EpochTimesId – Pemerintah Tiongkok sedang melakukan kompresi skala usaha terhadap perusahaan-perusahaan milik negara. Diperkirakan sejumlah pekerja tambang batu bara dan pabrik baja akan kehilangan pekerjaan mereka.
Financial Times edisi berbahasa Mandarin dalam laporannya pada 17 Nopember 2017 menyebutkan bahwa sampai akhir tahun ini, akan ada sedikitnya 1,8 juta pekerja tambang batu bara, dan pabrik baja Tiongkok kehilangan pekerjaan. Jika itu benar-benar terjadi, maka gelombang PHK ini adalah yang terbesar di dunia sejak dekade 90an.
Pemerintah Tiongkok dikabarkan sedang berusaha untuk mengkompresi skala usaha BUMN mereka demi meningkatkan hasil manufakturing. Namun, untuk menyingkirkan ketergantungannya terhadap industri berat, ekonomi Tiongkok terpaksa harus menghadapi sekaligus mengatasi tekanan besar dari meningkatnya pengangguran dan sistem kesejahteraan sosial.
Pabrik baja Maanshan yang berlokasi di kota Maanshan, Anhui merupakan salah satu dari tujuh basis baja utama Tiongkok yang pada era 80-90an telah menyumbang sekitar 85 % pajak pendapatan pemda kota Maanshan. Pabrik itu juga menghasilkan 20 % total output industri propinsi Anhui.
Di masa jayanya, sekitar 90.000 orang dari total penduduk kota Maanshan yang berjumlah 2 juta jiwa, bekerja pada pabrik baja ini. Kesejahteraannya bagus, makanan dan minuman gratis tersedia dalam kantin pabrik, perawatan kesehatan pun digratiskan.
Ada sekolah dasar yang dibangun dalam lokasi pabrik untuk anak-anak para pekerja. Sampai tahun 2007, para pekerja pabrik masih bisa mendapatkan fasilitas tempat tinggal.
Seorang pensiunan pekerja pabrik tersebut yang sekarang mengelola sebuah rumah makan kecil mengatakan, “Meskipun upah bulanan tidak termasuk yang paling tinggi, tetapi kita menikmati banyak kesejahteraan yang diberikan pabrik.”
Pabrik tersebut saat ini hanya mempekerjakan sekitar 32.000 orang pekerja dengan sejumlah tunjangan kesejahteraan sudah dihapus. Laporan keuangan pabrik tahun lalu menunjukkan bahwa manajemen pabrik Maanshan telah menghabiskan dana sebesar RMB 348 juta untuk membayar uang pesangon percepatan pensiun sejumlah pekerja.
Xu Yong’an adalah salah seorang pekerja pabrik yang terkena PHK. Dua tahun lalu, ia memutuskan untuk menerima tawaran pabrik sebagai pengganti pensiun yang dipercepat.
Kini selama 35 tahun, ia akan menerima uang pensiun sebesar RMB 4.000 (atau sekitar Rp 8,1 juta) setiap bulannya dari pabrik.
Aktivis hak buruh Geoffrey Crothall mengatakan, pihak berwenang sekarang mencoba untuk lebih terampil dalam merampingkan staf mereka. Sebagian karena alasan ingin menghindari demo buruh besar-besaran seperti yang terjadi pada beberapa tahun terakhir.
Dilaporkan bahwa akibat penutupan pabrik baja Maanshan yang mempekerjakan 4.800 orang tenaga di kota Hefei pada tahun 2015, ratusan orang pekerja turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi.
Sampai saat ini, keuangan perusahaan Maanshan masih dibebani oleh pembayaran uang pensiun bagi 20.200 orang pensiunan yang setahunnya mencapai RMB 550 juta. Laporan keuangan perusahaan tahun 2016 menunjukkan, lebih dari 70% hutang yang jatuh tempo tahun lalu memiliki kaitan dengan pembayaran uang pensiun.
Pabrik Maanshan juga memperpendek jam kerja demi memperkecil pembayaran upah per jam para pekerja. Seorang buruh pabrik tersebut menuturkan bahwa ia terpaksa mencari pekerjaan sampingan melalui aplikasi mobile seperti antar jemput, membelikan dan mengantarkan makanan kepada pemesan dan sebagainya untuk menambah penghasilan.
Namun, sebagian pekerja lebih memilih pensiun yang dipercepat, bukan mencari pekerjaan baru.
Ekonom pada Economist Intelligence Unit, Wang Dan menyebutkan, “Pelatihan ulang kepada para tenaga kerja mengalami lebih banyak kesulitan karena mereka itu rata-rata sudah berusia di atas 40 tahun.”
Mereka hanya bisa dipekerjakan pada bidang pekerjaan yang bersifat minim teknologi. (Sinatra/waa)