Rusia Luncurkan Serangan Balasan: Lebih dari 400 Drone dan 40 Rudal Hujani Ukraina

Pada Jumat  (6 Juni) dini hari, Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap enam wilayah di Ukraina menggunakan drone dan rudal, yang disebut sebagai salah satu serangan udara terbesar sejak perang dimulai. Moskow mengklaim serangan ini sebagai balasan atas serangan Ukraina sebelumnya di wilayah Rusia. Sementara itu, Ukraina menyerukan kepada negara-negara Barat untuk mengambil tindakan tegas, guna memberikan tekanan diplomatik, politik, dan ekonomi terhadap Rusia demi mengakhiri perang.

EtIndonesia. Rudal-rudal melesat menembus langit dan menghantam sasaran dengan kecepatan tinggi, disusul ledakan hebat dan bola api yang menyilaukan. Pasukan pertahanan udara Ukraina berusaha keras menembak jatuh puluhan drone Rusia yang menargetkan Kyiv, dengan suara tembakan senapan mesin dan dengungan drone bergema di atas kota.

Tak hanya ibu kota Kyiv, kota-kota di bagian barat seperti Lutsk dan Ternopil juga mengalami serangan hebat.

Angkatan Udara Ukraina mengkonfirmasi bahwa pada Jumat dini hari, Rusia melancarkan serangan udara dengan 407 drone serang—jumlah tertinggi dalam satu kali serangan—ditambah 45 rudal jelajah dan rudal balistik, menargetkan berbagai wilayah Ukraina. Serangan ini menyebabkan sedikitnya 4 orang tewas dan 49 orang terluka, serta kerusakan berat pada apartemen bertingkat tinggi. Layanan kereta bawah tanah di Kyiv juga terhenti karena kerusakan pada rel.

Daria, warga Kyiv, mengatakan: “Sekitar pukul 1:30 pagi, kami terbangun karena ledakan. Pintu rumah kami sampai terbuka karena getaran.”

Talia, warga Kyiv lainnya, menambahkan: “Semua jendela di apartemen saya pecah terkena ledakan. Sangat menakutkan.”

Puluhan ribu warga Kyiv berlindung di tempat perlindungan bawah tanah, mencoba mengatasi ketakutan akibat perang yang terus berlanjut.

Kementerian Pertahanan Rusia pada  Jumat mengklaim bahwa serangan ini adalah respons terhadap “tindakan terorisme rezim Kyiv”, dan menyatakan bahwa target serangan adalah fasilitas militer.

Sebelumnya, Rusia menuduh Ukraina berada di balik serangan bom mematikan terhadap jembatan rel di Rusia pada akhir pekan lalu, dan menyatakan secara terbuka kepada Presiden AS Donald Trump bahwa Moskow akan membalas serangan Ukraina terhadap pangkalan udara Rusia.

Para analis militer penerbangan Barat memperkirakan bahwa Rusia telah kehilangan lebih dari 10% kekuatan tempur dari armada pengebom jarak jauhnya—seperti Tu-95 dan Tu-22—yang biasanya digunakan untuk menembakkan rudal ke kota-kota Ukraina. Kerugian ini kemungkinan akan memakan waktu bertahun-tahun untuk dipulihkan dan menghambat rencana pengembangan pesawat pengebom baru Rusia yang memang sudah tertunda.

Pada  Jumat, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam keras serangan Rusia terhadap infrastruktur sipil dan energi. Ia menekankan bahwa sekarang adalah saatnya bagi Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara di seluruh dunia untuk menekan Rusia guna menghentikan perang ini.

Presiden Zelenskyy menyampaikan: “Mohon desak diberlakukannya sanksi baru yang efektif terhadap Rusia dan rezimnya. Hentikan pembunuhan dan serangan ini. Wujudkan perdamaian sejati, dan buat Rusia benar-benar bertanggung jawab atas perang ini.” (Hui)

Laporan oleh Yi Jing, wartawan NTD.

FOKUS DUNIA

NEWS