EtIndonesia. Krisis Timur Tengah kembali memanas setelah militer Israel secara resmi mengonfirmasi telah melancarkan serangan udara berskala besar ke jantung kekuatan militer Iran. Sasaran utama adalah markas Brigade Al-Quds—unit elite dari Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) yang dikenal berperan penting dalam operasi eksternal, baik dalam mengatur pengiriman pasukan maupun pendanaan kelompok militan proksi di kawasan Timur Tengah.
Serangan Terkoordinasi Hantam Jantung Pertahanan Iran
Menurut pernyataan resmi militer Israel yang dirilis Senin, 16 Juni pagi waktu setempat, sejumlah jet tempur telah diberangkatkan untuk melakukan serangan presisi terhadap markas Brigade Al-Quds di pusat Kota Teheran. Brigade Al-Quds selama ini dikenal sebagai otak di balik operasi rahasia Iran di luar negeri, termasuk dukungan militer terhadap Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak, serta pemberontak Houthi di Yaman.
Tidak hanya markas utama, setidaknya 10 target militer strategis lain di berbagai distrik ibu kota Iran turut dihancurkan. Data rekaman satelit dan laporan saksi mata menyebutkan beberapa ledakan dahsyat terjadi hampir bersamaan di sejumlah titik vital, termasuk fasilitas komunikasi, pusat komando, hingga gudang senjata milik Garda Revolusi.
Ancaman Bom Karpet, Warga Teheran Diminta Mengungsi
Dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, Pemerintah Israel langsung menayangkan peringatan khusus berbahasa Persia yang ditujukan kepada masyarakat Teheran melalui saluran media internasional dan platform digital. Dalam pesan tersebut, Israel memperingatkan agar warga sipil segera mengungsi dari sejumlah distrik penting di Teheran.
Israel juga melontarkan ancaman tegas: jika Iran tidak segera menghentikan seluruh aktivitas militer, termasuk pengembangan nuklir dan dukungan terhadap milisi di kawasan, maka serangan bom karpet (carpet bombing) akan dilancarkan ke wilayah-wilayah padat penduduk di ibu kota Iran. Ancaman ini sontak memicu kepanikan, ribuan warga Teheran dilaporkan berbondong-bondong mencari tempat perlindungan di masjid, stasiun kereta bawah tanah, hingga gedung pemerintahan.
Parlemen Iran Masih Bertahan di NPT, Namun Tekanan Faksi Keras Menguat
Di tengah situasi mencekam tersebut, media Pemerintah Iran melaporkan bahwa hingga saat ini parlemen Iran belum mengambil keputusan resmi untuk keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Padahal, tekanan dari kelompok garis keras di parlemen dan militer terus meningkat, terutama pasca-serangan yang berhasil menghancurkan sebagian gedung Kementerian Luar Negeri Iran di Teheran—sebuah simbol diplomasi yang selama ini menjadi tameng bagi Iran dalam menghadapi tekanan internasional.
Pihak Kementerian Luar Negeri Iran sendiri mengonfirmasi bahwa sebagian besar struktur gedung mengalami kerusakan akibat serangan udara, namun menegaskan bahwa mereka masih tetap menjalankan aktivitas diplomatik meski dalam kondisi darurat.
Reaksi Internasional: Kekhawatiran Mundurnya Iran dari NPT (Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir)
Serangan Israel kali ini tidak hanya mengguncang stabilitas politik dalam negeri Iran, tetapi juga mengundang keprihatinan dari masyarakat internasional. Banyak negara, termasuk anggota tetap Dewan Keamanan PBB, menyerukan agar Iran menahan diri dan tidak mengambil langkah ekstrem seperti mundur dari NPT—perjanjian yang selama ini menjadi benteng terakhir untuk mencegah perlombaan senjata nuklir di kawasan.
Analis keamanan regional memperingatkan, jika Iran benar-benar keluar dari NPT, maka potensi eskalasi militer dan proliferasi senjata nuklir akan meningkat tajam, membuka risiko konflik terbuka yang jauh lebih luas di Timur Tengah.
Situasi Terbaru di Teheran: Keamanan Diperketat, Warga dalam Ketakutan
Hingga Senin malam 16 Juni, pasukan keamanan Iran terlihat memperketat penjagaan di sekitar fasilitas militer, instalasi pemerintah, dan objek vital negara lainnya. Penerbangan sipil menuju dan dari Teheran untuk sementara waktu dihentikan, sementara rumah sakit utama disiagakan untuk menerima korban potensial akibat serangan susulan.
Wartawan internasional yang masih berada di Teheran melaporkan suasana kota yang jauh dari normal. Jalan-jalan utama sepi, toko-toko tutup, dan arus lalu lintas terhenti akibat kepanikan massal. Pemerintah Iran mengumumkan status darurat terbatas dan mengimbau warga untuk tetap tenang sembari menunggu perkembangan situasi.
Kesimpulan: Titik Balik Krisis Timur Tengah
Serangan Israel ke markas elit Al-Quds di Teheran pada 16 Juni ini dinilai sebagai salah satu eskalasi paling berbahaya dalam konflik Iran-Israel dalam satu dekade terakhir. Dengan ancaman bom karpet yang terus menggantung di udara dan ketidakpastian sikap Iran terkait NPT, dunia kini menunggu dengan waspada: akankah konfrontasi ini menjadi awal dari krisis yang jauh lebih besar di Timur Tengah, atau masih ada ruang diplomasi yang bisa dimanfaatkan untuk menahan laju perang?