ETIndonesia- Tenaga Kesehatan yang berada di garis depan terutama perawat harus berhadapan dengan resiko tinggi saat lonjakan kasus COVID-19 di fasilitas Kesehatan. Sebanyak 373 perawat meninggal dunia.
Perwakilan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PPNI Jawa Timur, Sri Suhardiningsih,, memohon perlindungan bagi nakes.
“Perawat 24 jam bersama pasien, sehingga diperlukan tenaga tambahan. Karena, kami bisa melihat antrian di IGD hingga 40-50 pasien,” ujarnya dalam keterangan tertulis Laporcovid-19, Jumat (9/7/2021).
Hal ini dikarenakan Jawa Timur menyumbang kematian perawat tertinggi. Dari 373 perawat gugur, 140 nya adalah dari perawat dari Jawa Timur, dengan 22 kematian pada Juli 2021.
Namun, ia juga menyoroti sulitnya mendapatkan tenaga tambahan “insentif yang sulit dicairkan membuat relawan enggan menjadi tenaga tambahan”.
Dr. A.V. juga mencatat bahwa penambahan relawan tidak cukup apabila penanganan pada hulu tidak berjalan, sehingga pelaksanaan PPKM darurat harus dilakukan ketat, termasuk pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat oleh warga.
Sementara itu, dr. Aldila S. Al Arfah, dari Muhammadiyah Covid-19 Command Centre, menyarankan pemerintah untuk memperbaiki manajemen komunikasi publik dan transparansi komunikasi.
“Komunikasi yang ditujukan bukan untuk menenangkan, namun untuk menstimuls sense of crisis agar fokus kita pada Covid-19. Kami berharap kehadiran pemimpin untuk bertanggung jawab dalam hal komunikasi sehingga transparansi keadaan pandemi Covid-19 tercapai,” ujarnya.
Ia juga menyoroti soal insentif agar segera dicairkan. “Jika ada masalah kesulitan finansial, perlu diadakan regulasi ulang,” tambahnya. (asr)