Perang Baru di Depan Mata? Penjara Iran Jebol, Kepala Staf Berguguran, Fasilitas Nuklir Fordow Jadi Sasaran

EtIndonesia. Situasi di kawasan Timur Tengah kian memanas seiring dengan intensifikasi operasi militer Israel terhadap Iran. Setelah sukses mengguncang barisan petinggi militer Iran pada gelombang serangan pertama, kini Israel telah memulai babak kedua operasi yang disebut-sebut jauh lebih berani dan sistematis.

Target Eliminasi Kepala Staf Iran: Kursi “Maut” yang Tak Pernah Aman

Baru saja Mayjen Ali  Shadami ditunjuk sebagai Kepala Staf Militer Iran—menggantikan pendahulunya, Gholam Ali Rashid, yang tewas dalam serangan Israel dua hari lalu—ia pun langsung menjadi korban berikutnya. Israel secara terbuka menyampaikan peringatan keras: “Siapa pun yang menduduki kursi Kepala Staf, siap-siap menghadapi maut.” Sinyal ancaman ini bukan sekadar gertakan, melainkan disertai aksi nyata di lapangan yang menebar ketakutan di lingkaran elite militer Iran.

Lingkaran Khamenei Kian Rapat, Pemerintahan Iran Makin Rawan

Sumber-sumber di Israel melaporkan bahwa Ayatollah Ali Khamenei kini berada dalam posisi sangat rapuh, baik secara fisik maupun psikologis. Lingkaran dalamnya hampir seluruhnya sudah dieliminasi dan digantikan oleh wajah-wajah baru yang belum teruji loyalitasnya. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, bahkan memperingatkan: “Khamenei bisa bernasib sama seperti Saddam Hussein—digulingkan dan dieksekusi.” Sementara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan, “Mengeliminasi Khamenei bukan untuk memperluas konflik, tapi justru untuk mengakhirinya. Rezim Iran-lah yang menginginkan perang abadi dan mencoba menyeret kawasan ke jurang konflik nuklir. Kami justru berjuang mencegah hal itu.”

Operasi Militer Besar Diumumkan: “Kejutan Tak Terduga Menanti Dunia”

Atmosfer ketegangan semakin memuncak setelah Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Michael Lait, dalam wawancara eksklusif menyatakan bahwa dunia akan segera menyaksikan operasi militer besar Israel terhadap Iran dalam beberapa hari mendatang.

“Ketika debu mereda, Kamis malam atau Jumat, Anda akan melihat kejutan-kejutan yang tak pernah diduga. Operasi kali ini akan membuat semua operasi sebelumnya tampak seperti permainan anak-anak,” tegas Lait.

Pernyataan ini menandai kesiapan Israel untuk melakukan aksi berskala jauh lebih besar, mengisyaratkan bahwa puncak konfrontasi akan segera tiba.

Mengapa Israel Dorong Keterlibatan Langsung Amerika Serikat?

Publik dunia bertanya-tanya: mengapa Israel yang kini telah mendominasi penuh langit Iran, tetap mendorong Amerika Serikat untuk turun tangan langsung? Jawabannya terletak pada target utama mereka: penghancuran seluruh fasilitas nuklir Iran, terutama kompleks Fordow—sebuah bunker nuklir super-dalam yang berada 90 meter di bawah permukaan tanah dan tidak bisa dijangkau oleh bom konvensional Israel.

Hanya satu jenis senjata yang bisa menembus pertahanan Fordow: bom GBU-57 “Mother of All Bombs” seberat 30.000 pon, produksi Amerika Serikat, yang hanya bisa dijatuhkan oleh pesawat pembom siluman B-2 Spirit. Pesawat ini sendiri tidak pernah dijual ke negara mana pun di dunia, termasuk Israel. Dengan demikian, keterlibatan langsung AS mutlak diperlukan.

Namun, di tengah ancaman nyata itu, beredar pula gelombang foto dan video palsu buatan AI di dunia maya, menggambarkan seolah-olah pesawat B-2 AS telah ditembak jatuh oleh pertahanan udara Iran. Berbagai manipulasi digital ini semakin membingungkan situasi, sekaligus memperkeruh opini publik global.

Iran di Ambang Kekacauan: Protes Massal dan Penjara Jebol

Dampak dari operasi Israel ternyata tak hanya mengguncang struktur militer, namun juga menciptakan gelombang sosial dan politik yang luar biasa di Iran.  Iran benar-benar terjerumus dalam kekacauan. Pemerintahan pusat terlihat limbung, dan masyarakat pun bereaksi keras.

Gelombang protes meletus di berbagai kota, terutama di Teheran. Poster-poster besar Ayatollah Khamenei dibakar di tengah jalan—sebuah aksi yang dulu mustahil terjadi. Penjara-penjara besar dilaporkan jebol, ribuan narapidana, termasuk tahanan politik, berhasil melarikan diri. Banyak pengamat menilai situasi ini mirip dengan masa-masa kejatuhan rezim Assad di Suriah.

Di tengah kekacauan itu, Pangeran Reza Pahlavi, pewaris Dinasti Pahlavi yang saat ini bermukim di Amerika Serikat, secara terbuka menyatakan siap kembali ke Iran dan membentuk pemerintahan baru. “Saatnya rakyat Iran terlahir kembali sudah tiba,” tegas Reza Pahlavi dalam pernyataannya.

Trump Layangkan Ancaman Terbuka ke Iran: “Kami Tahu Lokasi Khamenei”

Di tengah spekulasi apakah Amerika benar-benar akan melancarkan operasi militer ke Iran, Presiden Donald Trump mengunggah dua pernyataan keras yang langsung menggegerkan dunia.

Dalam postingan pertamanya, Trump menulis: “Kami tahu persis di mana ‘Pemimpin Tertinggi’ bersembunyi. Itu target yang sangat mudah. Namun, untuk saat ini, kami belum akan mengeksekusi. Kami tidak ingin rudal jatuh ke warga sipil atau tentara Amerika. Tapi kesabaran kami hampir habis.”

Tak lama berselang, Trump kembali mengeluarkan pernyataan yang lebih tegas, secara terbuka memerintahkan pemerintahan Iran untuk “menyerah tanpa syarat”.

Kesimpulan: Kawasan di Ambang Ledakan Besar

Seiring eskalasi militer Israel yang makin berani, keterlibatan Amerika Serikat yang kian nyata, dan pemerintahan Iran yang goyah diterpa gelombang protes rakyatnya, situasi di Timur Tengah kini benar-benar berada di ujung tanduk. Banyak pihak memperingatkan, bila situs nuklir Fordow dihancurkan dan rezim Khamenei jatuh, bukan tidak mungkin peta geopolitik kawasan akan berubah secara dramatis—memicu babak baru sejarah dunia. (***)

FOKUS DUNIA

NEWS