EtIndonesia. Krisis di Timur Tengah memasuki babak baru yang sangat mengkhawatirkan. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dikabarkan tinggal selangkah lagi menandatangani perintah resmi pengerahan pasukan militer AS untuk terlibat langsung dalam konflik antara Israel dan Iran. Kebijakan ini diambil sebagai respons atas penolakan Iran terhadap sejumlah perjanjian damai yang terkait program nuklir mereka. Sumber Gedung Putih menyebut, Dewan Keamanan Nasional telah diperintahkan untuk siaga penuh di Situation Room, ruang krisis andalan Amerika.
Langkah Tepercaya Menuju Perang Terbuka
Pada 16 Juni, menurut laporan Channel 14 Israel, Trump diperkirakan akan menandatangani dokumen pengiriman pasukan AS ke kawasan Timur Tengah dalam hitungan jam, menandai keterlibatan Amerika secara terbuka bersama Israel untuk menghadapi Iran. Sinyal keterlibatan militer AS secara langsung ini merupakan eskalasi terbesar sejak konflik Israel-Iran memuncak beberapa bulan terakhir.
Peringatan Keras dan Evakuasi Massal di Teheran
Pada 16 Juni , situasi di ibu kota Iran semakin mencekam. Militer Israel secara resmi mengeluarkan peringatan bagi warga Teheran, khususnya di Distrik 3—wilayah strategis yang menjadi pusat kantor pemerintahan, komando militer, dan kawasan elite—untuk segera mengevakuasi diri.
Kolonel Avichay Adraee, juru bicara militer Israel untuk dunia Arab, mengumumkan melalui siaran berbahasa Persia: “Warga yang terhormat, demi keselamatan Anda, kami mohon segera tinggalkan kawasan yang disebutkan di Distrik 3 Teheran. Militer Israel akan beroperasi di wilayah tersebut, seperti yang telah dilakukan di beberapa lokasi Teheran sebelumnya, dengan target utama infrastruktur militer rezim Iran.”
Langkah ini menandakan rencana serangan udara skala besar yang tidak hanya menyasar fasilitas militer, tetapi juga kawasan vital pemerintahan di jantung Teheran.
Gedung Putih Siaga, Trump Beri Peringatan Terbuka
Pada 16 Juni malam hari, Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS secara resmi menyatakan bahwa seluruh Dewan Keamanan Nasional berada dalam kondisi siaga penuh.
Di media sosial, Trump secara terbuka mengeluarkan pernyataan tegas kepada pemerintah Iran dan warganya: “Iran seharusnya menandatangani perjanjian yang sudah saya tawarkan. Ini pemborosan nyawa yang sia-sia. Saya sudah berkali-kali menegaskan: Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir. Semua orang harus segera meninggalkan Teheran!”
Pernyataan keras ini menguatkan analisis para pengamat bahwa Amerika, bersama Israel, siap memasuki babak keterlibatan langsung dalam perang melawan Iran.
Israel Nyatakan Perang Tanpa Syarat
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, secara resmi mendeklarasikan dimulainya perang total terhadap Iran. Netanyahu menegaskan, tidak ada ruang untuk gencatan senjata ataupun negosiasi damai. Target utamanya jelas: menggulingkan rezim Ayatollah Ali Khamenei dan menghancurkan pusat kekuasaan di Teheran. Israel pun telah memerintahkan evakuasi besar-besaran terhadap warga sipil, sebagai persiapan serangan skala besar ke ibu kota Iran.
Aksi Warga Iran: Dari Protes Hingga Seruan Intervensi Asing
Gelombang eksodus massal pun terjadi di Teheran, kota metropolitan berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa.
Di tengah kepanikan, viral di media sosial foto seorang warga Iran yang mengangkat poster bertuliskan: “Israel, silakan targetkan Ali Khamenei, Mojtaba Khamenei, dan kantor penyiaran nasional Republik Islam Iran.”
Aksi ini bukan hanya bentuk protes, tetapi juga ekspresi keputusasaan dan kerinduan akan perubahan di tengah ancaman perang dan runtuhnya rezim. Jika sebelumnya seruan intervensi asing hanya dibicarakan secara diam-diam, kini suara tersebut menggema di ruang publik Iran.
Eskalasi Global: Amerika, Tiongkok, dan Konflik Internal PKT
Di balik layar, mantan Kepala Badan Intelijen Pertahanan AS, Jenderal Michael Flynn, menyarankan kepada Steve Bannon bahwa Amerika harus membiarkan Israel “menyelesaikan pekerjaannya” di Iran agar AS dapat memfokuskan perhatian penuh ke ancaman Tiongkok. Hal ini disebut-sebut sebagai bagian dari strategi Amerika dalam merespons dinamika geopolitik global, di mana Tiongkok diketahui menjadi sekutu utama Iran.
Konflik internal di tubuh Partai Komunis Tiongkok (PKT) sendiri kian tajam. Kabar penahanan rumah atas mantan pejabat tinggi Zeng Qinghong, yang sebelumnya dikenal sebagai pendukung Xi Jinping, menunjukkan adanya perpecahan serius di elite politik Tiongkok. Sinyal melemahnya posisi Xi Jinping juga terlihat dari insiden penghapusan pemberitaan pertemuan makan malam antara Xi dan Presiden Belarusia oleh media resmi Belarusia, padahal media Tiongkok sama sekali tidak memberitakannya.
KTT G7: Trump Tolak Tandatangani Pernyataan Terkait Iran
Pada KTT G7 di Kananaskis, Alberta, Kanada tanggal 16 Juni, Presiden Trump secara tegas menolak menandatangani pernyataan bersama terkait Iran. Alasannya, pernyataan itu dinilai terlalu lunak karena hanya menyerukan pengawasan terhadap aktivitas nuklir Iran, tanpa menuntut penghentian total program pengayaan uranium.
Trump dan pemerintahannya tetap berkeras bahwa Iran harus menghentikan seluruh aktivitas pengayaan uranium. Menurut intelijen Israel, program tersebut bukan hanya untuk kepentingan Iran sendiri, melainkan juga ditujukan untuk mendukung kelompok proxy di Timur Tengah—suatu skenario yang bisa memicu krisis geopolitik jauh lebih besar.
Negosiasi Nuklir Buntu, Perang Tak Terhindarkan?
Upaya perundingan nuklir pun kembali buntu setelah Iran secara tegas menolak menghentikan pengayaan uranium. Pada hari Jumat sebelumnya, Israel sudah melakukan serangan ke Iran dan menyatakan komitmen untuk memastikan Iran tidak akan pernah lagi mampu mengembangkan senjata nuklir setelah perang berakhir.
Sementara itu, The Daily Telegraph melaporkan munculnya draf dokumen G7 yang menyerukan perlindungan warga sipil dan pengawasan ketat fasilitas nuklir Iran. Namun, draf tersebut akhirnya tidak disetujui Amerika, karena menurut Trump, tindakan “pengawasan” saja tidak cukup untuk menghentikan ambisi nuklir Iran.
Seorang pejabat senior AS menambahkan, sejak awal perang, Israel selalu menargetkan fasilitas militer atau pemerintahan, dengan memperingatkan warga sipil terlebih dahulu. Sementara Iran justru meluncurkan rudal balistik ke pusat permukiman di Tel Aviv dan kota-kota lain, membuat ribuan warga sipil Israel harus berlindung di tempat penampungan.
Penutup: Ancaman Perang Regional Kian Dekat
Dengan serangkaian peristiwa dan keputusan besar dalam 24 jam terakhir, dunia kini menatap dengan cemas perkembangan selanjutnya. Ancaman perang terbuka antara kekuatan besar di Timur Tengah bukan lagi sekadar kemungkinan, tetapi sudah di depan mata. Keputusan akhir di tangan Presiden Trump—dan masa depan kawasan, bahkan stabilitas dunia, kini berada di ujung tanduk.