Gu Xiaohua
Sebagian besar wilayah Provinsi Shanxi sejak Sabtu (2/10/2021) dilanda lebih dari 5 kali curah hujan normal selama periode yang sama tahun ini. Departemen Manajemen Darurat Provinsi Shanxi merilis data pada 10 Oktober bahwa banjir di Shanxi menyebabkan lebih dari 1,75 juta orang terkena dampak, lebih dari 17.000 rumah runtuh, dan lebih dari 120.000 orang dievakuasi dan dimukimkan kembali.
Pada Rabu (6/10) Sungai Wuma di Shanxi meluap dan banyak desa terendam banjir. Jembatan Sungai Changyuan di Shanxi runtuh dan Jalur Kereta Api Nantongpu dihentikan.
Pada Kamis (7/10) tanggul Sungai Fenhe di Kabupaten Xinjiang, Kota Yuncheng, Provinsi Shanxi jebol dan seluruh kota kabupaten menjadi lautan luas.
Pada Jumat (8/10), banyak desa di Kabupaten Jishan, Kota Yuncheng terendam banjir.
Pada Sabtu (9/10), kondisi banjir menyebabkan 60 tambang batubara, 372 tambang non-batubara, dan 14 perusahaan kimia berbahaya menghentikan produksi mereka. Bagian Shanxi Hejin dari Sungai Fenhe mengirim banjir terbesar dalam 67 tahun, dan dataran banjir Sungai Kuning digunakan untuk menyimpan aliran banjir.
Banjir hebat ini terjadi hanya selama periode Oktober. Laporan media daratan tentang bencana di Shanxi tidak menarik banyak perhatian seperti yang terjadi selama “Banjir Henan”. Bahkan ada artikel di Internet yang mengatakan bahwa hujan lebat di Shanxi berlangsung selama 60 jam, tetapi “tidak ada yang meminta promosi”!
Desa Jingping, Kota Jifeng, Kabupaten Jishan, Provinsi Shanxi, dilanda banjir. Pada tanggal 10 oktober, seorang warga Desa Jingping mengatakan bahwa desa tersebut tergenang air karena hujan deras. Ada juga disebabkan dari luapan di hulu tanpa peringatan.
Lin Jie (nama samaran), seorang warga Desa Jingping mengungkapkan, hulu Sungai Fenhe terendam dan setelah lebih dari setengah bulan hujan, kapasitas Sungai Fenhe meninggi. Selain itu, hulu dari debit banjir tidak bisa dilalui. Setelah jam 2 pagi pada 8 Oktober, air mulai masuk ke pemukiman warga desa. Orang-orang bergegas ke tempat yang lebih tinggi, dan pemerintah tidak akan mengendalikannya.
Warga Desa Sangliushu, Kota Yi’an, Kota Jiexiu, Provinsi Shanxi lainnya mengatakan, mereka juga terendam banjir akibat hujan deras dan debit banjir.
Warga dengan inisal Mr Li itu mengatakan, Warga desa sama sekali tidak tahu soal banjir akan terjadi dalam semalam dan keesokan paginya banjir masih berlangsung. Penduduk desa semuanya buta huruf sangat terkena dampaknya. Banyak orang terbunuh di beberapa desa di Jiexiu selama perang melawan banjir.”
Apalagi pada malam itu sangat dingin, sehingga penduduk desa merasa tidak berdaya.
Penduduk Desa Wang Hui (nama samaran) dari Desa Jingping mengutarakan, pihak Kabupaten tidak mengatakan warga harus bersiap untuk evakuasi. Warga tidak tahu situasinya tentang debit banjir. Mereka bertindak sendiri untuk membendung kiriman air. Jika tidak bisa, maka warga harus mengungsi, tidak ada pemberitahuan dari pemerintah.
Warga juga mengatakan, selama penyelamatan darurat, hanya ada dua truk pemindah tanah di desa untuk memperbaiki tanggul sungai. “Coba kalian bayangkan apa dapat memperbaikinya?”, tanya warga.
Hingga saat ini, warga desa juga mengandalkan evakuasi dan penyelamatan mandiri.
“Tidak ada subsidi, hanya menyediakan tempat tinggal, dan makanannya harus bayar sendiri,” ujar warga.
Lin Jie menambahkan, beberapa orang mengatakan mereka hanya menyebarkan desas-desus dan tidak terpengaruh oleh bencana. Ia mengajak orang-orang langsung pergi ke desa untuk melihat-lihat dengan perahu. Warga juga hanya mengandalkan sumbangan makanan, minuman dan selimut dari orang-orang yang peduli. “
Para pejabat setempat mengatakan ada 2.849.600 hektar tanaman terkena dampaknya. Para pejabat setempat belum mengumumkan jumlah korban akibat banjir tersebut.
Penduduk desa memperkirakan bakal terjadinya gagal panen pada tahun ini.
“Kami menanam anggur dan jagung. Sekarang kebun anggur dan ladang jagung semuanya banjir, penderitaan rakyat jelata sudah susah. Instruksi pemimpin sia-sia,” kata warga.
Orang-orang ingin menyelamatkan rumah mereka, tetapi mereka tidak bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Sedangkan hal paling dikhawatirkan sekarang adalah tentang rumah-rumah yang terendam. Tapi, pemda tidak memberikan rencana apa pun sehingga membuat warga menjadi cemas.
Pada pagi hari tanggal 9 Oktober, sebanyak 60 atau 70 orang dari Desa Sangliushu datang ke gerbang Kota Yi’an dan meminta dukungan pemerintah.
Seorang penduduk desa di Desa Sangliushu berkata : Apakah kita membuat masalah di pemerintahan sekarang? Di pemerintahan kota, kita sekarang mencari bantuan dan dukungan , menunggu mereka mengirimkan pompa air atau semacamnya.” (hui)