Trump Cegah Israel Membunuh Khamenei? Ketegangan Israel-Iran Meningkat

Pada  Minggu (15 Juni), konflik antara Israel dan Iran memasuki hari ketiga. Dini hari itu, Israel membombardir 80 target militer nuklir Iran, sementara Iran melancarkan serangan balasan ke Israel, menewaskan sedikitnya 10 warga sipil Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah bahwa Iran akan “membayar mahal” atas serangan itu. Seorang sumber mengungkapkan bahwa Donald Trump baru-baru ini mencegah rencana Israel untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, meskipun Israel membantah laporan tersebut.

EtIndonesia. Rudal pertahanan udara meluncur ke langit malam, menjalankan misi intersepsi. Dini hari Minggu, langit di atas Tel Aviv dan Yerusalem dipenuhi ledakan seperti bintang jatuh, diselingi dengan dentuman keras.

Ini adalah serangan balasan terbaru dari Iran terhadap Israel. Sirine serangan udara meraung di sebagian besar wilayah Israel. Sedikitnya 10 warga sipil tewas, menambah jumlah korban tewas di Israel menjadi 13 orang.

Tim penyelamat bekerja mencari korban yang hilang di bawah puing-puing bangunan.

Perdana Menteri Israel Netanyahu berkata:  “Bayangkan jika Iran memiliki senjata nuklir dan menyerang kota-kota Israel—apa yang akan terjadi? Tentara dan pilot kami saat ini berada di atas langit Iran. Iran akan membayar mahal atas pembunuhan yang disengaja terhadap warga sipil, perempuan, dan anak-anak.”

Kebakaran hebat terjadi di dekat ibu kota Iran, Teheran, tepatnya di sebuah gudang bahan bakar militer. Pada Sabtu malam (14 Juni), jet tempur Israel membombardir lebih dari 80 target di wilayah Teheran, termasuk pusat komando nuklir Iran, fasilitas penelitian, dan laboratorium yang digunakan untuk memproduksi bahan nuklir.

 “Pesawat-pesawat tempur itu terbang melalui koridor udara yang telah kami buka menuju Iran tengah, bersamaan dengan serangan udara ke Yaman. Serangan udara ini merupakan bagian dari rencana operasi yang telah disiapkan sebelumnya, dengan fokus pada penghancuran fasilitas nuklir Iran dan kemampuan rezim Iran untuk memproduksi senjata nuklir,” ujar juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Daniel Hagari. 

Sejak Israel meluncurkan “Operasi Kebangkitan Singa” pada hari Jumat lalu, lebih dari 250 target di Iran telah diserang. Lebih dari 100 orang tewas, termasuk pejabat militer berpangkat tinggi dan ilmuwan nuklir Iran.

Netanyahu menambahkan:  “Kita tidak bisa membiarkan rezim paling berbahaya di dunia memiliki senjata paling berbahaya di dunia. Apa yang kami lakukan bukan hanya untuk melindungi diri sendiri, tapi juga untuk melindungi banyak orang lainnya.”

Netanyahu mengatakan kepada Fox News bahwa ia telah memberitahukan kepada Presiden Donald Trump sebelum meluncurkan operasi tersebut. Sumber lain yang dikutip Reuters menyebutkan bahwa Trump baru-baru ini mencegah Israel melakukan pembunuhan terhadap Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, guna menghindari eskalasi lebih lanjut. Namun, Netanyahu membantah laporan tersebut.

Meski begitu, Trump menulis di media sosial Truth Social bahwa jika Amerika Serikat diserang oleh Iran dalam bentuk apa pun, maka militer AS akan melakukan serangan balik dengan kekuatan penuh dan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Presiden Iran, Pezeshkian, pada Minggu memberikan tanggapan terbaru, mengancam akan membalas Israel dengan cara yang lebih keras atas eskalasi ini. Sementara itu, para pemimpin Eropa juga mengeluarkan peringatan kepada Iran.

Kanselir Jerman Merz berkata:  “Jika Iran menyerang target Israel atau Yahudi di wilayah Jerman, kami di Jerman juga telah siap.”

Menteri Luar Negeri Prancis, Stéphane Séjourné, menambahkan:  “Kami sekarang menyerukan semua pihak untuk menahan diri, memulai perundingan, dan secara nyata serta kredibel membatalkan program nuklir.”

Jerman, Prancis, dan Inggris telah menyatakan kesiapan untuk segera mengadakan pembicaraan dengan Iran mengenai program nuklir Teheran guna meredakan ketegangan di Timur Tengah. (Hui/asr)

Laporan oleh Yi Jing, New Tang Dynasty Television

FOKUS DUNIA

NEWS