis Uighur. Harvard juga bekerja sama dengan individu yang terkait dengan basis industri pertahanan PKT, termasuk dalam penelitian robotika yang memiliki potensi aplikasi militer. (Hui)
Sumber : NTDTV.com