Rudal Stinger: Terbanyak Tembak Jatuh Pesawat dalam Sejarah

EXPLORE 

Sejak dimulainya perang Ukraina, Angkatan Udara Rusia mengalami kehilangan serius, tidak hanya sejumlah jet tempurnya mulai dari Su-35, Su-25, Su-27, dan lain- lain ditembak jatuh oleh Ukraina dalam perang udara, puluhan helikopter lainnya juga ditembak jatuh oleh Ukraina dengan rudal anti-pesawat jarak dekat, dan mayoritas yang paling berjasa dalam hal ini adalah berkat rudal anti-pesawat FIM-92 Stinger.

Rudal anti-pesawat FIM-92, disebut juga Stinger, adalah rudal anti-pesawat dengan pengalaman tempur paling banyak dan menembak jatuh pesawat terbanyak di dunia. Sejak diciptakan, ia telah diterjunkan di Perang India-Pakistan, Perang Afghanistan, Perang Teluk, Perang Chechnya, dan Perang Suriah, sangat berjasa. Apa sebenarnya rahasia di balik rudal jenis ini?

Penjelasan Singkat Rudal Stinger

Rudal anti-pesawat generasi pertama buatan AS disebut FIIM-43 Redeye, merupakan perlengkapan di era 1960-an, tapi kemudian didapati bahwa hulu deteksi inframerah pada Redeye mempunyai keterbatasan yang sangat besar, tidak mampu melacak segala arah, ketika pesawat musuh melakukan manuver akselerasi yang agak besar, maka akan dapat lolos dari rudal Redeye. Atas dasar inilah AS mengembang- kan generasi baru yakni rudal anti-pesawat Stinger, dan begitu dipergunakan ternyata telah berlangsung 50 tahun lamanya.

Pada 1967, perusahaan General Dynamics AS mulai melakukan riset. Pada 1975 merampungkan rudal prototipe, lalu dimulailah berbagai uji coba. Dalam uji coba pada Maret tahun yang sama, ketika rudal itu melawan sasaran yang bermanuver 4G, sistem panduannya bekerja dengan baik. Pada uji coba Juli, dalam kondisi ada gangguan, Stinger berhasil menjatuhkan pesawat nirawak. Pada 1978 ia resmi diproduksi.

Keseluruhan sistem rudal Stinger berbobot 15,68 kg. Panjang rudal mencapai 1,52 meter, diameter 70 mm, sirip ekor 100 mm, bobot rudal 10,1 kg, termasuk landasan peluncur, jadi berat keseluruhan 15,2 kg (33,5 pon). Stinger menggunakan pendorong berupa roket berbahan bakar padat dua tahap, api semburan berada pada jarak aman dari si peluncur, kecepatan tertinggi rudal dapat mencapai 2,2 Mach (750 meter per detik), hulu ledak rudal berupa peluru penembus 3 kg dan berisikan mesiu dengan sumbu penunda ledakan.

Rudal Singer dapat dipasangkan pada sebuah tabung peluncur roket yang terbuat dari serat Kevlar. Tabung peluncur menyatu dengan instrumen kendali dan peluncur, ada alat pembidik, alat pengontrolan peluncuran dan sistem identifikasi teman atau lawan (IFF). Setelah peluncuran, tabung peluncur dapat dibuang, instrumen kendali dan peluncur dapat digunakan lagi. 

Selain itu, Stinger juga memiliki modul pendingin baterai (BCU), sebelum peluncuran disematkan ke dalam instrumen peluncur, akan diinjeksikan gas Argon sebagai fungsi pendingin, sekaligus menyambungkan listrik pada rudal, namun gas pada baterai jumlahnya terbatas sehingga tidak dapat digunakan ulang. Ini adalah salah satu keterbatasan Stinger.

Mengapa harus didinginkan, berikut ini akan dibahas tentang modul panduannya.

Rudal Stinger Adalah Tipikal Sistem Panduan Inframerah

Rudal Stinger adalah rudal sistem panduan inframerah yang tipikal, yang dise- but inframerah, seperti diketahui setiap sumber panas akan memancarkan sinar inframerah, bagi pesawat udara, latar belakangnya adalah langit, dan mesin pendorongnya akan menghasilkan sumber panas dalam jumlah besar, inilah yang menjadi sumber yang dilacak oleh rudal Stinger. Tipe rudal sebelumnya “Redeye” menggunakan timbal (II) sulfida sebagai elemen pelacak inframerah. Rentang panjang gelombang operasinya antara 1,5~3 mikron, dan suhu operasinya antara 25-140oC, oleh sebab itu dapat beroperasi tanpa harus didinginkan, namun kepekaan deteksinya sangat rendah.

Sedangkan Stinger menggunakan Indium Antimonida sebagai elemen pelacak inframerah, rentang panjang gelombang operasinya antara 3-5 mikron, suhu operasi terbaik pada 200 derajat di bawah nol, oleh sebab itu harus didinginkan untuk dapat beroperasi normal. Di saat yang sama AS juga berhasil menciptakan alat pendingin Joule-Thomson yang berukuran kecil dan sangat ringan, membuat instrumen tersebut dapat didinginkan dengan cepat hingga mencapai 200 derajat di bawah nol.

Dengan hulu pelacak inframerah seperti ini, tidak hanya mampu melacak sumber panas suhu tinggi di bagian ekor sasaran, dari samping dan depan juga mampu mendeteksi aliran hawa panas dengan suhu lebih rendah yang dipancarkan mesin pendorong, lalu kembali mengejar musuh, sehingga Stinger memiliki kemampuan menyerang segala arah, mengatasi kelemahan Redeye yang hanya mampu menyerang dari belakang. Namun kelemahannya adalah harus lebih dulu didinginkan baru dapat digunakan.

Inframerah melacak sumber panas, lalu ada pembaca yang mungkin berpikir, pesawat tempur sekarang telah dilengkapi dengan suar panas, yang dapat menimbulkan sinyal sumber panas palsu bukankah dapat  mengganggu  rudal?   Pertanyaan ini dapat kita bayangkan, Amerika sejak awal juga telah memikirkannya pada 1978 dikembangkanlah Stinger tipe B, disebut Passive Optical Seeker Technique, POST).

Rudal seperti ini dapat menganalisa gelombang sinyal ganda, inframerah, dan ultraviolet, serta melakukan pemindaian menyerupai kelopak bunga mawar, dengan demikian rudal dapat secara efektif mengidentifikasi perbedaan tipuan dengan sasaran, Stinger-B mulai diproduksi pada 1983.

Berikut penjelasan prinsip kerjanya secara sederhana. Spektrum cahaya tampak, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu, sinar di luar merah disebut inframerah, sinar di luar ungu disebut ultraviolet atau ultra- ungu, ini adalah penjelasan sederhana, masih ada sinar X dan lain sebagainya. Sinar ultraviolet terutama adalah sinar yang dipancarkan Matahari. Lalu bagaimana cara rudal Stinger memanfaatkan sinar ultraviolet tersebut?

Kita tahu ketika pesawat terbang di udara, seluruh latar belakangnya merupakan sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari, jika ada sebuah pesawat menghalangi sinar tersebut, maka dari lensa optik kamera akan terlihat sebuah bayangan, bayangan ini adalah akibat badan pesawat yang telah menghalangi sinar ultraviolet. Jika sebuah pesawat meluncurkan suar panas, suar akan terbakar, menimbulkan banyak panas dan sinar inframerah, yang dapat secara efektif mengganggu rudal yang dipandu secara inframerah. Tapi ada satu masalah, suar bukan berwujud benda, tidak akan mampu menghalangi sinar ultraviolet pada latar belakangnya, maka rudal

Stinger akan mengetahui bahwa itu adalah sinyal palsu, itu adalah umpan dan tak akan menyerang suar tersebut. Di internet ada warganet yang mengatakan, begitu melihat rudal Stinger AS, cepat tembakkan suar panas dan melarikan diri. Tidak ada gunanya, menghadapi rudal Stinger, suar panas sama sekali tidak berguna. Lalu apa yang harus dilakukan? Bergeraklah pada malam hari, di malam hari sinar ultraviolet sangat lemah, jadi pelacak ultraviolet pada rudal Stinger sama sekali tidak berfungsi, pada saat itu jika suar panas diluncurkan akan sangat efektif, jadi kita melihat Rusia menyerang Ukraina kali ini selalu dilakukan di malam hari.

Kemudian AS mengembangkan lagi tipe C dan D berdasarkan Stinger tipe B, yang dipasang mikroprosesor serta dapat diprogram, sehingga memiliki kemampuan identifikasi umpan yang lebih hebat. Terakhir juga dikembangkan tipe E dan F, FIM-92E masih menggunakan banyak teknologi dari FIM-92D, peningkatannya adalah ditambahkan Roll Sensor, serta meningkatkan piranti lunak pelacakan untuk menghadapi sasaran kecil (seperti rudal jelajah dan pesawat nirawak). Piranti lunak yang telah di-upgrade lebih canggih disebut FIM- 92F, yang juga merupakan tipe utama rudal Stinger yang diproduksi massal saat ini.

Setelah itu AS juga berniat mengalihkan teknologi lacak inframerah (IRST) dan teknologi susunan bidang focus dari rudal AIM-9X Sidewinder pada rudal Stinger, tapi karena masalah anggaran maka dihentikan. 

Rudal Stinger Memiliki Sejarah Pengabdian yang Sangat Panjang

Rudal Stinger mempunyai sejarah pengabdiannya yang sangat panjang, pertama kali diterjunkan pada Perang Falklands antara Inggris dengan Argentina, dengan rudal Stinger yang baru saja dibelinya Inggris telah menembak jatuh dua unit helikopter, dan di era 1980-an, CIA telah mulai memasok rudal Stinger kepada tentara pemberontak Afghanistan sejak 1986.

Tahun pertama telah dikirimkan 300 buah, tahun kedua 700 buah, selama perang berlangsung telah dikirim lebih dari 2.000 buah, kemungkinan mencapai 2.300 bilah. Yang benar-benar diluncurkan saat perang sekitar 340 buah, atau sekitar seperlima dari jumlah seluruh perlengkapan.

Menurut Buku Tahunan Artileri Pertahanan Udara AS 1993, Stinger yang digunakan Afghanistan dalam perang sekitar 340 kali menjatuhkan sebanyak 269 unit pesawat, dan membuat Uni Soviet gentar.

Rudal Stinger Adalah Rudal Anti-Pesawat, Tidak Dapat Menembak Tank

Baru-baru ini penulis melihat sebuah pertanyaan yang sangat menarik di internet, rudal Javelin dipandu dengan inframerah, rudal Stinger juga dipandu inframerah, lalu apakah rudal anti- tank bisa digunakan untuk menembak pesawat, dan rudal anti-pesawat digunakan untuk menembak tank? Bisa saja digunakan, tapi Anda mungkin tidak akan mendapatkan hasil yang diharapkan, mengapa?

Kita bahas Javelin lebih dulu. Rudal Javelin adalah sebuah rudal yang dipandu dengan inframerah, teorinya rudal ini mampu melacak sasaran di udara, tapi ada dua masalahnya, pertama, kecepatan rudal anti-tank rendah, rata-rata di bawah kecepatan suara, jika Anda menggunakan kecepatan di bawah suara menembak sasaran di udara, tidak akan bisa mengejar sasaran; kedua, metode peledakan, pada umumnya rudal anti- tank merupakan peledak terarah, yang membentuk aliran metal jet, yang menembus lapisan baja pada tank, sedangkan sasaran di udara bergerak terlalu cepat, aliran metal jet sangat sulit mengakibatkan kerusakan yang membahayakan terhadap pesawat musuh.

Dan jika rudal Stinger digunakan untuk menembak tank, secara teori Stinger dapat menemukan tank musuh, tapi hulu ledaknya tidak akan mampu menyebabkan kerusakan pada tank. Di dalam hulu ledak pada rudal Stinger itu ditempatkan hulu ledak batang bersambung (continuous rod warhead, red.), di dalamnya dimuat dengan 450 gram mesiu, awalnya menggunakan sistem contact fuze, kemudian pada tipe FIM-92J telah digunakan sistem proximity fuze.

Mesiu seberat 450 gram untuk merusak kendaraan tank adalah sama sekali tidak mungkin, jika hulu ledak batang bersambung digunakan untuk menembak pesawat akan sangat efektif, tapi untuk menembak tank sama sekali tidak berdaya. 

Dengan mesiu hanya sedikit, lalu diledakkan ke segala penjuru lagi. Bahkan bagian atap tank pun tidak bisa diledakkan, juga tidak efektif terhadap tank tua jenis ringan dari masa PD-II, juga tidak efektif meledakkan kendaraan tempur infanteri. Jadi Stinger menembak tank, ibarat memukul batu dengan sebuah telur.

Taiwan memiliki banyak rudal Stinger, AD dan AL Taiwan telah membeli sebanyak 250 bilah rudal FIM-92 Stinger. Menurut informasi, pada 2016 Taiwan telah memesan rudal Stinger senilai USD 79 Juta, yang dijadwalkan akan diserahterimakan pada 2019, tapi karena proses pembelian AD dan AL tidak bersamaan, sehingga menyebabkan harga tidak sama, pihak AS kembali mengeluarkan penawaran ulang, sehingga waktu serah terima barang tertunda.

Dalam perang Ukraina kali ini, AS telah mengirimkan banyak rudal Stinger kepada Ukraina, Jerman juga memberikan 1.000 pucuk senjata anti-tank dan 500 pucuk rudal Stinger bagi Ukraina. 

Dengan rudal Stinger ini Ukraina telah menjadi ancaman yang amat serius terhadap AU Rusia khususnya helikopternya, Rusia tidak menyangka, setelah 40 tahun berlalu, bayang-bayang gelap Afghanistan telah terulang kembali. (et)

FOKUS DUNIA

NEWS