Nicole Hao
Tiga topan melanda Provinsi Jilin dan Provinsi Heilongjiang di timur laut Tiongkok dari tanggal 27 Agustus hingga 8 September 2020 sehingga menyebabkan hujan lebat dan banjir yang menghancurkan.
Bencana alam masih melanda daratan Tiongkok. Kementerian Manajemen Darurat Tiongkok mengatakan pada tanggal 8 September 2020, bahwa ketinggian air di 23 sungai utama di Provinsi Heilongjiang telah mencapai tingkat peringatan tertinggi, tetapi dikatakan curah hujan tambahan diperkirakan terjadi sampai tanggal 11 September 2020. Ketinggian air di lima sungai naik di atas ambang batasnya, yang berarti tanggul dapat jebol kapan saja.
Kementerian tersebut mengatakan keadaan serupa terjadi di Provinsi Jilin.
Dalam video online, terdengar para petani berteriak, “Ya ampun! Bagaimana saya hidup?” saat mereka menyaksikan tanamannya terendam banjir. Karena menjelang musim panen dan banyak tanaman akan segera dipanen, petani kehilangan sumber pendapatan.
Saat banjir menghancurkan jembatan dan jalan di daerah pedesaan, penduduk desa terpaksa meninggalkan rumahnya dengan tergesa-gesa karena dihantui risiko tanah longsor.
Itu, mobil terlihat macet di hujan lebat di kota-kota besar seperti Yanbian di Provinsi Jilin dan Harbin di Provinsi Heilongjiang.
Banjir Bersejarah
Pada tanggal 8 September, Kantor Pusat Pengendalian Banjir dan Bantuan Kekeringan Nasional Tiongkok bersama dengan Kementerian Manajemen Darurat, bertemu untuk membahas respon terhadap banjir.
Menurut Beijing News yang dikelola pemerintah, pihak berwenang meminta Provinsi
Liaoning, Jilin, dan Heilongjiang untuk memantau risiko banjir, tanah longsor,
dan genangan air di kota-kota. Dikarenakan, curah hujan yang diperkirakan akan terus berlanjut sampai tanggal 11 September.
Pada tanggal 6 September, Dongbei Net yang dioperasikan di Heilongjiang melaporkan bahwa 23 sungai setempat mengalami banjir terparah dalam lima hingga 20 tahun terakhir.
Pada tanggal 9 September, Xinhua yang dikelola pemerintah melaporkan, bahwa lebih banyak sungai mengalami banjir, di mana 25 sungai mencapai di ambang batas peringatan.
Pada tanggal 9 September, Dongbei Net mencatat bahwa setiap tahun, rata-rata terjadi 1,2 topan memengaruhi timur laut Tiongkok, tetapi ada tiga topan pada tahun ini, yaitu: Bavi, Maysak, dan Haishen.
Suhu di timur laut Tiongkok turun hingga sekitar 10 derajat Celcius di malam hari, menciptakan tantangan bagi tunawisma setelah dievakuasi secara paksa.
Panen
Akhir bulan Agustus dan awal bulan September, merupakan musim panen padi, jagung, dan
gandum di timur laut Tiongkok. Dua minggu berikutnya, petani biasanya memanen kedelai.
Heilongjiang adalah salah satu produsen utama jagung, kedelai, dan beras Japonica. Hasil panen kedelai Heilongjiang adalah 45 persen dari panen kedelai di Tiongkok.
Heilongjiang juga memanen 40 persen beras Japonica produksi Tiongkok, dan 20 persen jagung Tiongkok, menurut media yang dikelola pemerintah, Futures Daily.
Penduduk desa setempat berbagi video dengan The Epoch Times, di mana para petani di daerah Harbin berdiri di ladangnya yang mirip rawa dan berupaya memanen jagung yang ada sebelum hancur.
Di video lain, banjir tampak terlalu parah bahkan hingga memasuki ladang, membuat penduduk desa gigit jari karena tanamannya hanyut.
Area Lainnya
Daerah lain di Tiongkok mengalami curah hujan yang sangat deras.
Di selatan kota Xiamen, di Provinsi Guangdong, terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir pada tanggal 7 September 2020.
Di barat daya kota Liupanshui di Provinsi Guizhou, terjadi hujan badai yang mengalir ke lantai pertama toko dan rumah penduduk setempat pada tanggal 6 September 2020.
Di barat laut kota Longnan di Provinsi Gansu, curah hujan menyebabkan tanah longsor pada tanggal 7 September. Pada pertengahan bulan Agustus, tanah longsor di sana menewaskan sedikitnya lima orang, menurut CCTV penyiar milik negara.
(VV/asr)
Keterangan Foto : Banjir di Provinsi Heilongjiang. (Screenshot Disediakan untuk The Epoch Times)