EpochTimesId – Polisi Wiltshire di Salisbury, Inggris, melaporkan bahwa seorang pria berusia 45 tahun mencoba mencuri Magna Carta. Ini adalah upaya pencurian pertama di Inggris terhadap manuskrip yang menetapkan dasar bagi pemerintahan konstitusional dan kemerdekaan berdasarkan hukum bagi Inggris pada 15 Juni 1215.
Polisi melaporkan bahwa alarm di Katedral Salisbury terdengar sesaat sebelum pukul 5 sore, pada 25 Oktober 2018 lalu. Seorang pria bersenjata dengan palu mencoba memecahkan kaca etalase yang menyimpan dokumen berharga.
Penyerang yang tidak disebutkan namanya itu berhasil membuat tiga lubang di kotak kaca yang menampung artefak tersebut.
If you witnessed this incident in Salisbury Cathedral yesterday afternoon, and haven't yet spoken to police, officers are keen to hear from you. Call 101. #MagnaCarter #Salisbury https://t.co/cof2dXk4sv pic.twitter.com/RReAyqELES
— Wiltshire Police (@wiltshirepolice) October 26, 2018
Staf Katedral bergumul dengan pria itu di lantai, seperti dilaporkan Time. Petugas polisi mendapati pria itu sudah berhasil dilumpuhkan dan ditahan ketika mereka tiba.
Pria itu ditangkap karena dicurigai berusaha melakukan pencurian, memiliki senjata ofensif dan kerusakan kriminal. Tersangka dibawa ke Kantor Polisi Melksham untuk diinterogasi.
Menurut polisi, dokumen itu tidak rusak dan tidak ada yang staf museum yang terluka. Polisi Wiltshire meminta siapa saja yang menyaksikan serangan itu untuk menghubungi mereka.
Dokumen Kuno dan Penting
The Magna Carta Libertatum, bahasa Latin Abad Pertengahan untuk “Piagam Agung dari Kebebasan” dan umumnya disebut Magna Carta, adalah perjanjian antara Raja John dari Inggris dan bangsawan yang menggariskan hak dan tanggung jawab dari berbagai anggota masyarakat Inggris.
Ditandatangani pada tahun 1215, dokumen itu menjabarkan prinsip dasar aturan hukum sebagaimana diakui dalam masyarakat Barat. Dengan demikian, ia membentuk landasan paling dasar bagi dokumen-dokumen pendirian banyak negara, dan memengaruhi Konstitusi Amerika Serikat.
The Magna Carta mengakui bahwa semua warga memiliki hak, termasuk hak untuk pengadilan yang adil.
“Hanya empat salinan Magna Carta yang berasal dari tahun 1215 yang selamat dari kerusakan karena usia dan Salisbury Cathedral dengan bangga menjadi rumah bagi naskah asli yang diawetkan,” kata katedral itu, menurut NPR.
Dokumen itu menyerang dan membatalkan ‘hak ilahi’ para raja, gagasan bahwa semua raja dipilih oleh Tuhan dan semua yang mereka lakukan adalah benar dan tepat. Walaupun apa yang Raja perbuat adalah perbuatan tidak adil atau brutal.
Paus membatalkan perjanjian itu setelah sekitar dua setengah bulan, segera setelah surat King John tiba. “Saya menyatakan piagam itu batal demi hukum semua kekosongan selamanya,” NPR melaporkan, mengutip perkataan Paus dalam dekrit pembatalannya.
Setelah Magna Carta dibatalkan, para baron Inggris melanjutkan perang mereka dengan Raja John. Setelah kematian John pada tahun 1216, para bupati menjalankan pemerintahan untuk Raja Henry muda, dan mengembalikan bagian-bagian dokumen.
Versi lain dikeluarkan pada tahun 1217, dan satu lagi pada tahun 1225. Raja Edward I, putra Raja Henry, mengeluarkan versi terakhir pada 1297. (CHRIS JASUREK, AP dan NTD.tv/The Epoch Times/waa)
Video Rekomendasi :
Video Pilihan :
https://www.youtube.com/watch?v=JGc59EiEYwQ