Epochtimes.id- Hari kedua kunjungan Presiden Joko Widodo ke Lombok untuk meninjau percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Lombok dan Sumbawa, Presiden memimpin apel Siaga dan berdialog dengan masyarakat.
“Boleh membangun rumah tipe apa saja dari batako, batu bata atau kayu, asalkan konstruksinya tahan gempa” kata Presiden Joko Widodo saat memimpin langsung Apel Siaga NTB Bangun Kembali di Lapangan Sepakbola Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (3/9/2018).
Dalam arahannya Presiden Joko Widodo mengatakan, Indonesia merupakan negara rawan gempa karena terletak di ring of fire atau cincin api.
“Sejak tahun 1979, NTB pernah mengalami gempa besar maka dari itu kita harus belajar dari pengalaman sebelumnya yakni bangunan harus tahan gempa. Saya serahkan pembangunan rumah kepada Kementerian PUPR. Saya akan terus cek dan kontrol perkembangan pembangunan rumah-rumah yang rusak” tegas Presiden.
Sesuai Inpres No. 5 tahun 2018 pembangunan kembali rumah dan fasilitas yang rusak harus cepat selesai agar segera berfungsi dan kehidupan masyarakat kembali berjalan normal.
Presiden juga berpesan masyarakat harus didampingi ahli konstruksi gempa dan mempercepat pembangunan kembali rumah sebelum musim hujan tiba. Presiden juga mengucapkan terimakasih kepada relawan, dan institusi yang terkait penanggulangan bencana.
“Terima kasih atas apresiasi dan kerja kerasnya dalam NTB membangun kembali,” ucap Jokowi.
Progres pekerjaan Kementerian PUPR melakukan perbaikan dan pembangunan kembali pascabencana, antara lain jalan dan pembersihan jembatan, longsoran di Km 60-64, Km 100 sudah selesai.
Dari 12 yang diperbaiki, 10 jembatan sudah selesai di Kali Padet, Panggung, Lokok Koangan, Sapit II, Embar-Embar, Sokong A, Lempenge I, Luk I, Sidutan dan Segundi. Fasilitas Publik dari 972 dilaporkan rusak, 291 terverifikasi dan 56 sedang dikerjakan. Serta rumah masyarakat 11.392 rusak ringan, 3.556 rusak sedang, 17.769 rusak berat.
Ditargetkan fasilitas umum dan publik akan selesai pada akhir tahun 2019, untuk sementara bangunan darurat untuk rumah sakit/puskesmas, sekolah, pasar, masjid/musholla untuk menjamin aktivitas masyarakat berlangsung normal.
Dalam laporannya Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan “Saat ini juga sedang dilakukan mobilisasi penempatan fasilitator dan pelatihan fasilitator untuk pembuatan rumah RISHA di 20 lokasi untuk percontohan bagi masyarakat. Untuk mendukung percepatan depo bangunan akan dibangun di lokasi-lokasi strategis kecamatan, dengan harga yang terjangkau. Ditargetkan 6 (enam) bulan ke depan akan selesai dengan cara swakelola dan gotong royong” kata Basuki.
Sementara itu, Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan verifikasi data rumah rusak masih terus dilanjutkan sesuai arahan Presiden.
“Meskipun belum semua mendapatkan dana stimulan, masyarakat sudah semangat membangun NTB kembali. Saya targetkan sampai akhir bulan ini (September) verifikasi selesai. Pemerintah sudah memberikan dana stimulan untuk tahap pertama sebanyak 5.293 yang diberikan Presiden kemarin,” ujarnya.
Pendataan yang telah diverifikasi kemudian di-SK-kan Bupati lalu pemerintah langsung memberikan bantuan kepada korban gempa dalam bentuk tabungan. “Diprioritaskan untuk rumah yang rusak berat mendapatkan bantuan dana stimulan sebesar Rp.50 juta per rumah, bukan per kepala keluarga,” tegas Willem.
Seusai memimpin apel yang dihadiri 2.250 orang terdiri dari unsur TNI, Polri, BNPB, BPBD, BUMN, SKPD di lingkungan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota di NTB, pelajar, dan masyarakat NTB.
Presiden mengunjungi rumah salah satu warga yang rusak yang dibangun kembali menggunakan metode Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) di Dusun Wadon Desa Kekait, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat. Kemudian dilanjutkan ke SMPN 6 Mataram, bernyanyi bersama anak-anak korban gempa, dialog dan membagikan buku tulis. Selanjutnya mengunjungi RSUD Kota Mataram, walaupun gedung belum dapat digunakan namun masih melayani masyarakat yang berobat di dalam tenda. (asr)