Home Blog Page 1212

Rusia Menyerang Ukraina, Situasi Dunia pun Berubah

Shi Shan

Presiden Rusia, Putin pada 23 Februari lalu mengumumkan pengakuannya atas kemerdekaan dua wilayah Ukraina, yakni Donetsk dan Luhansk yang terletak di Donbass, timur Ukraina, dan dengan alasan menjaga perdamaian, ia mengirim pasukannya ke wilayah tersebut. Setelah itu, keesokan harinya pada 24 Februari pukul 05.30 dini hari, Putin kembali berpidato di televisi, dan mengumumkan bahwa Rusia akan melakukan “operasi militer khusus” di Ukraina.

Putin berkata, “Konfrontasi kami dengan pasukan (Ukraina) ini tidak dapat dihindari, ini hanya masalah waktu saja.” Ia juga menambahkan, tujuan operasi militer Rusia ini adalah untuk melindungi rakyat, Moskow akan melakukan “demiliterisasi dan denazi- fikasi” terhadap Ukraina, serta akan “mengakhiri peperangan di timur Ukraina yang telah berlangsung 8 tahun lamanya”.

Dua wilayah di timur Ukraina itu, Donetsk dan Luhansk, mayoritas penduduknya adalah etnis Rusia. Setelah terjadi revolusi pro-Barat di Ukraina pada 2014 silam, kedua wilayah tersebut mengumumkan “kemerdekaannya”, dan memisahkan diri dari Ukraina. Kelompok milisi setempat dibantu oleh staf militer Rusia, terus melakukan perang melawan pasukan Ukraina selama 8 tahun terakhir ini.

Dalam pidato televisinya Putin mengatakan, ekspansi NATO yang kebablasan dan penggunaan wilayah Ukraina oleh NATO tidak bisa diterima. Sebenarnya inilah tu- juan strategis yang paling penting bagi Putin dalam melakukan aksinya ini. Akan tetapi, invasi Rusia ini telah membuktikan rasa tidak aman yang dirasakan oleh negara-negara kecil di sekitar Rusia bukan tidak beralasan, dan bukan tidak berdasar.

Rusia mengerahkan pasukannya masuk ke negara lain, baik semasa Tsar Rusia, bekas Uni Soviet atau Rusia sekarang, memiliki banyak catatan sejarah. Sebelum invasi, dalam suatu pidato pengumumannya, Putin mendeskripsikan Ukraina sebagai “bagian dari sejarah dan kebudayaan Rusia sejak zaman dulu kala”, merupakan bagian dari “semangat kebangsaan” yang tak terpisahkan.

Nada seperti ini, membuat kita teringat akan berbagai logika keterlaluan PKT (Partai Komunis Tiongkok), juga membuat kita teringat pada perampasan wilayah kedaulatan Tiongkok yang pernah dilakukan oleh Imperium Tsar Rusia dan Uni Soviet dalam sejarah. Di era 1850-an, Tsar Rusia memanfaatkan momentum lemahnya imperium Qing (dibaca: ching) yang tidak berdaya mengawal wilayah utara mereka setelah Perang Candu kedua, dan “Traktat Aigun” dimanfaatkan untuk menguasai 600.000 km persegi wilayah Tiongkok di utara Sungai Heilongjiang, di selatan Stanovoy Range. Pada 1860, Inggris dan Prancis bersekutu menyerang Beijing, pemerintah Kekaisaran Qing pun menandatangani “Konvensi Peking”. 

Berdasarkan “Konvensi Peking”, Tsar Rusia tidak hanya telah mengakui konten “Traktat Aigun”, tapi juga telah merampas wilayah lebih luas lagi termasuk wilayah sebelah timur Sungai Ussuri termasuk Pulau Sakhalin, dengan luas keseluruhan sekitar 400.000 km persegi.

Wilayah ini meliputi Hai Shen Wai (arti: Tanjung Teripang, red.), yang dalam Bahasa Manchu (etnis nomaden di wilayah timur laut Tiongkok) artinya adalah desa nelayan kecil di tepi laut. Kemudian Tsar Rusia mengubah namanya menjadi Vladivostok, yang berarti “Sang penguasa Timur” atau “penaklukan Timur”, juga diartikan sebagai “kota penakluk Timur”.

Antara 1860 hingga 1870, Tsar Rusia memanfaatkan “Protocol of Chuguchak” berikut tiga perjanjian turunannya yakni “Perjanjian Khovd”, “Perjanjian Uliastai” (atau Treaty of Ili), dan “Perjanjian Tarbagatai”, untuk merampas mulai dari wilayah utara Tiongkok dari Pegunungan Abakan sampai ke selatan mencapai Dataran Tinggi Pamir, lalu dari wilayah barat Tiongkok dari Danau Balkhash dan Sungai Talas sampai ke timur mencapai wilayah luar barat laut yakni Ili dan Prefektur Tacheng, luasnya sekitar 440.000 km persegi. Pada 1881 dan 1882, lewat “Traktat Ili” (atau Traktat St. Petersburg, red.) dan “Traktat Perbatasan Ili”, Tsar Rusia kembali merampas 70.000 km persegi wilayah di barat laut Tiongkok.

Pada 1892, Tsar Rusia menyerang dan menduduki wilayah Pamir yang terletak di barat Puncak Sarikol. Pada 11 Maret 1895, Tsar Rusia dan Kerajaan Inggris menandatangani kesepakatan, membagi wilayah Pamir dengan luas masing-masing sekitar 20.000 km persegi.

Pada 1896, Tsar Rusia dan Dinasti Qing menandatangani “Li-Lobanov Treaty” (atau Sino-Russian Secret Treaty, red.), yang memaksa peminjaman pemakaian wilayah Pelabuhan Laut Dalian dan Distrik Lüshunkou.

Pada 1900, meletusnya Pemberontakan Boxer telah memicu masuknya pasukan Aliansi Delapan Negara (peristiwa Pengepungan Legasi Internasional, red.), Tsar Rusia melakukan pembantaian terhadap warga Tiongkok di wilayah Hailan Boo di Heilongjiang, serta terhadap 64 Desa Timur Sungai (64 Villages East of the River, red.), yang kemudian dikenal dengan peristiwa “1900 Amur Anti-Chinese Pogroms”, menimbulkan korban jiwa ribuan warga Tiongkok meninggal dunia. Dinasti Qing pun kehilangan kedaulatan dan hak untuk tinggal atas penduduk dari 64 Desa Timur Sungai itu, total luas wilayahnya mencapai 3.600 km persegi. Pada Oktober tahun yang sama, Tsar Rusia kembali menguasai keseluruhan wilayah “Dergi Ilan Golo” (tiga provinsi timur laut Tiongkok, red.).

Pada 1902, Tiongkok dan Rusia menandatangani “Kesepakatan Rusia-Tiongkok Atas Manchuria (3 provinsi di timur laut Tiongkok)”, disetujui penarikan pasukan Rusia dari wilayah “Dergi Ilan Golo” dibagi menjadi tiga tahap, dengan jeda waktu 6 bulan. Akan tetapi setelah kesepakatan ditandatangani, Tsar Rusia tidak menarik pasukannya, sehingga membuat pihak Jepang berang. Pada 1903, perang antara Jepang dengan Rusia pun meletus. Tsar Rusia kalah perang, maka pada 1905 antara Rusia dan Jepang ditandatangani “Perjanjian Portsmouth”, yang isinya menyerahkan sebagian besar wilayah “Dergi Ilan Golo” kepada Jepang. Setelah itu Jepang menyerahkan kembali seluruh wilayah timur laut tersebut kepada pemerintah Manchuria, dengan luas wilayah 1,26 juta km persegi, bisa dibilang mendapatkan kembali setelah kehilangan.

Sejak 1911, Tsar Rusia memulai aksi kolonialnya di wilayah Tannu Uriankhai. Pada 1919, dengan terjadinya Revolusi Rusia, Pemerintah Beiyang (juga dikenal dengan nama Pemerintahan Bejing adalah nama sistem pemerintahan dan periode sejarah yang mengacu pada awal berdirinya Republik Tiongkok antara 1912-1928 dengan ibu kotanya di Beijing, yang merupakan pemerintah pusat Tiongkok pada waktu itu) berhasil menguasai Tannu Uriankhai untuk jangka waktu yang cukup pendek. 

Pada 1921, Tentara Merah Soviet berhasil menumpas seluruh pasukan Tentara Putih (Whites Movement, red.) yang bermarkas di Mongolia Luar, lalu mendirikan rezim Soviet di Tannu Uriankhai. Waktu itu, Tannu Uriankhai menyatakan kemerdekaannya, dan pada Oktober 1944, Tannu Uriankhai dengan luas wilayah 170.000 km persegi, dengan nama kenegaraan Republik Rakyat Tuva, mengumumkan bergabung dengan Uni Soviet. Pada 25 Juli 1919, negara Soviet Rusia mengeluarkan “Deklarasi Pertama Terhadap Tiongkok”, yang menyatakan bahwa Mongolia Luar adalah sebuah negara yang merdeka, dan menyatakan hendak menjalin hubungan diplomatik dengannya.

Pada 1921, memanfaatkan kekacauan era panglima perang (war lord) di dalam negeri Tiongkok, Tentara Rakyat Mongolia yang didukung oleh Partai Komunis Uni Soviet, dengan bantuan dan dukungan dari Tentara Merah Soviet Rusia menyerang, dan berhasil menduduki Kota Altanbulag di Mongolia Luar. Maka sejak saat itu, kekuasaan Tiongkok atas wilayah Mongolia Luar pun telah lenyap sepenuhnya.

Pada 1941, Uni Soviet dan Jepang menandatangani “Pakta Netralitas Soviet- Jepang”. Kedua belah pihak menyatakan bersama: Untuk menjaga hubungan persahabatan kedua negara. Uni Soviet menjamin akan menghormati keutuhan wilayah kedaulatan “Manchuria”, dan tidak akan menginvasinya, pihak Jepang menjamin akan menghormati keutuhan wilayah kedaulatan “Republik Rakyat Mongolia”, dan tidak akan menginvasinya. Kedua negara bertransaksi dengan menggunakan wilayah yang merupakan milik Tiongkok, dan melakukan gencatan senjata.

Pada Februari 1945, dua negara yakni AS dan Inggris tanpa memberitahu Republik Tiongkok dan negara sekutu lainnya, telah menandatangani “Kon- ferensi Yalta” dengan Uni Soviet terkait masalah Mongolia Luar dan kedaulatan Tiongkok. Selain meminta Uni Soviet mengirim pasukan ke timur laut, juga menetapkan: “Tetap mempertahankan kondisi Mongolia Luar (Republik Rakyat Mongolia) saat ini.”

Setelah Jepang menyerah tanpa syarat, pemerintahan nasionalis (Republik Tiongkok) dipaksa untuk menerima kemerdekaan Mongolia Luar, dengan luas wilayah 1,56 juta km persegi.

Keseluruhan luas wilayah yang telah dirampas oleh Tsar Rusia dan Uni Soviet dari Tiongkok mencapai 3,26 juta km persegi. Di antaranya, Tannu Uriankhai dan Mongolia Luar “memerdekakan diri” atas inisiatif sendiri, sebenarnya sangat mirip dengan kemerdekaan Donetsk dan Luhansk yang terletak di Distrik Donbass di timur Ukraina saat ini. Rusia telah menginvasi Ukraina, dan melakukan aksi perang berskala lebih besar, kemudian AS dan Eropa akan campur tangan, paling-paling Rusia hanya angkat kaki saja dari Ukraina dan wilayah lain, tapi tetap mempertahankan legitimasi kekuasaannya atas kedua distrik tersebut dan Krimea. Ini disebut membuat target setinggi mungkin, mendapat hasil yang cukup memuaskan.

Invasi Putin, Rusia terhadap Ukraina, jelas telah merusak keseluruhan tatanan internasional saat ini, dan menimbulkan ancaman luar biasa besar terhadap masa depan dunia.

Tatanan internasional yang diterapkan saat ini, terbentuk berdasarkan kondisi pasca berakhirnya PD-II. Dengan kata lain, perbatasan negara yang berdaulat saat ini, pada dasarnya adalah hasil dari PD-II. Sebelum PD-II, antar suku bangsa dan negara sekitarnya di dunia telah terjadi peperangan dan perampasan, saling menyerang dan bertahan. Jika semua pihak menggunakan “sejak dulu” sebagai patokan, maka konflik di dunia ini tidak akan pernah berakhir.

Ukraina diakui sebagai negara yang merdeka, paling lambat adalah di era 1920-an, jauh sebelum PD-II. Jika kedaulatan Ukraina tidak dihormati, dan wilayahnya bisa dicaplok, sementara masyarakat internasional diam saja, atau tidak berdaya, maka dunia ini akan menjadi kacau karenanya. Inilah alasannya Five Eyes yang diketuai oleh AS dan negara Eropa tidak bisa tenang atas peristiwa Ukraina.

Tapi sebaliknya, selama lebih dari dua dekade terakhir, tren memusuhi Rusia di Eropa maupun Amerika, serta tindakan mengabaikan Rusia, juga merupakan satu alasan besar krisis Rusia-Ukraina kali ini. Sebelumnya telah dibahas soal ekspansi NATO ke timur, juga telah dibahas di kalangan elite AS dan Eropa, bersandiwara dengan berpusat pada ideologi anti-Rusia. 

Seperti kasus “Russia Gate” yang ditudingkan pada Trump yang sempat menggemparkan AS namun kemudian tak berujung pangkal, berbagai media massa besar heboh memberitakannya, membesar- besarkan dan menambah bumbu, hampir tidak ada yang tidak dilakukannya, tujuannya adalah mengakhiri karir politik Trump. Premis yang diisyaratkan dalam aksi konspirasi ini adalah, siapa pun yang berhubungan baik dengan Rusia, maka dia adalah orang jahat, dan tentu saja berarti bahwa Rusia juga adalah orang jahat.

Saat diwawancara, Trump mengatakan: “Jika saya yang menjabat, dipastikan tidak akan terjadi hal itu. Mereka memang sangat buruk, tapi hubungan Putin dengan saya sangat baik, saya menghormatinya.” 

Banyak orang merasa perkataan Trump seperti ini sangat konyol, tapi bahkan di pentas internasional pun, kecerdikan seorang pebisnis seperti Trump ini kadang kala juga sangat berguna. Namun kalangan liberal di AS dan Eropa tidak berpikir demikian. 

Selain alasan sejarah, para liberalis di Eropa dan AS, juga mempunyai alasan realistis sehingga harus menentang Rusia. Putin beraliran konservatif, menjunjung tinggi kedaulatan, tidak menerima berbagai macam teori dari kalangan progresif, termasuk gerakan transgender, gerakan hijau, juga menentang perampasan kedaulatan negara oleh kelompok berkepentingan globalisasi, dan lain sebagainya.

Setelah Uni Soviet runtuh, perekonomian Rusia pun kandas, status internasionalnya merosot drastis, PDB Rusia hanya setara dengan satu provinsi makmur di Tiongkok, dan jauh di bawah sebuah negara bagian besar di AS. Hal ini pun semakin memperparah penghinaan elite AS dan Eropa terhadap Rusia. 

Namun Rusia tetap mewarisi kekuatan militer yang dominan dan gudang senjata nuklir bekas Uni Soviet. Ada ungkapan mengatakan, kapal bobrok pun masih memiliki tiga kilogram paku, unta mati pun lebih besar daripada kuda, setelah terdesak oleh lawan yang terus melecehkannya, Rusia pun mulai membalas tanpa menghiraukan konsekuensi apa pun, apalagi Rusia telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana pasukan AS sebagai kekuatan militer nomor satu di dunia itu hengkang dari Afghanistan dengan mengenaskan.

Namun kaum progresif di Eropa maupun AS, sehari-harinya dengan semangat berseru paling lantang, tapi begitu terjadi krisis, tidak berdaya apa pun. Setidaknya, sekarang kita bisa melihat, yang ada hanyalah sanksi ekonomi yang berkelanjutan, tapi tidak ada tindakan bombastis yang konkret.

Rusia dan Ukraina sedang dilanda krisis peperangan, perang ini baik berskala besar ataupun kecil, dunia akan berubah karenanya. Mengutip sebuah kalimat dari “Kisah Tiga Negara” (Sam Kok, red.), hal besar di dunia ini, setelah lama berdamai pasti akan berseteru, setelah lama berseteru pasti akan berdamai. Mungkin itulah kehendak Ilahi, apa daya kehendak manusia? (sud)

Suatu Perang yang Tidak Ditentukan oleh Ukraina

oleh He Qinglian

Perang Rusia-Ukraina masih berlangsung, dan yang hendak dilakukan Rusia adalah melakukan perang terbatas. Sasarannya sangat jelas, yakni menuntut Ukraina tetap bersikap netral, dan setelah situasi terkendali kemungkinan besar Rusia akan mendukung sebuah pemerintahan baru Ukraina yang pro-Rusia untuk menggantikan pemerintahan sekarang. 

Pada 25 Februari lalu Presiden Ukraina mengemukakan permintaan negosiasi dengan syarat Ukraina tetap bersikap netral, yang mana sesuai permintaan Rusia; namun AS dan Eropa kembali menyatakan Rusia bersiap menguasai Ukraina sepenuhnya, dan mereka sama sekali tidak tertarik dengan negosiasi, selain tidak mengirim pasukan secara langsung, akan memberikan dukungan menyeluruh bagi Ukraina, serta berharap Ukraina dapat terus melawan Rusia dalam jangka waktu panjang. Presiden Ukraina akhirnya juga menyadari, walaupun negaranya adalah salah satu penyebab meletusnya peperangan, namun kekuasaan penentuan tidak berada di tangannya.

Rusia Terus Bersiap Membangkitkan Kembali Kehormatan Soviet

Setelah Uni Soviet runtuh, tak lama setelah warga Rusia bersorak atas demokratisasi, dengan cepat mereka kembali merasa kehilangan dengan tidak adanya lagi kejayaan Uni Soviet, sejak awal Putin telah berupaya merebut kembali sebagian dari pengaruh di era Uni Soviet serta wilayah yang dimiliki atau dikendalikan oleh Uni Soviet sebelumnya. Sejak meletusnya krisis Krimea pada 2014 silam, proses ini terus bergulir cepat.

Kali ini keunikan dari perang Rusia-Ukraina adalah: Dilihat dari pihak Rusia yang mengobarkan perang, ini adalah suatu ajang perang terbatas yang telah diperhitungkan cermat dari berbagai aspek serta telah dipilih momentumnya secara tepat, serta dengan mengumumkan sasarannya secara bertahap; dilihat dari pihak Ukraina yang bertahan, negara yang mendukungnya mencapai puluhan negara, dengan persiapan opini yang makan waktu paling panjang, frekuensi persiapan yang paling banyak, tapi sesungguhnya justru merupakan suatu ajang perang yang paling tidak dipersiapkan dengan baik.

Selama lebih 20 tahun Putin berkuasa, akhirnya telah tiba waktu yang terbaik yang dinantikannya selama ini: pertama, baik AS maupun Eropa, sedang berada pada jalur merosotnya kekuatan negaranya. Kemunduran Eropa telah mencapai belasan tahun lamanya, dampak jangka panjang dan pukulan akibat arus pengungsi pada 2015 terhadap Eropa, telah dibuktikan oleh seorang penulis sekaligus kritikus Inggris yakni Douglas Murray dalam bukunya yang berjudul “The Strange Death of Europe: Immigrations, Identity, and Islam”.

Dan terhadap kondisi di AS, sejak Putin berpidato pada acara tahunan yang diadakan Valdai Discussion Club pada 21 Oktober 2021 lalu — yakni yang disebut “Valdai Speech of Vladimir Putin”, konten pidato tersebut telah melontarkan kritik yang singkat padat dan berbobot terhadap kaum “progresivisme” dan ideologi sayap kiri di Barat. Jika dikatakan “Timur bangkit Barat Runtuh” dari Xi Jinping adalah semacam generalisasi, maka “Valdai Speech of Vladimir Putin” menunjukkan, betapa dia sangat memahami hingga demikian rinci akan kemerosotan yang sedang dialami oleh Barat.

Perang yang dikobarkan terhadap Ukraina, adalah sebuah aksi yang sudah lama direncanakan oleh Putin. Agresi militer kali ini, selain berdasarkan pada pemahamannya terhadap kekuatan militer Ukraina, juga berlandaskan pada satu penilaiannya: Yakni NATO dan AS tidak akan campur tangan dalam perang Rusia-Ukraina. Selain dari pernyataan sikap yang terus menerus oleh berbagai negara Uni Eropa dan pemerintah Biden di AS, ada satu lagi faktor penting yang membantu penilaiannya itu: surat kabar “New York Times” pada 25 Februari lalu memberitakan, menurut penuturan pejabat AS, selama tiga bulan terakhir, pejabat tinggi pemerintahan Biden dan pejabat tinggi Tiongkok telah mengadakan enam kali pertemuan darurat. Di dalam pertemuan tersebut AS membeberkan data intelijen yang menunjukkan Rusia tengah mengepung Ukraina dengan mengonsentrasikan pasukannya, dan memohon pada pihak Tiongkok agar membujuk Rusia untuk tidak melakukan agresi. RRT yang tidak terlalu memahami perilaku “nyeleneh” AS itu, dan jika ditelaah dari situasi saat ini, seandainya Tiongkok menyampaikan sepenuhnya maksud AS tersebut kepada Putin, hal itu hanya akan semakin memperkuat satu keyakinan Putin, yaitu AS dipastikan tidak akan campur tangan secara militer.

Sedangkan mengenai alasan AS mengapa meminta pertolongan Tiongkok selaku teman sekutu Rusia untuk menjadi juru bicaranya, sepertinya motivasi di baliknya agak rumit, tapi pasti bukan suatu kebodohan.

Negara Barat Telah Kecewakan Ukraina

Pihak Ukraina tentu saja sangat bisa merasakan ancaman militer Rusia, tapi penilaian Ukraina dalam hal apakah pihak Barat akan campur tangan, justru kebalikan dari Putin. Walaupun Jerman dan Prancis secara tegas menolak Ukraina bergabung dalam NATO, tapi Ukraina masih sangat berharap.

Dari pertimbangan geopolitik, Ukraina merupakan kawasan penyangga atau buffer zone, negara yang berada di kawasan semacam ini akan memilih untuk bersikap netral, jika dimainkan secara efektif, akan menjadi kartu as politik untuk menyeimbangkan hubungan antara kedua sisi. Tapi hubungan Ukraina-Rusia selama lebih dari tiga abad terakhir telah dipenuhi dengan dendam kesumat, ditambah lagi peristiwa Krimea 2014 semakin memperdalam kebencian Ukraina terhadap Rusia dan Putin, oleh sebab itu mereka berupaya mendekat dengan Uni Eropa, berharap dapat bergabung dengan Uni Eropa dan menjadi negara anggota NATO, demi mendapatkan perlindungan dari Uni Eropa. 

Dari sudut pandang rakyat Ukraina, karena Ukraina merupakan negara termiskin di Eropa Timur, setelah bergabung dengan Uni Eropa, maka warga Ukraina akan mendapat bonus berupa kemudahan bebas keluar masuk di berbagai negara Uni Eropa untuk mendapatkan pekerjaan. Orang yang pernah berinteraksi dengan orang Ukraina pasti tahu, begitu bicara soal sikap netral antara Rusia dengan Eropa, hampir dipastikan akan selalu menuai suara tentangan yang sengit. Pemerintah Ukraina adalah pemerintah pilihan rakyat, kebijakan luar negerinya tentu harus sesuai dengan aspirasi rakyatnya, jika tidak, maka pasti akan mendapat kritikan pro-Rusia dan kehilangan kewibawaan politiknya.

Perhitungan Untung-Rugi Masing-masing Pihak

Perang kali ini melibatkan tiga pihak, yakni: Ukraina, Rusia, Uni Eropa bersama AS.

Tujuan Rusia disebutkan dengan sangat jelas, yakni: Menuntut Ukraina bersikap netral, dan tidak memberi izin kepada negara mana pun untuk menempatkan pasukannya di Ukraina, tujuannya adalah menghentikan ekspansi NATO ke timur (yang sudah lima kali ekspansi ke timur). Kepentingannya dalam hal ini, pikirkan saja alasan Presiden AS John F. Kennedy tidak segan-segan mengobarkan perang untuk tidak membiarkan Uni Soviet menempatkan rudalnya di Kuba, maka akan dapat dipahami: Siapa yang mau pintu rumahnya dibidik dengan meriam besar oleh pihak lain?

Berbagai negara Eropa berharap antara pihaknya dengan Rusia terdapat sebuah batas penghalang, untuk meredakan tekanan, Ukraina berinisiatif mengubah sikap netralnya, tentu saja hal ini yang paling diharapkan oleh Uni Eropa. Uni Eropa telah bertekad: begitu Rusia merebut Ukraina, maka krisis pasti akan beralih pada keamanan tiga negara Baltik. Karena negara Baltik dan Polandia telah membentuk sayap strategis timur yang sensitif bagi NATO. 

Keterlibatan militer NATO di kawasan tersebut, adalah salah satu fokus utama persengketaan Rusia dengan NATO, Putin menentang NATO ekspansi ke timur dengan negara yang berbatasan wilayah langsung dengan Rusia, serta menuntut agar NATO mempertimbangkan kembali penempatan pasukannya di kawasan tersebut. Dilihat dari kondisi saat ini, itu akan membuat Putin terjebak dalam perang rakyat dalam skala besar, juga dapat memicu kemarahan dunia terhadap Rusia, sekaligus mengikis kekuatan negara Rusia, tapi ada satu berita yang bisa dijadikan bukti penilaian ini: Pada 26 Februari pukul 4 dini hari Zelenskyy menulis di akun Twitter-nya, sangat berbeda dengan sikap dua hari sebelumnya untuk bernegosiasi dengan Rusia, menyatakan Ukraina harus menjadi bagian dari Uni Eropa (Ukraine must become part of the European Union) — ini menandakan, antara Zelenskyy dengan Uni Eropa ada perundingan baru.

AS & Eropa Hendak Jadikan Ukraina Sebagai Kuburan Putin

Pada saat Zelenskyy lewat pidato daring menyatakan akan berunding dengan Rusia tentang sikap netral Ukraina, dan masyarakat tengah mengecam keras AS dan Uni Eropa bahkan tidak mampu dengan segera memberikan sanksi, terjadilah tiga peristiwa:

Pada 24 Februari, AS mengumumkan akan menempatkan 7.000 orang pasukan AS di negara Baltik. Biden juga menyatakan, sebagai bagian dari tindakan antisipasi NATO, dirinya telah memberikan otorisasi untuk mengirimkan “tambahan pasukan AS” kepada Jerman, termasuk sejumlah pasukan AS yang telah berada disana beberapa minggu lalu.

Pada 25 Februari, NATO mengumumkan, untuk pertama kalinya dalam sejarah NATO Response Force telah diaktifkan. Menurut komandan tertinggi pasukan sekutu NATO yakni Jenderal Tod Wolters, menginisiasi pasukan multi-nasional yang terbentuk dari kesatuan AD, AU dan AL serta pasukan khusus dari semua negara sekutu, dapat dengan cepat melakukan penempatan untuk mendukung negara anggota NATO — masyarakat menilai ini hanyalah gertakan, mengapa tidak langsung mengerahkan pasukan langsung terjun ke dalam pertempuran dan menyelesaikan krisis Ukraina? Dengan mengirim AU melakukan bombardir pun dapat menghalau Rusia.

Pada 25 Februari, Gedung Putih meminta kongres agar meloloskan dana bantuan sebesar USD 6,4 miliar untuk mengatasi krisis Ukraina pasca serangan Rusia, antara lain termasuk bantuan keamanan dan kemanusiaan sebesar USD 2,9 Miliar serta bantuan bagi Kementerian Pertahanan sebesar USD 3,5 Miliar — ini adalah gerakan awal berharap akan terjadi perang menyeluruh. Jika perundingan Rusia-Ukraina berhasil, Ukraina berjanji akan bersikap netral, Rusia akan menarik pasukannya, maka AS hanya perlu memberikan dana sebesar USD 1 Miliar.

Pada 26 Februari, Jerman telah memberikan wewenang bagi Belanda untuk mengirimkan 400 unit RPG (Rocket Propelled Grenade = Granat Berpeluru Roket) “Stinger” kepada Ukraina, untuk membantu pasukan Ukraina dalam melawan pasukan Rusia.

Tiga berita tersebut, menandakan baik pemerintah Eropa maupun Amerika berharap agar Ukraina dapat bertahan selama beberapa saat, semakin lama akan semakin baik.

Berikut Ini Rangkuman Garis Besarnya:

Sasaran serangan langsung Putin adalah Ukraina, yang diincarnya adalah ekspansi NATO ke timur, tujuan utamanya adalah memaksa Ukraina bersikap netral, pada saat yang tepat akan didirikan pemerintahan yang pro-Rusia — pada masa PD-II pemerintah komunis berbagai negara juga diusung oleh Uni Soviet dengan bedil dan meriam, bisa jadi penerus “pemerintahan baru Ukraina” telah dipersiapkannya. Oleh sebab itu Putin harus cepat memulai dan cepat mengakhiri, penasihatnya mengatakan, rencana awalnya adalah merebut Ukraina dalam tempo dua minggu, jika tidak, kekuatan oposisi di dalam negeri akan memanfaatkan peluang itu untuk membuat kerusuhan, yang dapat membahayakan posisi Putin.

Uni Eropa dan AS tentu saja juga telah melihat hal ini. Beberapa hari terakhir banyak analisa di media massa yang menelisik dari sudut pandang ini, berharap Putin terjebak dalam samudera perang rakyat warga Ukraina, membuatnya terjerumus tak berdaya, hingga pada akhirnya kerusuhan di Rusia akan menyeret Putin turun dari jabatannya, Rusia tanpa Putin, laiknya macan tua yang sudah ompong. Tapi jika Rusia dan Ukraina dibiarkan berunding sekarang, dan Ukraina dipaksa untuk bersikap netral, maka berikutnya yang akan berhadapan langsung dengan Rusia adalah tiga negara Baltik dan Polandia yang merupakan sayap NATO, ini adalah kondisi yang paling tidak ingin disaksikan oleh NATO. 

Walaupun Uni Eropa tidak bersedia mengirim pasukan, tapi juga harus mengerahkan berbagai cara memberikan bantuan dan perlengkapan militer bagi pasukan Ukraina, agar Ukraina mampu bertahan, sedangkan harga yang harus dibayar Ukraina sudah tidak dipertimbangkan lagi. Uni Eropa juga telah mengumumkan akan menerima pengungsi dari Ukraina, dan memberikan jalur penyelamatan diri bagi mereka, setidaknya agar tidak memicu kebencian yang ditujukan kepada mereka.

Pada Saat ini, bagaimana menentukan pilihan, sepenuhnya berada di tangan pemerintah Kiev.

1. Berunding dengan Rusia, memastikan sikap netral, mengakhiri perang;

2. Membuat Ukraina menjadi ajang perang yang akan mengubur karir politik Putin, yang harus dibayar oleh Ukraina dengan sangat mahal, hadiah dari Uni Eropa dan NATO adalah menerima Ukraina menjadi anggotanya, dan sejak saat itu menjadi tameng bagi daratan Eropa dalam menghadapi Rusia.

Kalau pada masa biasa, bisa dilakukan referendum; sekarang tidak bisa dilakukan referendum, hanya bisa mengandalkan keputusan Zelensky. Diperkirakan sampai detik ini, dia telah memahami strategi negara Barat. Namun, bagaimana Zelenskyy menentukan pilihan, sangat erat hubungannya dengan oleh pihak mana dirinya akan dikendalikan di kemudian hari. Sang pengendali akan dapat mewakilinya menyampaikan aspirasi. (sud)

Hong Kong Memecahkan Rekor 30.000 Kasus COVID-19 Berturut-turut, New York State Hentikan Mandat Wajib Masker dan Vaksin

Li Mei dan Mingyu 

Pada Selasa 1 Maret, tak termasuk daratan Tiongkok, lebih dari 437 juta jiwa di seluruh dunia didiagnosis dengan COVID-19. Sekitar 5,95 juta jiwa meninggal dunia.

Hong Kong mencatat lebih dari 32.000 kasus COVID-19 baru pada  hari itu. Angka tersebut melampaui 30.000 kasus dalam sehari  berturut-turut, dan 117 kasus kematian baru.

Atas lonjakan kasus COVID-19, warga setempat  khawatir  pihak berwenang akan menerapkan blokade selama periode test COVID-19. Akibatnya, di supermarket seperti daging, buah-buahan dan sayuran, mie instan, dan makanan kemasan akhirnya terjual habis.

“Ini kacau. Pemerintah selalu melakukan kesalahan. Ini hanya membuat semua orang khawatir. Semua orang panik,” kata Chun Yam, seorang Penduduk Hong Kong.

Hingga akhir Februari, Hong Kong memiliki lebih dari 200.000 kasus yang dikonfirmasi dan 744 kasus kematian.

Pemerintah mengatakan, meskipun ada lebih dari 3.000 kamar mayat umum, akan tetapi masih tidak cukup. Sedangkan pihak berwenang menyewa sektor swasta untuk menangani jenazah.

“Di Otoritas Rumah Sakit, kami memiliki situasi di mana ada lebih dari 3.000 kamar mayat, tetapi ada hambatan dalam proses pemindahan jenazah dari ruang gawat darurat ke kamar mayat umum,” kata seorang manajer administrasi umum Otoritas Rumah Sakit Hong Kong, Dr. Larry Lie.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada Senin 1 Maret menaikkan tingkat siaga Hong Kong dari satu menjadi tiga, tertinggi kedua, sambil menyarankan warganya yang belum divaksinasi agar tidak bepergian ke Hong Kong.

Menurut statistik terbaru dari CDC AS, dalam 24 jam terakhir di Amerika Serikat, ada 10.000 kasus baru yang dikonfirmasi dan 193 kasus kematian, yang merupakan angka terendah terbaru sejak meledaknya Omicron.

Mulai Rabu 2 Maret, Negara Bagian New York akan mencabut persyaratan untuk menunjukkan bukti vaksinasi dan mencabut  wajib masker dalam ruangan di seluruh negara bagian di sekolah umum, yang memungkinkan daerah untuk menetapkan peraturan terkait masker.

Walikota New York,  Eric Adams mengumumkan bahwa langkah-langkah di atas akan ditindaklanjuti pada 7 Maret, dan keputusan akhir diharapkan pada hari Jumat.

Penyelenggara komunitas New York menyambut baik langkah tersebut.

Zhang Donghui, pendiri Persatuan Penduduk New York berkata : “Saya pribadi menyambutnya. Sekitar setengah dari negara bagian di Amerika Serikat tidak pernah menerapkan mandat vaksin wajib atau mandat masker wajib dari awal hingga saat ini.” (hui)

Seminggu Setelah Invasi : Pasukan Rusia Diblokir di Darat, Serangan Udara Diluncurkan di Kota-kota Besar Ukraina

Jin Shi

Seminggu sejak Rusia menginvasi Ukraina, tetapi pasukan darat masih belum menguasai kota besar Ukraina. Tentara Rusia tampaknya telah mengubah strateginya saat ini hingga meningkatkan intensitas serangan udara. Banyak kota besar di Ukraina telah diserang dengan parah.

Pada 2 Maret 2022, tentara Rusia terus meningkatkan pengeboman di kota-kota besar di Ukraina.

Kota terbesar kedua, Kharkiv, terus menjadi sasaran pemboman terberat. Kantor polisi juga dilalap api pada Rabu, menyusul serangan terhadap gedung administrasi sehari sebelumnya. Daerah ini penuh dengan puing-puing setelah pengeboman.

Seorang pria mengatakan dia melihat banyak mayat setelah sebuah bangunan tempat tinggal dibom.

Rusia mengklaim mengambil alih kota besar pertamanya, Kherson, pada Rabu. Ukraina, bagaimanapun, menyangkalnya. Ukarina mengatakan kedua pihak sedang berperang.

Rusia juga mengatakan  mengambil alih pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar Ukraina, pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporozhye, tetapi Ukraina juga membantahnya. 

Parlemen Ukraina mengunggah video yang mengatakan penduduk dan karyawan pembangkit listrik tenaga nuklir mencegah pasukan Rusia memasuki kota.

Ibukota Ukraina, Kyiv, masih melawan di bawah tembakan artileri yang semakin sengit.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan “Rudal tidak bisa mengalahkan Ukraina, bom tidak bisa mengalahkan Ukraina, tank, serangan udara tidak bisa, kami tetap di tanah kami.”

Secara umum diyakini bahwa peningkatan serangan udara tentara Rusia disebabkan oleh lambatnya kemajuan pasukan darat. Amerika Serikat mengatakan bahwa konvoi militer Rusia, yang membentang lebih dari 60 kilometer di luar Kyiv, hampir tidak bergerak dalam sehari terakhir karena pasokan yang tidak mencukupi.

Kementerian Pertahanan Rusia pada Rabu, juga mengungkapkan jumlah korban sejak invasi untuk pertama kalinya.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov mengatakan 498 tentara tewas dalam menjalankan tugas.

Ukraina mengatakan bahwa 6.000 tentara Rusia tewas. Saat ini, dunia luar belum bisa secara independen mengonfirmasi klaim kedua pihak tersebut.

Rusia  mengirimkan delegasi ke Belarus untuk mempersiapkan putaran kedua pembicaraan damai. Namun demikian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa jika tentara Rusia benar-benar menginginkan pembicaraan damai, mereka harus menghentikan pengeboman terlebih dahulu.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkata : “Kami terbuka untuk berdialog, tetapi pengeboman terhadap warga sipil setidaknya harus dihentikan dulu.”

Pada Rabu, Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang mengutuk agresi Rusia terhadap Ukraina.

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres menuturkan: “Akhiri permusuhan di Ukraina dengan gencatan senjata segera dan buka pintu untuk dialog diplomatik.”

Lima negara termasuk Rusia, Belarusia, dan Korea Utara memberikan suara menentang resolusi tersebut, dan Tiongkok abstain dari pemungutan suara. (hui)

 

Gedung Putih Pantau Posisi Beijing dalam Konflik Rusia-Ukraina

NTDTV.com

Konflik antara Ukraina dan Rusia menjadi sorotan dunia. Masyarakat bebas mulai menjatuhkan sanksi  lebih keras kepada Rusia. Peran inti Amerika Serikat memiliki dampak penting pada perubahan situasi ini.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Minggu 27 Februari memerintahkan pasukan nuklir militer Rusia untuk disiagakan. Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat pada Senin 28 Februari. Sedangkan Gedung Putih terus fokus pada peran Beijing.

Sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki meminta pihak berwenang Beijing pada hari Minggu untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.

Dia mengatakan bahwa Presiden AS Biden tidak menutup kemungkinan untuk berbicara dengan Xi Jinping.

Beijing telah menolak menyebut tindakan Moskow sebagai invasi, yang dikritik Biden dengan syarat anonim pada pekan lalu.

Pada 1 Maret, Biden akan menyampaikan pidato kenegaraan pertamanya sejak menjabat.

Tahun ini bertepatan dengan pemilihan paruh waktu Kongres AS, sementara peringkat persetujuan Biden menurun drastis. Pemerintah AS menghadapi banyak tantangan seperti urusan internal, diplomasi, dan pandemi. Diharapkan pidato Biden akan fokus pada bidang-bidang seperti ekonomi, pandemi dan konflik Ukraina-Rusia.

Dunia  memantau bagaimana Biden, dalam pidatonya, menguraikan ancaman Beijing terhadap Amerika Serikat, dunia liberal dan demokrasi Barat. (Hui)

Pasukan Ukraina Berhasil Menumpas Komando ‘Republik Chechnya’ yang Mencoba Membunuh Volodymyr Zelensky

oleh Zhang Ruizhen 

Fox News melaporkan pada 1 Maret bahwa komando “Republik Chechnya” yang mencoba membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, telah ditumpas oleh pasukan keamanan Ukraina. Demikian ungkap Oleksiy Danilov, Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Ukraina kepada televisi lokal saat invasi Rusia memasuki hari ketujuh.

Oleksiy Danilov mengatakan bahwa anggota Dinas Keamanan Federal Rusia yang menentang perang mengungkapkan, rencana pembunuhan kepada mereka karena orang-orang Rusia ini tidak bersedia mengambil bagian dalam perang yang berdarah ini.

Lebih jauh Danilov mengatakan, komando pembunuhan yang dikirim oleh Republik Chechnya yang berada di bawah Rusia dipecah menjadi dua kelompok, dengan satu kelompoknya yang telah ditumpas di Gostomel, wilayah Kyiv, sedangkan kelompok lainnya masih sedang diserang.

Pada 1 Maret John Spencer, seorang cendekiawan di Institute of Modern Warfare di Akademi Militer Amerika Serikat di West Point mengatakan : “Kesalahan terbesar (Rusia) adalah meremehkan perlawanan yang akan mereka hadapi, jadi pasukan Rusia mereka mencoba merebut wilayah-wilayah kunci Ukraina melalui tiga tempat, Itu adalah salah perhitungan.”

Reuters mengutip ucapan seorang pejabat senior Kementerian Pertahanan AS melaporkan pada 2 Maret, bahwa pasukan Rusia yang menyerang Kyiv telah terhenti dan mereka sedang menghadapi tantangan logistik, termasuk kekurangan pasokan bahan bakar dan makanan, sehingga moral sebagian prajuritnya melorot. Meskipun mungkin saja mereka menangguhkan laju pasukannya karena alasan mengevaluasi kembali taktik penyerangan.

Warga sipil tanpa pandang usia di seluruh Ukraina menggunakan cara mereka sendiri untuk menghalangi invasi Rusia. Para wanita dan anak-anak juga membantu menenun perlengkapan militer, dan banyak orang mengambil inisiatif untuk mendatangi pusat perekrutan untuk mendaftarkan diri sebagai sukarelawan, ikut mengangkat senjata untuk membela tanah air. (sin)

Hari ke 7 Invasi Rusia : 2.000 Warga Sipil Tewas di Ukraina dan 830.000 Mengungsi, Pengadilan Kriminal Internasional Mulai Bersidang

Luo Tingting

Pada hari ketujuh invasi Rusia ke Ukraina, lebih dari 2.000 warga sipil di Ukraina tewas dan 830.000 orang mengungsi. Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) akan menggelar sidang pada 7 Maret atas tuduhan invasi Rusia terhadap Ukraina adalah tindakan genosida.

Layanan Darurat Nasional, sebuah badan bantuan Ukraina, memposting di Facebook pada 2 Maret bahwa invasi Rusia telah menewaskan lebih dari 2.000 warga sipil Ukraina dan menghancurkan ratusan infrastruktur transportasi,  tempat tinggal, rumah sakit, dan taman kanak-kanak.

Sementara departemen itu yang melakukan misi penyelamatan, sebanyak 10 penyelamat tewas dan 13 terluka.

Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2 Maret menunjukkan bahwa sejauh ini, 836.000 warga Ukraina telah mengungsi. Ukraina adalah negara yang berpenduduk sekitar 44 juta jiwa.

Pada 2 Maret 2022, sejumlah besar orang Ukraina tiba di Stasiun Pusat Berlin di Jerman. (Hannibal Hanschke/Getty Images)

Lebih dari 660.000 warga Ukraina telah melarikan diri ke luar negeri dan diperkirakan satu juta warga Ukraina telah mengungsi, kata badan pengungsi PBB. 

PBB memperkirakan bahwa hingga 4 juta pengungsi mungkin membutuhkan bantuan dalam beberapa bulan mendatang, dengan sekitar 12 juta masih menunggu di Ukraina.

Mahkamah Internasional mengatakan pada 1 Maret, bahwa mereka akan menggelar sidang atas tuduhan invasi Rusia terhadap Ukraina adalah tindakan genosida pada 7 dan 8 Maret.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan Washington berharap Mahkamah Internasional akan mengambil tindakan segera atas permintaan Ukraina di persidangan.

“Suatu hari Rusia tidak mengendurkan agresinya, dan suatu hari Ukraina melihat lebih banyak kekerasan, penderitaan, kematian, dan kehancuran,” katanya.

Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 2 Maret bahwa “setiap tuduhan kejahatan perang di masa lalu dan sekarang, kejahatan terhadap kemanusiaan atau genosida yang dilakukan oleh siapa pun di bagian mana pun di wilayah Ukraina buktinya akan segera dikumpulkan.” 

Militer Rusia menggunakan senjata yang sangat mematikan dalam serangan terbaru, termasuk bom cluster dan bom vakum.

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmitro Kuleba pada 1 Maret mengutuk penembakan sembarangan Rusia terhadap Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina. ”

 

Adegan setelah sebuah kafe dibom di Kharkiv, 2 Maret 2022. (SERGEY BOBOK/AFP via Getty Images)

Tim penyelamat memasukkan orang yang terluka ke dalam ambulans di Kharkiv pada 2 Maret 2022. (SERGEY BOBOK/AFP via Getty Images)

 

Pemandangan di luar setelah pengeboman balai kota Kharkiv pada 1 Maret 2022. (SERGEY BOBOK/AFP via Getty Images)

 

Pada 2 Maret 2022, gedung Universitas Negeri Kharkiv dibom dan terbakar. (SERGEY BOBOK/AFP via Getty Images)

Pemandangan di luar setelah pengeboman balai kota Kharkiv pada 1 Maret 2022. (SERGEY BOBOK/AFP via Getty Images)

Setidaknya 11 warga sipil tewas, menurut walikota kota  Kharkiv. Sebuah sekolah dihancurkan dan halaman depan beberapa surat kabar Inggris menampilkan gambar pembunuhan dua gadis Ukraina.

Amnesty International melaporkan, sebuah bom cluster Rusia menghantam sebuah taman kanak-kanak di timur laut Ukraina pada 25 Februari, menewaskan tiga orang, termasuk seorang anak. 

Pemerintah Inggris memperingatkan pada 1 Maret bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dan para komandannya dapat menghadapi tuntutan atas kejahatan perang.

Menteri Kehakiman Inggris Dominic Raab, mantan jaksa kejahatan perang, mengatakan kepada Sky News bahwa tidak peduli berapa lama, Inggris dan sekutunya akan membawa pelanggar ke pengadilan.

Raab kepada BBC mengatakan, Terhadap Putin, para jenderal dan tentara Rusia, “ada risiko nyata bahwa mereka akan dikirim ke  pengadilan Den Haag. 

“Jika ICC memutuskan untuk mengambil tindakan, saya yakin Inggris dan sekutunya akan bersedia mendukungnya, secara praktis dan logistik,” kata Raab. (hui)

Majelis Umum PBB Loloskan Resolusi Mengutuk Agresi Rusia, Pasukannya Harus Ditarik Tanpa Syarat

Luo Tingting 

Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi yang mengutuk agresi Rusia terhadap Ukraina dan mendesak Moskow untuk menarik pasukannya tanpa syarat, pada 2 Maret 2022. Tiongkok kembali abstain dalam pemungutan suara tersebut.

Sidang gabungan selama tiga hari tersebut adalah “sesi khusus darurat” pertama yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam lebih dari 40 tahun. Sebanyak 193 negara anggota memberikan suara pada situasi di Ukraina dan akhirnya mengeluarkan resolusi dengan 141 suara mendukung, 5 suara menentang, dan 35 abstain.

Resolusi tersebut mengutuk agresi Rusia terhadap Ukraina dalam istilah yang paling keras. Bahkan, mendesak Rusia untuk segera menghentikan penggunaan kekuatan dan “penarikan segera, lengkap dan tanpa syarat semua pasukan Rusia dari perbatasan Ukraina yang diakui secara internasional.”

Resolusi itu juga meminta Rusia untuk membatalkan keputusannya untuk mengakui dua wilayah separatis di Ukraina timur sebagai “wilayah merdeka”.

Di antara mereka, lima negara, Rusia, Belarusia, Korea Utara, Eritrea, dan Suriah, memberikan suara menentangnya, dan 35 negara, termasuk Tiongkok, India, dan Iran, memilih untuk abstain. Sebanyak 141 negara lainnya memberikan suara mendukung. Saat hasil pemungutan suara diumumkan, para delegasi berdiri dan bertepuk tangan.

Meskipun resolusi tersebut tidak mengikat secara hukum, namun berpengaruh dalam mencerminkan opini internasional, mewakili kemenangan simbolis bagi Ukraina dan memperburuk isolasi internasional Moskow.  Bahkan Serbia, sekutu tradisional Rusia, memberikan suara mendukung resolusi tersebut.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memuji pesan resolusi Majelis Umum PBB: “Segera hentikan pertempuran di Ukraina, bungkam senjata, dan buka pintu untuk dialog dan diplomasi. Integritas dan kedaulatan wilayah Ukraina harus dihormati sesuai dengan Piagam PBB .”

Linda Thomas-Greenfield, duta besar AS untuk PBB, mendesak anggota PBB lainnya untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas agresinya terhadap Ukraina.

Dia mengatakan gambar-gambar itu menunjukkan pasukan Rusia mengirimkan senjata berat ke Ukraina, termasuk amunisi tandan dan bom vakum, senjata mematikan yang dilarang oleh hukum internasional dan tidak boleh berada di medan perang.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, membantah bahwa pasukan Rusia telah menyerang warga sipil Ukraina.

Pada 1 Maret, kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv, dibombardir oleh tentara Rusia. Sebuah gedung perkantoran diserang dan terbakar, dan sebuah universitas dan kantor polisi juga diserang. Pejabat setempat mengatakan pada 2 Maret bahwa dalam 24 jam terakhir, setidaknya 21 orang tewas dan 112 terluka dalam pemboman itu.

Layanan Darurat Nasional di bawah Kementerian Dalam Negeri Ukraina melaporkan di Facebook pada 2 Maret: “Selama tujuh hari perang, Rusia menghancurkan ratusan infrastruktur transportasi, bangunan tempat tinggal, rumah sakit, dan taman kanak-kanak. Selama waktu ini, ada lebih dari 2.000 rakyat Ukraina tewas, tidak termasuk para pembela negara kami.”

Sudah seminggu sejak Rusia menginvasi Ukraina, dan belum juga menaklukkan kota-kota besar di Ukraina, Rusia justru menghadapi sanksi internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya dan terisolasi dalam komunitas internasional.

Saat ini, sistem keuangan Rusia  terpukul keras oleh sanksi internasional, perusahaan multinasional besar telah menarik diri dari Rusia.  Banyak negara telah menutup wilayah udara mereka ke Rusia. (hui)

Minta Dukungan Indonesia atas Invasi Rusia, Kedubes Ukraina : Anda Pejuang Kebenaran dan Kebebasan, Bangsa Bijak yang Mampu Menepis Rayuan Tipuan Komunis

ETIndonesia-   Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta atas nama pemerintahan Ukraina menyatakan meminta dukungan bangsa atas invasi dan agresi yang dilakukan oleh Rusia.  

Pernyataan tertulis tesebut dikeluarkan Kedubes Ukraina di Jakarta pada Selasa malam (1/3/2022).

Berikut pernyataan lengkapnya :

Bangsa Indonesia! 

Anda adalah bangsa yang kuat dan gagah, Anda adalah pejuang kebenaran dan kebebasan, Anda adalah tulang punggung perdamaian dan keadilan di negara Anda yang bebas dan demokratis. Anda adalah pewaris kerajaan-kerajaan besar Majapahit, Pajajaran, Sriwijaya, yang berhasil melumpuhkan para penjajah Mongol yang kala itu tak terkalahkan. 

Anda adalah penerus memori tentang perjuangan melawan para penjajah demi kemerdekaan dan kebebasan bangsa di abad 19-20. 

Anda adalah bangsa bijak yang mampu menepis rayuan tipuan komunis dan tak tunduk padanya. 

Anda unik dalam keragaman Anda, Anda bebas pula perkasa. Anda adalah pilar perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Suara Anda yang penuh keyakinan serta keteguhan terdengar jelas di Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan pelosok dunia nan jauh. 

Saya percaya bahwa hari ini Anda tidak dapat mengelak dari tragedi sejarah modern yang mengerikan ini—yaitu serangan diktator Rusia, Putin, yang membawa malapetaka bagi negara Ukraina yang sejahtera. Anda tidak dapat diam diri menyaksikan Federasi Rusia, sang penerus rezim komunis, melakukan tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan di kota-kota dan desa-desa Ukraina. 

Serangan roket besar-besaran di daerah pemukiman kota, pemboman fasilitas infrastruktur, pembunuhan penduduk sipil Ukraina, serangan teroris di rumah sakit, panti asuhan, sekolah dan taman kanak-kanak. 

Di Ukraina, ini adalah hari keenam berjalannya perang. Sesungguhnya, perang itu mengerikan, penuh tumpahan darah juga kekejian. Dari antara warga sipil, ada ratusan orang binasa dan terluka, ribuan anak yatim, dan ratusan ribu pengungsi.

Ukraina tidak bertekuk lutut terhadap ancaman kematian, sama seperti Indonesia tidak menyerah 70 tahun yang lalu. Kami akan berdiri tegak dan meraih kemenangan. Namun dengan dukungan Anda, maka kemenangan dapat kami raih dengan lebih mudah, lebih pasti dan lebih cepat. 

Dalam perjuangan demi perdamaian dan kebahagiaan, Ukraina harus membayar harga mahal setiap harinya—dengan nyawa putra dan putri, saudara dan saudari, serta anak dan cucunya. 

Rakyat Indonesia, keadaan saat ini sungguh berat dan menyakitkan bagi kami. Oleh karena itu, kami menunggu dukungan Anda. Kami berharap dapat mendengar suara Anda yang lantang dan berani dalam membela kami. 

Lagi pula, jika kami gugur, maka sistem keamanan global dan prinsip hidup berdampingan secara damai dan prinsip pembangunan, yang telah dipelihara dengan seksama oleh dunia pasca tragedi Perang Dunia II, yang saat ini sedang coba direbut oleh Rusia dan Putin dari genggaman kami dan Anda, juga pasti akan runtuh. 

Para pahlawan kini melihat kita sama seperti dahulu kala—di tahun 1940-an. Kita tidak punya hak untuk tetap membisu. Jika terus begitu, maka kita tidak akan memiliki hari esok. 

Rakyat Indonesia, dukunglah kami. Merdeka atau mati! (asr)

Banjir yang Melanda 20 Desa dan 16.000 Warga Terdampak di Pamekasan Berangsur-angsur Surut

ETIndonesia- Banjir melanda 20 desa di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, sejak Selasa (1/3/2022). Banjir terjadi pascahujan dengan intensitas tinggi dan menyebabkan meluapnya daerah aliran sungai hingga menggenangi permukiman warga. 

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, merilis bahwa tercatat 6.011 KK dan 16.986 jiwa warga Kabupaten Pamekasan terdampak dari banjir dengan ketinggian muka air bervariasi antara 50 hingga 100 sentimeter. Banjir kali ini menyebabkan 450 warga mengungsi ke tempat lebih aman. 

Adapun wilayah yang terdampak banjir, meliputi Desa Samiran dan Kodik di Kecamatan Propo. Desa Palengaan Dejeh dan Desa Rombuh di Kecamatan Palengaan. Desa Sumedangan, Desa Lemper, Desa Majungan, Desa Barurambat Timur, Desa Pademawu Timur, dan Desa Pademawu Barat di wilayah Kecamatan Pademawu. 

Kemudian Desa Jungcangcang, Desa Gladak Anya, Desa Patemon, Desa Laden, Desa Jalmak, Desa Kangenan, Desa Parteker, Desa Barurambat Kota, Desa Bugih dan Desa Bettet yang terletak di kawasan Kecamatan Pamekasan. 

Pada saat kejadian, tim gabungan langsung menuju ke lokasi terdampak untuk melakukan pendataan, pemantauan dan evakuasi dengan menggunakan perahu karet serta memberikan dukungan makanan siap saji bagi warga terdampak, selain itu pos kesehatan dan dapur umum langsung difungsikan. 

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pamekasan melaporkan, hingga Kamis (3/3) pukul 01.00 WIB, banjir berangsur surut di berbagai lokasi dan sebagian warga sudah kembali ke rumah untuk melakukan pembersihan dibantu oleh tim gabungan yang terdiri dari BPBD, TNI/Polri, pemerintah daerah dan juga relawan penanggulangan bencana. 

“Meskipun banjir mulai surut, posko kesehatan dan dapur lapangan tetap difungsikan untuk melayani kebutuhan masyarakat, ” ujar Budi Cahyono Manajer Pusdalops BPBD Kabupaten Pamekasan melalui pesan singkat. 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan prakiraan cuaca hujan dengan intensitas ringan hingga sedang untuk wilayah Kabupaten Pamekasan untuk  Kamis (3/3) dan Jumat (4/3). Sementara itu, secara umum prakiraan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpeluang terjadi untuk sebagian wilayah di Provinsi Jawa timur pada hari yang sama. 

Menyikapi hal tersebut, BNPB mengimbau kepada pemerintah daerah dan masyarakat agar tetap waspada karena meski berasa di penghujung musim hujan, warga yang bermukim di sepanjang aliran sungai agar tetap mewaspadai potensi banjir jika terjadi hujan lebat berdurasi panjang atau lebih dari satu jam. Mengetahui langkah-langkah yang dilakukan ketika banjir melanda bisa meminimalisir potensi dampak yang akan terjadi. (asr)

Banjir Menerjang Kota Serang, 3 Orang Tewas dan 2 Lainnya Hilang Hingga 2.000 Lebih Rumah Terdampak

ETIndonesia- Tiga orang warga dilaporkan meninggal dunia dan dua lainnya dinyatakan hilang pada kejadian banjir di Kota Serang,  Banten, sebagaimana menurut perkembangan kaji cepat tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Serang per Rabu (2/3) pukul 16.00 WIB.

Di samping itu, sebanyak 2.413 KK yang tinggal di 2.413 rumah masih terdampak banjir dengan tinggi muka air (TMA) antara 50-200 sentimeter.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, merilis bahwa BPBD Kota Serang mencatat, wilayah yang sampai saat ini masih terendam banjir meliputi Kelurahan Lontar Baru, Kelurahan Serang, Kelurahan Kagungan dan Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Serang.

Kemudian Kelurahan Kasemen, Kelurahan Terumbu dan Kelurahan Kasunyatan di Kecamatan Kasemen. Selanjutnya Kelurahan Drangong dan Kelurahan Umbul Tengah di Kecamatan Taktakan.

Berikutnya adalah Kelurahan Cipocok Jaya, Kelurahan Banjar Agung, Kelurahan Panancangan, Kelurahan Banjar Sari dan Kelurahan Tembong di Kecamatan Cipocok Jaya.

Berdasarkan pantauan tim BPBD Kota Serang, kondisi banjir saat ini masih bertahan, namun TMA di Kelurahan Lontar Baru dan Kelurahan Serang sudah mulai surut.

Sebagai upaya percepatan penanganan bencana banjir tersebut, tim BPBD Kota Serang bersama lintas instansi terkait dan relawan terus melakukan langkah-langkah yang berorientasi pada penyelamatan, evakuasi warga dan pemenuhan kebutuhan dasar.

Sementara itu, kebutuhan dasar yang mendesak antara lain makanan siap saji, pakaian dewasa dan anak-anak yang masih layak pakai, selimut, obat-obatan/P3K, perlengkapan mandi, popok bayi dan pembalut wanita.

16 Desa Terendam Banjir di Kabupaten Pandeglang

Banjir masih menggenangi sejumlah wilayah Kabupaten Pandeglang, Banten pada Selasa (1/3) malam. Banjir yang terjadi pascahujan dengan itensitas tinggi itu telah merendam 16 desa dengan tinggi muka air (TMA) antara 50 hingga 150 sentimeter.

Adapun desa terdampak yaitu, Desa Kalanganyar dan Desa Teluk di Kecamatan Labuan, Desa Citeureup di Kecamatan Panimbang, Desa Taruma Nagara, Desa Banyuasih dan Desa Sinarjaya di Kecamatan Cigeulis, Desa Margagiri dan Desa Bulagor di Kecamatan Pagelaran.

Berikutnya adalah Desa Ramea di Kecamatan Mandalawangi, Desa Ciherang di Kecamatan Picung, Desa Kubangkondang dan Desa Cibarani di Kecamatan Cisata, Desa Surianeun dan Desa Cimoyan di Kecamatan Patia, Desa Cirata di Kecamatan Carita dan Desa Kanduengang di Kecamatan Cadasari.

Berdasarkan pendataan sementara terdapat 1.165 KK dan 1.165 unit rumah terdampak banjir tersebut. Sebagian warga terdampak mengungsi pada posko pengungsian yang telah disiapkan oleh BPBD.

BPBD Kabupaten Pandeglang melaporkan sempat terjadi penurunan debit air yang menggenangi rumah warga di beberapa lokasi pada Selasa (1/3) pukul 21.30 WIB. 

Dalam rangka penanganan bencana, BPBD dan Tim Gabungan terus melakukan evakuasi, kaji cepat dan terus berkoordinasi dengan pihak terkait agar penanganan dapat dilakukan dengan baik.

Banjir di Kabupaten Serang, Sebanyak 310 Jiwa Mengungsi di Masjid

Banjir juga masih merendam wilayah Kabupaten Serang hingga Rabu (2/3). BPBD Kabupaten Serang melaporkan sedikitnya 19 desa telah terendam banjir dengan tinggi muka air (TMA) 30-60 sentimeter.

Adapun 19 desa itu meliputi Desa Bugel, Desa Batukuwung, Desa Citasuk, Desa Curuggong di Kecamatan Padarincang. Desa Gunungsari dan Desa Ciherang di Kecamatan Gunungsari.

Selanjutnya, Desa Sukabares di Kecamatan Ciomas, Desa Sasahan dan Desa Batukuda di Kecamatan Waringin Kurung, Desa Margasana di Kecamatan Kramatwatu, Desa Kragilan di Kecamatan Kragilan.

Berikutnya Desa Rancasanggal di Kecamatan Cinangka, Desa Citereup dan Desa Ranjeng di Kecamatan Ciruas, Desa Baros di Kecamatan Baros dan Desa Bolang di Kecamatan Lebak Wangi.

BPBD Kabupaten Serang mencatat, sebanyak 895 unit rumah yang ditinggali oleh 1.527 KK masih terdampak dan sedikitnya 310 jiwa atau 68 KK terpaksa harus mengungsi ke Masjid Pangeran Jaya Karta, Kampung Katengahan, Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu.

Hasil monitoring di lapangan, debit air masih mengalami peningkatan di Padarincang. Hal yang sama juga terjadi di Komplek BCP 2 Kecamatan Ciruas, tinggi muka air naik sekitar 50-70 sentimeter. Akses menuju beberapa titik terputus akibat banjir, sehingga mobilitas masyarakat menjadi terganggu. Sementara itu di Kampung Dermayon, debit air mengalami penurunan.

Tenda pengungsian telah didirikan oleh tim BPBD Kabupaten Serang bersama lintas instansi terkait dibantu para relawan di Kecamatan Kramatwatu. Sedangkan pengungsi di Desa Pamengkang, Kampung Dermayon sudah kembali ke rumah masing-masing.

Hujan dengan itensitas ringan hingga sedang masih berpotensi terjadi untuk wilayah Kota Serang, Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang pada Rabu (2/3) dan Kamis (3/3), menurut prakiraan informasi peringatan dini cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Disamping itu, BMKG juga mengeluarkan informasi prakiraan cauca yang menyebut bahwa hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat / petir dan angin kencang berpotensi terjadi di sebagian wilayah Provinsi Banten.

Menyikapi masih adanya potensi hujan intensitas sedang hingga tinggi tersebut, BNPB mengimbau kepada pemerintah daerah dan masyarakat, agar tetap waspada khususnya jika terjadi hujan intesitas tinggi dengan durasi panjang atau lebih dari satu jam. Masyarakat di sekitar lereng tebing agar mewaspadai potensi gerakan tanah, dan masyarakat di sepanjang aliran sungai agar mewaspadai kenaikan debit air yang berpotensi menyebabkan banjir. (asr)

Kebijakan ‘Tanpa COVID’ Menyeret Ekonomi Hong Kong Karena Lonjakan Kasus

The Associated Press/The Epoch Times

Restaurant Fung Shing di Hong Kong ramai Minggu-minggu ini, karena para pelanggan datang  mencicipi dim sum tradisional Kanton untuk terakhir kalinya yang membuat Restaurant Fung Shing menjadi terkenal.

Dengan adanya pembatasan COVID-19 yang menyayat terlalu dalam ke intinya, Restaurant Fung Shing akan tutup untuk selamanya pada  Minggu 13 Februari, korban ekonomi lainnya akibat pandemi.

Banyak yang takut yang terburuk yang belum menghampiri Hong Kong  mengalami wabah terparah, dan meresahkan tekad para pihak berwenang untuk tetap berpegang pada 

strategi “toleransi nol” rezim Tiongkok, dapat mencegah Hong Kong pulih sebagai sebuah pusat keuangan dan perjalanan.

“Risiko terbesar bagi Hong Kong pada tahun 2022 adalah bahwa Hong Kong mungkin memasuki jalur pada dasarnya, jika bukan resesi, setidaknya kembali terjadi sebuah tarikan ke bawah dalam pertumbuhan ekonomi sementara dunia mulai normal,” kata ekonom senior Natixis, Gary Ng.

Hong Kong telah melihat bank-bank menutup cabang-cabang dan bioskop-bioskop tutup. Jalanan di distrik-distrik perbelanjaan dan makan populer dipenuhi dengan toko-toko yang menampilkan tanda “disewakan.” Bandara internasional Hong Kong hampir tanpa pelancong.

Sebuah larangan makan di tempat setelah pukul 6 sore, yang diberlakukan bulan lalu, merenggut banyak pendapatan restoran makan malam yang kritis dan perjamuan.

Banyak kasus Coronavirus baru harian melebihi 2.000 kasus untuk pertama kalinya pada Senin 14 Februari. Pada Jumat 18 Februari, lebih dari 3.600 kasus infeksi setempat yang  baru dilaporkan.

Rumah sakit menjadi kewalahan sehingga Hong Kong ingin mengubah hotel-hotel dan bahkan perumahan umum yang tidak berpenghuni menjadi area-area karantina. Tetapi Hong Kong menunjukkan tidak ada tanda-tanda mundur dari kebijakan-kebijakan yang ketat yang menyamai rezim Tiongkok.

Sebagai bagian strategi tanpa toleransi, Tiongkok telah menerapkan karantina di seluruh kota, benar-benar membuat orang-orang diasingkan di rumah mereka selama pengujian dan pelacakan kontak erat yang ekstensif untuk memadamkan wabah.

Tetapi Hong Kong tidak memiliki sumber daya untuk sebuah karantina total semacam itu, yang akan menghentikan hampir semua kegiatan ekonomi di Hong Kong yang berpenduduk sekitar 7,5 juta orang.

Dan, orang-orang yang tinggal di Hong Kong, yang diserahkan kepada yang dikuasai partai Komunis Tiongkok pada tahun 1997, terbiasa dengan kebebasan yang lebih besar dari penduduk di daratan Tiongkok. Karantina bangunan tunggal atau blok-blok di Hong Kong telah menimbulkan kritik keras.

Pemimpin Hong Kong Carrie Lam tidak menunjukkan tanda-tanda mundur dari sikap “nol-COVID, mengatakan pada Kamis 17 Februari, bahwa memerangi pandemi adalah “tugasnya yang terpenting” dan Hong Kong “tidak akan terganggu oleh hal-hal lain.”

Pada Jumat, Carrie Lam mengumumkan ia menunda pemilihan Kepala Eksekutif Hong Kong selama enam minggu hingga 8 Mei karena “risiko-risiko kesehatan masyarakat” yang akan ditimbulkannya di tahap pandemi ini. Belum jelas apakah Carrie Lam akan mencalonkan diri kembali.

Untuk mengurangi tekanan pada rumah sakit, para pejabat sekarang mengatakan beberapa pasien dengan gejala-gejala ringan dapat meninggalkan rumah sakit setelah dirawat inap selama tujuh hari — setengah dari persyaratan saat ini—–jika hasil uji pasien tersebut adalah negatif dan tidak hidup bersama dengan orang-orang yang risiko tinggi.

Pada tingkat penyebaran infeksi saat ini, kasus-kasus harian baru dapat meningkat menjadi 28.000 kasus pada bulan Maret, jadi tidak jelas hal tersebut itu akan cukup.

Para pelanggan di Restoran Fung Shing mengatakan mereka merasa tidak berdaya.

“Saya merasa sangat tidak berdaya untuk restoran ini di bawah pandemi,” kata pelanggan Mo Wan, 78 tahun yang telah menjadi pelanggan rutin selama dekade terakhir. 

“Saya sudah menjalin persahabatan yang mendalam dengan anggota-anggota staf,” tambahnya.

Hingga 3.000 dari 17.000 restoran Hong Kong dapat ditutup jika pembatasan saat ini berlanjut hingga bulan Maret, kata Michael Leung, Ketua Asosiasi untuk Penatalaksanaan Layanan Katering Hong Kong, yang mewakili 800 pemilik restoran.

Michael Leung untuk sementara menutup restoran miliknya sendiri, the Lucky Dragon Palace.

Istana Naga Keberuntungan adalah tempat  luas, yang mana biasanya menampung 1.000 kursi sebelum pandemi. Michael Leung berharap untuk bertahan, membayar sewa dan menghemat tenaga kerja dan keperluan-keperluan sampai ia dapat membuka kembali restoran miliknya.

“Pandemi adalah sangat serius, hampir tidak ada orang di jalan,” kata Michael Leung. “Dengan lebih sedikit orang yang keluar, itu berarti tidak ada bisnis untuk restoran-restoran. Gelombang wabah kelima ini benar-benar berdampak buruk bagi kami. Gelombang wabah kelima ini benar-benar melumpuhkan bisnis katering.” (Vv)

Film “Marry Me” Cinta yang Tak Mungkin

0

Mark Jackson

Jennifer Lopez berbeda dengan Madonna. Madonna adalah superstar pop yang inovatif selama berabad-abad, tetapi tidak dapat berakting dengan baik, meskipun dia mendambakan kredibilitas Thespian (aktor yang hebat).

Jennifer Lopez memiliki bakat akting, berusaha untuk menjadi bintang pop, dan sebelumnya dia adalah penari yang profesional (memulai karir showbiznya sebagai salah satu penari Fly Girl di komedi sketsa Fox “In Living Color”) dia agak demam panggung sebagai penyanyi.

J-Lo hampir mendapat Oscar sebagai Selena Quintanilla di “Selena” kemudian aktingnya sebagai pendukung film bergenre romcom dalam “The Wedding Planner,” “Maid in Manhattan”, dan “Monster-In- Law”. Sepanjang karir, dia menyempurnakan kemampuan bermusiknya, dan menetapkan dirinya sebagai bintang pop yang serius.

Kebanyakan orang sedang tertarik dengan Bennifer-2 terbaru, Jennifer Lopez dan Ben Affleck. Mungkin suatu hari nanti itu akan menjadi romcom tersendiri; mungkin Ben dan Jen akan membintanginya sebagai diri mereka sendiri. Untuk saat ini, kami memiliki romcom terbaru J-Lo, “Marry Me.” Ada yang bagus? Ini tidak buruk sama sekali.

Kat Valdez

Superstar pop Kat Valdez (Jennifer Lopez) akan menikah, di atas panggung, di depan audiensi penggemar setia, dan 20 juta penonton daring! Tapi di detik-detik terakhir, Kat melihat perilaku yang aneh dari para staffnya, setiap orang melihat gawai mereka lebih dari biasanya, jadi Kat memeriksanya, dan, lihatlah, tunangannya Bastian (Maluma) tertangkap basah, mencium asisten pribadinya di belakang panggung.

Apa yang harus dilakukan, apa yang harus dilakukannya? Sekarang di atas panggung, Kat melihat orang asing berambut pirang di kerumunan memegang tanda “Menikahlah denganku (Marry Me)” (Owen Wilson). Kat dan calon suaminya akan menyanyikan sumpah mereka dalam duet pop-ditty populer yang mereka tulis berjudul “Marry Me”. Jelas ada solusi di sini! Menikahlah dengan pria bertanda itu! ‘Mendapat pukulan ke dagu dan bangkit kembali dari matras!’

Charlie (Wilson) adalah orangtua tunggal dan guru matematika sekolah menengah. Dia kebetulan berada di pesta pernikahan (Show Kat Valdez) karena putrinya yang berusia 12 tahun, Lou (Chloe Coleman) ingin pergi. Dan temannya Parker, konselor bimbingan sekolah (Sarah Silverman), memiliki tiket ekstra, dengan alasan bahwa spontanitas semacam ini akan membuatnya tidak terlalu membosankan bagi putrinya.

Dalam menjalani pernikahan, Charlie yang bodoh hanya berusaha untuk bersikap baik dan membantu gadis yang baik, sedang menangis dalam kesedihan dengan gaun putih di atas panggung, tetapi sekarang menyadari bahwa dia segera menjadi keren di sekolah dan di depan putrinya. Ayah mana yang tidak ingin terlihat keren di depan putrinya?

Manajer Kat, Colin (John Bradley) melihat pernikahan ini sebagai pembunuh karir Kat, tetapi memperhatikan bahwa media sosial menikmati tontonan itu, memutuskan dapat menyelamatkan dan membalikkan situasi. Maka Kat, memutuskan untuk melihat apa yang terjadi selama satu atau dua bulan.

Tentu saja, karena Kat terlihat seperti Jennifer Lopez, pria normal seperti Charlie segera kehilangan akal sehatnya. Sebenarnya patut dipertanyakan bahwa seorang pria di posisinya bisa menahan diri seperti Charlie.

Tapi ide Charlie tentang waktu yang tepat adalah membawa kelas matematikanya ke final kompetisi matematika, dan Kat adalah dewi ikon pop yang terkenal. Akhirnya kehidupan di jalur cepat berperan. Apa yang akan terjadi? Bisakah dua orang dari dunia yang berbeda menemukan cinta sejati bersama?

Jelas film kencan yang lebih baik daripada ‘I Want You Back’.

“Marry Me” didasarkan pada novel grafis, yang bukan merupakan bahan sumber standar untuk romcom. Saya menyebutkan ini karena beberapa orang membenci romcom karena hasilnya dapat diprediksi. Tapi itu seperti mengatakan hasil pertandingan sepak bola dapat diprediksi karena seseorang menang. Ini bukan tentang apakah pasangan itu bersatu pada akhirnya, tetapi tentang perjalanan ke sana. Romcom yang bagus membuat Anda ragu bahwa dua orang yang tampaknya tidak cocok dapat menemukan cinta mereka; film perlu memainkan Three-card Monty (trik dalam permainan memilih tiga kartu) dengan kepekaan Anda, itu harus meyakinkan Anda sebelum ditayangkan.

“Marry Me” lebih dari sekadar otobiografi karena J-Lo sebenarnya adalah superstar pop. Kat jelas merupakan versi fiksi dari dirinya sendiri. Jika seseorang ingin menjadi sinis, “Marry Me” berfungsi ganda sebagai film hit Hari Valentine yang dimaksudkan serta iklan untuk karir musik masing-masing J-Lo dan Maluma: Judul lagu dimainkan beberapa kali hampir secara keseluruhan, dan nomor musik-tarian terasa sangat mirip dengan iklan J-Lo.

“Marry Me” adalah showbiz marketing, branding, dan packaging yang cerdas. Sebagaimana Madonna juga memulai semua ini.(awp)

“Marry Me” Sutradara: Kat Coiro

Pemeran: Jennifer Lopez, Owen Wilson, Maluma, Sarah Silverman, John Bradley

Durasi: 1 jam, 52 menit Peringkat MPAA: PG-13 Rilis: 11 Februari 2022

Peringkat: 3,5 dari 5 bintang