EtIndonesia. Ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali melonjak ke titik kritis setelah Israel secara terbuka meningkatkan skala serangan militernya ke wilayah Iran. Situasi kian memanas setelah muncul seruan dari kubu oposisi Israel agar Amerika Serikat mengambil langkah ekstrem dengan menghancurkan fasilitas nuklir utama Iran. Krisis kali ini berpotensi menyeret dunia ke jurang konflik baru yang lebih luas.
Serangan Udara Israel Kian Intensif: Teheran Jadi Target Utama
Dalam keterangan resminya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Angkatan Udara Israel (IAF) telah berhasil menguasai wilayah udara di atas ibu kota Iran, Teheran. Langkah ini menandai babak baru dalam eskalasi konflik, dengan Israel tidak lagi sekadar bertahan, melainkan secara aktif mengambil inisiatif ofensif di jantung pertahanan Iran.
Netanyahu, dalam pernyataan yang disiarkan secara luas di media internasional, memperingatkan seluruh warga sipil di Distrik 3 Teheran agar segera mengungsi. Dia menyebutkan bahwa operasi militer berskala besar akan segera dilancarkan ke wilayah tersebut.
“Keselamatan warga sipil tetap menjadi prioritas. Kami memberikan peringatan agar warga mengungsi sebelum operasi militer besar-besaran dimulai,” ujar Netanyahu.
IDF Klaim Hancurkan Sepertiga Peluncur Rudal Iran
Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Laksamana Muda Daniel Devorin, menyampaikan bahwa sejak pecahnya eskalasi terbaru pekan lalu, Israel telah menghancurkan lebih dari 120 unit peluncur rudal darat-ke-darat milik Iran. Angka tersebut, menurut Devorin, setara dengan sepertiga dari total inventaris peluncur rudal yang dimiliki militer Iran saat ini.
“Operasi militer ini sangat terukur dan terfokus pada target-target strategis yang dapat melumpuhkan kemampuan ofensif Iran,” tegas Devorin.
Dia juga menambahkan bahwa target berikutnya adalah instalasi militer yang diduga kuat menjadi pusat distribusi persenjataan dan perencanaan serangan balasan Iran.
Ancaman Eskalasi: Dunia Khawatir Pecahnya Perang Regional
Aksi militer Israel yang semakin agresif diyakini banyak pihak akan mempercepat eskalasi konflik di kawasan, mengingat Iran selama ini dikenal memiliki jaringan milisi dan sekutu di berbagai negara Timur Tengah, mulai dari Hizbullah di Lebanon, kelompok Houthi di Yaman, hingga milisi Syiah di Irak.
Sejumlah analis menilai, jika serangan Israel berlanjut ke pusat-pusat vital seperti Teheran, maka risiko balasan besar-besaran dari Iran dan sekutunya semakin terbuka. Skenario terburuk berupa pecahnya perang terbuka berskala regional kini bukan lagi sekadar ancaman kosong.
Oposisi Israel Desak Amerika Serikat Turun Tangan
Di tengah situasi genting ini, pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, tampil ke publik dengan permintaan yang sangat kontroversial namun dianggap “rasional” oleh sebagian pihak di Israel. Dalam pernyataan tegasnya, Lapid secara terbuka mendesak Amerika Serikat agar segera mengambil langkah militer untuk menghancurkan fasilitas nuklir utama Iran, terutama yang terletak di situs bawah tanah Fordow.
“Kita tidak boleh membiarkan Iran terus-menerus mengancam dunia dengan program nuklirnya. Amerika harus membantu menghancurkan kemampuan nuklir Iran hingga benar-benar musnah. Ini bukan hanya soal Israel, tapi soal keamanan seluruh dunia,” tegas Lapid dalam konferensi pers di Tel Aviv.
Pernyataan Lapid ini menuai berbagai reaksi, baik di dalam negeri Israel maupun di Washington. Sebagian kalangan menilai, permintaan ini bisa semakin memperkeruh hubungan antara AS dan Iran, namun di sisi lain dianggap sebagai langkah yang diperlukan untuk mencegah proliferasi nuklir di kawasan.
Respons Amerika: Trump Tegaskan Dukungan pada Israel, Tapi Masih Buka Peluang Negosiasi
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump,turut memberikan pernyataan terkait perkembangan terbaru di Timur Tengah. Dalam wawancara eksklusif dengan salah satu jaringan televisi Amerika, Trump menegaskan bahwa Amerika akan terus mendukung pertahanan Israel “tanpa kompromi”.
Namun demikian, Trump juga menambahkan bahwa jalan diplomasi masih terbuka, meskipun peluang untuk penyelesaian damai semakin menipis di tengah meningkatnya tensi militer di lapangan.
“Pada akhirnya, konflik antara Israel dan Iran masih mungkin diselesaikan lewat jalur negosiasi. Namun dalam situasi saat ini, kedua belah pihak seolah ‘terpaksa’ untuk bertempur. Amerika akan selalu berdiri bersama Israel, namun kami tetap mendorong penyelesaian damai jika memungkinkan,” tegas Trump.
Situasi Terbaru: Iran Bersiap Balas, Krisis Global di Depan Mata
Seiring dengan meningkatnya operasi militer Israel, Iran pun diketahui telah menyiagakan seluruh kekuatan militernya. Otoritas Iran membuka sejumlah fasilitas publik, termasuk masjid dan stasiun kereta bawah tanah, sebagai tempat perlindungan bagi warga. Iran juga mengancam akan membalas dengan skala yang jauh lebih besar, termasuk kemungkinan menutup Selat Hormuz yang sangat vital bagi jalur perdagangan minyak dunia.
Sejumlah negara Eropa dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB menyampaikan keprihatinan mendalam, mengingat potensi dampak ekonomi dan keamanan global yang bisa terjadi bila konflik ini berkembang menjadi perang besar.
Penutup:
Krisis terbaru antara Israel dan Iran kini benar-benar berada di ambang perang terbuka. Dengan Israel yang terus meningkatkan tekanan militer dan oposisi yang meminta intervensi langsung Amerika Serikat, dunia kini menanti dengan was-was: Akankah diplomasi masih bisa menyelamatkan Timur Tengah, atau justru dunia bersiap menghadapi babak baru perang yang jauh lebih besar?