NTD/CNA
Perang Rusia – Ukraina telah berlangsung berbulan-bulan lamanya, membuat warga sipil Rusia semakin “menyadari” apa yang perlu dilakukan, terutama setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi militer parsial pada 21 September pagi hari. Tidak lama setelah itu tiket penerbangan dari Rusia ke luar negeri langsung habis dipesan warga. Selain itu, demonstrasi muncul kembali di berbagai tempat Rusia.
Putin mengumumkan rencana mobilisasi militer dalam pidato nasionalnya. Ia mengatakan bahwa bagi warga sipil yang pernah bertugas di militer, memiliki keahlian dalam militer dan pengalaman terkait yang akan menerima perintah mobilisasi. Putin juga mengatakan bahwa para warga yang dimobilisasi akan menerima pelatihan militer tambahan terlebih dahulu secara sukarela yang sebagian besar konten pelatihannya berasal dari pengalaman yang diperoleh dari medan perang dengan Ukraina, setelah itu baru dikirim ke angkatan.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu menyebutkan beberapa rincian dalam pernyataannya, termasuk target warga sipil yang akan dimobilisasi adalah sebanyak 300.000 orang. Ini hanya 1% dari mobilisasi nasional. Para mahasiswa bukan target mobilisasi, dan bagi mereka yang menjalani layanan wajib selama satu tahun tidak dikirim ke garis depan.
Media “Washington Post” mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka yang terkena pengaruh mobilisasi parsial adalah mereka yang berusia di bawah 35 tahun yang pernah memiliki kepangkatan dari militer meski bertingkat junior. Beberapa dari mereka telah menerima pemberitahuan tertulis di kantor atau rumah mereka, dan beberapa telah diidentifikasi di jalan dan disuruh menjalani pemeriksaan medis. Ada pula yang menerima pesan mobilisasi lewat telepon.
Kerabat yang cemas telah bertanya ke sana ke mari soal cara untuk meninggalkan Rusia atau menghindari panggilan. Tiket pesawat ke beberapa tujuan luar negeri yang masih bisa diterbangi terjual habis dalam waktu sekejap. Rusia yang terkena sanksi Barat menyebabkan sebagian besar penerbangan internasionalnya terganggu.
Ada banyak pencarian trending seperti “cara meninggalkan Rusia” dan bahkan “cara memotong tangan dan kaki di rumah” yang muncul Google.
Seorang warga Moskow anonim yang pernah bertugas di militer dan memiliki pengalaman tempur mengatakan : “Sejak bulan Februari tahun ini, mereka (otoritas militer Rusia) terus berusaha mencari saya dan menghendaki saya untuk bergabung kembali di militer”. Pria itu mengatakan bahwa dirinya tidak cuma dihimbau untuk ikut mobilisasi seperti orang-orang lainnya, tetapi sudah langsung ditelepon oleh kantor rekrutmen anggota miiter yang memintanya besok untuk langsung pergi menjalani pemeriksaan medis.
Demonstrasi telah pecah tidak hanya di kota-kota besar seperti Moskow dan St Petersburg, tetapi juga di kota-kota sejauh di Siberia. Kelompok pengawas OVD-Info mengatakan pada 21 September bahwa lebih dari 1.300 orang pengunjuk rasa telah ditangkap.
Media “New York Times” mengutip ucapan para analis militer memberitakan bahwa mobilisasi lokal tidak akan memiliki dampak langsung di medan perang untuk saat ini, karena butuh waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan untuk memobilisasi, melatih dan memperlengkapi pasukan siap tempur tambahan. Namun, Michael Kofman, Direktur Institut Rusia di CNA, sebuah lembaga analisis pertahanan nirlaba di Virginia, AS berpendapat bahwa langkah-langkah Rusia, termasuk melarang para sukarelawan militer untuk meninggalkan kamp, ​​diharapkan dapat mengatasi kekurangan personil militer di medan perang dengan Ukraina.
Selain itu, New York Times percaya bahwa beberapa pernyataan Putin yang memanaskan perang sebagian besar adalah gertakan belaka, Namun, ucapannya itu masih akan memperdalam dilema yang sudah ada sejak awal perang antara Rusia dengan Ukraina bagi pihak Barat, yakni seberapa jauh bantuan senjata dan logistik militer ke Ukraina dapat berjalan tanpa partisipasi nyata pasukan NATO dalam perang ?
Sylvie Bermann, mantan duta besar Prancis untuk Rusia, mengatakan : “Saya percaya intimidasi nuklir Putin adalah gertakan, tetapi itu pasti akan menakut-nakuti Barat dan sekali lagi menyoroti perbedaan dalam bantuan militer ke Ukraina. Bagaimana pun sudah ada orang yang merasa bahwa terus menerus mensuplai senjata kepada Kyiv terlalu bahaya”.
Barat percaya bahwa sanksi Barat pasti akan memukul keras ekonomi Rusia, tetapi media Rusia “Interfax” melaporkan bahwa Kementerian Pembangunan Ekonomi Rusia memperkirakan bahwa produk domestik bruto (PDB) Rusia tahun ini akan mengalami pertumbuhan negatif 2,9% dan negatif 0,8% untuk tahun depan. Tetapi 2024 dan 2025 dapat berubah menjadi pertumbuhan positif sebesar 2,6%.
Selain itu, Denis Manturov, Wakil Perdana Menteri Rusia dan Menteri Perdagangan dan Industri saat menghadiri forum migas mengklaim bahwa otonomi teknologi Rusia di bidang migas diperkirakan dapat meningkat dari saat ini yang 60% menjadi 80% pada tahun 2025. (sin)