EtIndonesia. Kerusuhan yang baru-baru ini meletus di Los Angeles bukan sekadar aksi protes biasa. Video viral yang menampilkan demonstran mengibarkan bendera palu arit khas Partai Komunis menandai adanya campur tangan kekuatan asing. Peristiwa ini langsung mendapat perhatian dunia dan menjadi sorotan utama lembaga keamanan Amerika Serikat.
FBI telah mengonfirmasi tengah menyelidiki aliran dana di balik kerusuhan, sementara laporan investigasi New York Post mengungkap nama Neville Roy Singham, miliarder teknologi asal AS yang kini bermukim di Shanghai, sebagai salah satu penyandang dana utama bagi kelompok-kelompok radikal yang terlibat. Kongres AS pun langsung turun tangan dengan menjadwalkan pemanggilan saksi dan penyelidikan resmi.
Namun, bagaimana sesungguhnya cara kerja Partai Komunis Tiongkok (PKT) merusak tatanan masyarakat Amerika Serikat? Berikut pemaparan analisis mendalam berdasarkan investigasi dan data terbuka.
Demonstrasi dan Peran Dana Asing: Akar Radikalisme di Kampus Amerika
Musim semi 2024 menyaksikan ledakan aksi pro-Palestina di berbagai kampus ternama Amerika Serikat. Aksi-aksi ini mengacaukan kehidupan akademis: perkuliahan terganggu, gedung-gedung diduduki, fasilitas dirusak, bahkan mahasiswa keturunan Yahudi mengalami intimidasi dan ancaman.
Ketika Kepolisian New York membongkar barikade di Hamilton Hall, Universitas Columbia, mereka menemukan demonstran dilengkapi peralatan canggih: rantai industri, masker gas, pelindung telinga, kacamata anti-ledak, palu, pisau, dan tali pengikat. Data penangkapan menunjukkan, sekitar 25% pelaku bukan mahasiswa. Di City University of New York, angkanya bahkan mencapai 60%.
Investigasi menguak benang merah: banyak organisasi “akar rumput” yang ternyata menerima sumber dana dari Neville Roy Singham. Singham dikenal sebagai mantan penasihat Huawei—perusahaan teknologi raksasa Tiongkok yang dituding sebagai alat spionase PKT dan kini masuk daftar hitam sejumlah negara Barat.
Sejak 2019, Singham semakin aktif dalam jaringan propaganda PKT, bahkan tercatat menghadiri konferensi strategis di Shanghai dan dipanggil otoritas India atas dugaan pendanaan serta penyebaran narasi pro-komunis di media miliknya, Newsclick.
Menurut laporan Institute for Network Propaganda, jaringan Singham secara sistematis menyalurkan dana dan narasi pro-komunis ke Amerika Serikat sejak 2017, termasuk untuk mendukung aksi-aksi radikal di kampus. Setidaknya tiga dari tujuh organisasi kunci penggerak aksi pro-Palestina di kampus didanai langsung olehnya.
Pusat Infiltrasi: Jaringan Front Persatuan PKT (UFWD)
Sejak era 1930-an, PKT sudah membentuk Departemen Kerja Front Persatuan (United Front Work Department/UFWD) sebagai “mesin” perluasan pengaruh ke luar negeri. Tugas utama UFWD adalah membangun jejaring dengan kelompok agama, minoritas, partai politik lain, pebisnis, intelektual, hingga komunitas diaspora Tionghoa di seluruh dunia.
Dokumen internal UFWD menyebut, misi mereka mencakup:
- Merekrut, membina, dan memanfaatkan kader dari kelompok sasaran.
- Melawan kekuatan yang dianggap “anti-negara” seperti Dalai Lama dan kelompok separatis.
- Menyatukan “Tanah Air Tiongkok” dengan membangun jaringan di Hong Kong, Makau, Taiwan, dan komunitas diaspora.
- Memantau aktivitas warga Tionghoa luar negeri, menjadikan mereka agen penyebar pengaruh PKT.
Australian Strategic Policy Institute (ASPI) mengidentifikasi, UFWD secara aktif mengekspor model politik PKT ke partai-partai luar negeri, perusahaan multinasional, dan komunitas diaspora—memecah belah kohesi sosial, memperuncing isu rasial, mengintervensi politik, melemahkan kredibilitas media, dan mendorong transfer teknologi ilegal.
Karena beroperasi lewat organisasi “tidak berbahaya” seperti asosiasi budaya, UFWD sulit dikenali. Laporan Komisi Tinjauan Ekonomi dan Keamanan AS-Tiongkok tahun 2022 merekomendasikan agar seluruh afiliasi PKT dan UFWD didaftarkan secara resmi di AS demi memantau aktivitas dan mengidentifikasi pola pendanaan serta infiltrasi.
Dana Kerusuhan, Membeli Elite, Spionase, dan Kontrol Media
a. Pendanaan Kerusuhan
Publik AS sudah lama mencurigai adanya aliran dana PKT dalam kerusuhan berskala nasional. Saat gelombang Black Lives Matter (BLM) meletus pada 2020, aksi protes berubah menjadi kerusuhan massal dengan kerugian asuransi terbesar sepanjang sejarah Amerika (10-20 miliar dolar AS).
Alicia Garza, pendiri BLM, mendirikan Black Futures Lab yang diduga menerima donasi melalui Chinese Progressive Association (CPA)—kelompok sayap kiri pro-PKT yang berfokus pada propaganda revolusi Tiongkok dan kolaborasi dengan organisasi pro-komunis di AS. CPA di Boston bahkan mengadakan upacara pengibaran bendera bintang limat PKT bersama pejabat PKT.
Pada KTT APEC 2023 di San Francisco, Washington Post mencatat 35 organisasi diaspora Tionghoa pro-PKT dikerahkan oleh Konsulat Tiongkok untuk membendung demonstrasi anti-komunis, termasuk melakukan aksi kekerasan.
Bukti percakapan WeChat yang didapat Washington Post menegaskan, Konsulat Tiongkok di Los Angeles membiayai logistik dan konsumsi demonstran ke San Francisco.
b. Membeli Elite: Politik dan Akademisi
UFWD aktif membina elite luar negeri, terutama dengan insentif materi. Presiden ITIF, Robert Atkinson, dalam sidang Kongres 2024 menyatakan, “hampir semua elite AS dari bisnis, politik, hingga akademisi jadi target UFWD.”
Newsweek mengungkap, antara 1990-2023 lebih dari 1 juta dolar dana kampanye politisi New York terhubung dengan jaringan UFWD. Anggota Kongres Grace Meng, misalnya, menerima lebih dari 270 ribu dolar dari jaringan ini, bahkan salah satu donaturnya sempat dipenjara karena keterlibatan dalam “Operasi Fox Hunt” PKT.
Kasus Charles Lieber, profesor Harvard, menjadi contoh mencolok. Ia menerima jutaan dolar dari PKT melalui program “Thousand Talents”—mendapat gaji tinggi, dana riset besar, namun menyembunyikan semuanya dari otoritas AS. Lieber akhirnya divonis bersalah atas enam tuduhan federal, namun tetap aktif sebagai profesor tamu di Tiongkok.
c. Spionase
Spionase dijalankan lewat berbagai program, terutama lewat “Thousand Talents”. Contohnya:
- You Xiaorong (2021): dihukum 14 tahun penjara karena mencuri resep polimer dari Coca-Cola dan mendirikan perusahaan di Tiongkok, rugikan AS hingga 120 juta dolar.
- Zheng Xiaoqing (2022): dihukum dua tahun karena mencuri desain turbin General Electric.
Banyak pula “Perhimpunan Mahasiswa dan Cendekiawan Tionghoa” (CSSA) di kampus-kampus luar negeri yang ternyata aktif memantau, menekan, dan melaporkan rekan sesama mahasiswa ke Kementerian Keamanan Negara PKT. Beberapa bahkan melakukan infiltrasi politik dan operasi rahasia.
Kasus Fang Fang di Cal State East Bay jadi peringatan: sebagai ketua CSSA, ia dilaporkan menjalin hubungan seksual dengan pejabat AS dan dicurigai melakukan pengumpulan intelijen, sebelum akhirnya melarikan diri ke Tiongkok saat terendus FBI.
d. Pengendalian Media
Misi utama UFWD adalah menyebarkan propaganda PKT lewat media. Mereka mengendalikan China News Service yang menyalurkan narasi ke komunitas Tionghoa dunia, termasuk media di Amerika (Qiao Bao) dan Australia (Pacific Media Group).
Kasus terbaru, Hong Qianqian, putri pejabat UFWD, menulis serangkaian artikel di The New York Times yang meniru narasi PKT, menyudutkan kelompok Falun Gong dengan teknik “straw man” tanpa memberikan ruang klarifikasi.
Lebih jauh, individu yang sempat masuk daftar pengawasan FBI sebagai calon pelaku kekerasan kampus, diduga menjadi narasumber dan pengarah isu ke Hong Qianqian. Interaksi intens mereka menimbulkan kekhawatiran akan potensi munculnya aksi kekerasan baru terhadap kelompok Falun Gong.
Tanggapan dan Upaya Amerika Serikat
Gelombang peringatan kini datang dari para pejabat tinggi AS. Menlu AS Marco Rubio menegaskan, “Kita tidak boleh menutup mata terhadap ancaman ini.” Ketua Komite Khusus DPR untuk PKT, John Moolenaar, bahkan menyebut, “Pengaruh PKT sudah menembus puncak pemerintahan negara bagian.”
Kebijakan tegas mulai diterapkan. Pada 28 Mei 2024, Senator Rubio mengusulkan pencabutan visa bagi mahasiswa Tiongkok yang terafiliasi PKT atau belajar di bidang sensitif. Departemen Keamanan Dalam Negeri AS pun mencabut akreditasi Harvard University untuk program pertukaran pelajar, lantaran kekhawatiran keterkaitan dengan PKT.
Dalam sidang konfirmasi Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio menyatakan: “PKT menganggap Amerika sedang menurun dan Tiongkok bangkit. Jika kita tak berubah, layanan publik dan keamanan nasional Amerika akan bergantung pada izin PKT.”
Ancaman yang Tak Lagi Tersembunyi
Laporan-laporan di atas memperlihatkan bagaimana operasi infiltrasi PKT bekerja secara sistemik—mulai dari pendanaan kerusuhan, pembelian elite politik dan akademik, operasi spionase, hingga kontrol media dan opini publik.
Ancaman ini bukan sekadar isapan jempol, melainkan tantangan nyata yang kini menuntut respons serius dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintahan Amerika Serikat.
Amerika Serikat dihadapkan pada persimpangan penting: apakah akan membiarkan infiltrasi ini terus berlangsung, atau bangkit dengan kebijakan baru yang tegas demi menjaga integritas demokrasi, keamanan nasional, dan masa depan masyarakatnya. (***)