Home Blog Page 1257

Anggota Parlemen AS Kunjungi Taiwan Di Tengah Ancaman Aksi Militer Tiongkok

Frank Fang

Sejumlah anggota kongres AS tiba di Taiwan dengan pesawat militer pada 9 November 2021. Ini menandai kunjungan delegasi AS yang ketiga ke pulau yang memiliki pemerintahan sendiri sejak  Joe Biden menjabat pada Januari lalu.

Pada saat penulisan berita ini, masih tidak diketahui siapa anggota parlemen AS  dan berapa banyak  yang berada di Taiwan. Kunjungan mendadak itu pertama kali dikonfirmasi oleh kementerian luar negeri Taiwan, sebelum Pentagon mengonfirmasinya beberapa jam kemudian selama briefing.

“Kunjungan delegasi Kongres ke Taiwan cukup rutin, tidak jarang mereka dibawa dengan pesawat militer AS,” kata juru bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan, Selasa 9 November. 

Kirby menggambarkan kunjungan itu sebagai “praktik normal” oleh pemerintah AS di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan (TRA), undang-undang AS yang mengharuskan Washington untuk menyediakan Taiwan dengan peralatan militer untuk pertahanan diri.

Saat ini, Washington dan Taipei bukanlah sekutu diplomatik formal.

Menurut media Taiwan, para anggota kongres tiba dengan pesawat angkut militer Clipper C-40 AS.

Rezim Tiongkok—yang melihat Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan menentang pemerintah dan organisasi internasional yang melakukan kontak resmi dengan pemerintah Taiwan—marah atas kunjungan tersebut.

Tan Kefei, juru bicara kementerian pertahanan rezim, mengutuk kunjungan tersebut dan menuduh Amerika Serikat  “sangat mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok,” demikian dalam sebuah pernyataan tertulis.

Tan juga mengancam Partai Progresif Demokratik Taiwan, memperingatkan bahwa mereka tidak boleh membuat “penilaian yang salah” atau ” hanya akan membawa bencana serius ke pulau itu.”

Pada hari Selasa itu, militer Tiongkok mengumumkan bahwa mereka baru-baru ini menggelar latihan militer. Menurut media pemerintah Tiongkok, Komando Teater Timur militer Tiongkok, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), mengumumkan bahwa mereka menggelar “patroli kesiapan tempur” di dekat Selat Taiwan, perairan sempit yang memisahkan Tiongkok dan Taiwan. 

Rezim TIongkok  mengancam perang melawan Taiwan. Pada  Oktober lalu, menteri pertahanan Taiwan memperingatkan bahwa Tiongkok akan mampu menggelar invasi ke pulau itu pada tahun 2025.

Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan juga melaporkan aktivitas PLA pada Selasa. Disebutkan bahwa enam unit pesawat militer Tiongkok, termasuk empat jet tempur J-16, memasuki zona identifikasi pertahanan udara pulau itu pada 9 November.

Sebagai respon, Taiwan mengerahkan jet tempur, mengeluarkan peringatan radio, dan mengerahkan sistem rudal pertahanan udara untuk memantau pesawat tempur PLA.

Sikap penghasut perang Tiongkok diulangi di media yang dikelola pemerintahan negara itu. Pada 10 November, corong media Partai Komunis Tiongkok, CTGN, cabang internasional dari  CCTV , menyatakan bahwa “Tiongkok terus meningkatkan kesiapan tempur dan kemampuannya untuk mendukung keinginannya di pulau itu dengan ancaman kekuatan,” demikian tercantum dalam artikel komentar tentang kunjungan anggota parlemen AS. 

“AS mungkin bersedia untuk mendaratkan pesawat di pulau itu untuk postur, tetapi apakah AS siap untuk berkomitmen pada perang yang menghancurkan untuk menyelamatkannya?” tambah bunyi artikel itu.

Pada 27 Oktober, Biden mengatakan kepada para pemimpin Asia Timur di sebuah pertemuan puncak bahwa Amerika Serikat memiliki komitmen “kokoh” terhadap Taiwan.

Perdana Menteri Taiwan, Su Tseng-chang, ketika ditanya oleh wartawan lokal tentang kunjungan pada 10 November, mengatakan bahwa “Taiwan–AS memiliki hubungan sangat penting,” tanpa memberikan rincian kunjungan AS.

Delegasi AS pertama yang mengunjungi Taiwan sejak 20 Januari terjadi pada April lalu, ketika mantan Senator AS Chris Dodd (D-Conn.) dan mantan Wakil Menteri Luar Negeri Richard Armitage dan James Steinberg mengunjungi pulau itu.

Kemudian pada Juni, delegasi kongres yang terdiri dari tiga senator—Tammy Duckworth (D-Ill.), Christopher Coons (D-Del.), dan Dan Sullivan (R-Alaska)—mengunjungi Taiwan untuk mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan menyumbangkan 750.000 dosis vaksin COVID -19  ke pulau itu. Mereka tiba di Taiwan dengan pesawat angkut milter AS C-17. (asr)

Tiga Benua Bersama-sama Menindak Serangan Ransomware REvil, Sejumlah Orang Ditangkap

Perang melawan kejahatan pemerasan siber diluncurkan skala besar di tiga benua Amerika Serikat, Eropa, dan Asia. Pada Senin (8/11/2021) Amerika Serikat dan Eropa mengumumkan bahwa mereka telah menangkap tujuh anggota geng kriminal yang diduga memanipulasi serangan ransomware “REvil.” Pada hari yang sama, Amerika Serikat menyita uang tebusan geng sebesar $ 6,1 juta

Dikutip dari NTDTV.com, pada awal November lalu, lembaga penegak hukum di berbagai belahan dunia menggelar operasi bersama untuk menangkap hacker yang diduga melakukan serangan siber ransomware REvil.

Ini adalah salah satu tindakan penegakan hukum terbesar terhadap kejahatan ransomware hingga saat ini.

Baru-baru ini Amerika Serikat mendakwa warga negara Ukraina  Yaroslav Vasinskyi, yang ditangkap di Polandia, dan warga negara Rusia Yevgeniy Polyanin yang bekerja untuk kelompok ransomware “REvil”.

Kemudian, Rumania, Korea Selatan dan Kuwait juga telah menangkap anggota kelompok peretas yang terkait dengan kelompok ini.

Serangan peretasan  ransomware REvil yang paling terkenal termasuk serangan terhadap JBS, pemasok daging utama AS, Quanta, produsen komputer Apple Taiwan, dan Kaseya, sebuah perusahaan perangkat lunak. (Hui)

Jurnalis Warga yang Dipenjara Karena Melaporkan Wabah Pneumonia Wuhan Saat Masa Awal Berada di Ambang Kematian

0

Frank Yue – The Epoch Times

Seorang anggota keluarga dari jurnalis warga yang dipenjara di Tiongkok karena melaporkan Wabah Wuhan menyampaikan pesan bahwa dia mungkin tak dapat bertahan hidup di musim dingin, itu dikarenakan dia menggelar mogok makan selama 16 bulan. Sehingga membuat dirinya dicekoki makan secara paksa oleh aparat.

Zhang Zhan, seorang mantan pengacara berusia 38 tahun, pada Desember lalu dijatuhi hukuman penjara 4 tahun karena melaporkan  wabah Virus  di Wuhan pada masa awal. Pihak keluarga mengatakan, Zhang Zhan sekarang berada di ambang kematian. 

Saudara laki-lakinya  di Shanghai, Zhang Ju, baru-baru ini berhasil menerobos Teknologi Sensor Great Firewall Tiongkok dan memposting lebih dari belasan cuitan tentang  Zhang Zhan sejak 29 Oktober. Dia mengatakan Zhang, yang menggelar mogok makan berkepanjangan, sekarang memiliki berat kurang dari 88 pon. Ia  kini membutuhkan  perawatan medis.

“Saya tidak berpikir dia bisa bertahan lama, saya berharap dunia akan mengingat seperti apa dia jika dia gagal bertahan di musim dingin yang akan datang ini,” tulis Zhang Ju pada 30 Oktober. 

Pada hari yang sama, ibu Zhang Zhan menggambarkannya putrinya dalam kondisi  kritis dan lemah setelah melihatnya dalam pertemuan virtual, sebagaimana dilaporkan sejumlah media. 

“[Dia] lebih buruk dari sebelumnya, [Dia] perlu dibantu untuk berjalan. Mengalami kesulitan dalam mengangkat kepalanya saat berbicara. [Ini] sangat berbahaya jika dia tidak diizinkan pergi untuk perawatan medis,” kata ibu Zhang Zhan. 

Setelah pertemuan itu, sang ibu mengatakan, dirinya menangis selama berjam-jam.

‘Save Zhang Zhan’

Postingan dari saudara laki-laki Zhang Zhan memicu curahan dukungan dari pengacara hak asasi manusia dan kelompok hak asasi Tiongkok. 

Banyak yang memposting gambar diri mereka memegang papan bertuliskan “‘Save Zhang Zhan’” atau “Free Zhang Zhan” dalam bahasa Mandarin di Twitter.

Aktivis hak asasi yang berbasis di Eropa, Lin Shengliang  kepada The Epoch Times mengatakan bahwa pada 1 November bahwa ia berharap Zhang akan “terus tetap hidup dan menyaksikan absurditas zaman kita.”

Lin mengatakan masa tahanannya yang berat selama 4 tahun oleh otoritas Tiongkok menandakan, rezim komunis Tiongkok terus menutupi kejahatannya dalam menangani pandemi. 

“Saya meminta lebih banyak orang untuk menyuarakan dukungan mereka, berbicara untuknya adalah berbicara untuk dirimu sendiri,” katanya. 

Pengacara hak asasi manusia Tiongkok yang berbasis di New York, Wu Shaoping mengatakan dalam wawancara 1 November dengan The Epoch Times, bahwa kasus Zhang  menarik banyak perhatian selama penangkapan, penuntutan, mogok makan, dan hukumannya.

“Saya terkejut dan sedih dengan situasinya saat ini, Bisa dibayangkan, ibu dan saudara laki-lakinya akan merasa jauh lebih sakit,” katanya. 

Guo Yuhua, seorang profesor sosiologi di Universitas Tsinghua yang berbasis di Beijing, menulis di Twitter pada 29 Oktober : “Hidup di atas segalanya, Tolong segera berikan pembebasan belas kasih Zhang Zhan!” 

Kelompok hak asasi manusia, Amnesty International dan Human Rights Watch, juga menyerukan segera pembebasan Zhang.

Dipenjara karena Melaporkan

Zhang,  berasal dari Shanghai. Ia melancong ke Wuhan pada Februari 2020 untuk meliput kekacauan yang terjadi di pusat pandemi. Laporannya mempertanyakan penanganan pihak berwenang terhadap wabah tersebut.

Berbekal smartphone, Zhang, selama tiga bulan, melakukan wawancara dengan warga Wuhan dan melakukan kunjungan ke rumah sakit, pusat karantina darurat, dan Institut Virologi Wuhan.

Pada bulan Mei dia diseret oleh polisi Shanghai dari kamar hotelnya dan dipindahkan kembali ke Shanghai, dan ditahan. Dia kemudian didakwa dengan “menimbulkan pertengkaran dan memprovokasi masalah,” sebuah tuduhan yang biasa digunakan oleh Partai Komunis Tiongkok untuk menekan perbedaan pendapat. 

Pada 8 Desember, pengacaranya Zhang Keke mengungkapkan bahwa kliennya menolak untuk mengaku bersalah dan menggelar mogok makan selama lima bulan sebagai protes atas tuduhan terhadap dirinya. Dia juga mengalami pemaksaan makan, dibelenggu dan dibatasi selama 24 jam.

“Setiap hari adalah penderitaan,” pengacara itu mengutip kliennya, yang menangis sepanjang pembicaraan dengannya, menurut ChinaAid, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Washington.

Pada 28 Desember, dia hadir di pengadilan dengan kursi roda. Kemudian dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman empat tahun penjara.

Pengacaranya,  kepada media mengatakan setelah persidangan bahwa jaksa penuntut umum hanya mencantumkan bukti inti, tetapi tidak memberikan bukti sebenarnya ke pengadilan. Oleh karena itu, para pengacara tidak dapat memastikan kasus spesifik terhadap Zhang.

Zhang termasuk di antara  Whistleblower dan jurnalis warga yang memperingatkan  tentang parahnya wabah Wuhan dan mengakibatnya dirinya dihukum oleh rezim Tiongkok. 

Dalam kasus profil tinggi, dokter  Li Wenliang ditegur oleh polisi pada awal 2020 karena memperingatkan tentang virus mirip SARS di grup obrolan pribadi. Dia kemudian meninggal dunia karena terinfeksi COVID-19. (asr)

Seekor Macan Tutul Terjatuh di Sumur, Perangkap Diturunkan untuk Menyelamatkannya

0

ETIndonesia- Detik-detik penyelamatan mendebarkan seekor macan tutul yang jatuh ke sumur tertangkap kamera.

Macan tutul jantan berusia sekitar 7 tahun itu terjatuh ke sumur terbuka di desa Beslar, Maharashtra, India barat.

Kronologi kejadiannya, ketika seorang petani setempat melihat kucing besar itu mengayuh di dalam  sumur untuk mengapung agar tidak tenggelam. 

Si petani segera melapor kepada Departemen Kehutanan India dan Wildlife SOS, sebuah organisasi nirlaba penyelamatan dan rehabilitasi satwa liar yang mengalami kesulitan di seluruh India.

(Courtesy of Caters News)

Sebuah perangkap kandang kemudian diturunkan ke dalam sumur untuk menyelamatkan macan tutul yang terjebak dalam situasi berbahaya dan hampir mati.

Visual menunjukkan saat macan tutul berpegangan pada tiang, terlebih dahulu sebelum sangkar diturunkan. Begitu kandang dibuka, kucing besar itu langsung masuk ke dalamnya.

(Courtesy of Caters News)

Macan tutul itu kemudian dibawa ke Anikdoh Leopard Rescue Centre for Medical Attention

“Hewan itu kelelahan karena cobaan berat, dan akan diawasi selama beberapa hari sampai ia dianggap layak untuk dilepaskan,” kata petugas veteriner satwa liar dari Wildlife SOS, Nikhil Bangar yang dikutip Cater News Agency.

(Courtesy of Caters News)

Insiden serupa biasa terjadi di wilayah tersebut. Seminggu sebelumnya, seekor macan tutul diselamatkan dari sumur warga di wilayah yang sama.

“Ini menjadi kejadian umum di Junnar karena macan tutul sering mencoba menangkap mangsa di sumur terbuka saat dalam perjalanan mencari makan,” kata Ajit Shinde, petugas hutan.

(Courtesy of Caters News)

 “Kami  menyarankan penduduk  untuk melakukan pencegahan dengan menutup sumur terbuka,” tambahnya. 

Hal senada disampaikan oleh kelompok LSM yang juga mendorong agar area di sekitar sumur terbuka diberikan pembatas atau ditutup untuk menghindari insiden serupa dan menyelamatkan nyawa hewan. (asr)

Staf Epoch Times berkontribusi pada laporan ini

Mengapa Perusahaan Asing Hengkang dari Tiongkok? Pahami Seluk Beluknya

0

The Epoch Times

Pihak berwenang Tiongkok terus menekan perusahaan teknologi, menyebabkan perusahaan teknologi asing harus berhadapan dengan bisnis dan lingkungan hukum yang lebih menantang di Tiongkok. Beberapa perusahaan asing memilih hengkang dari pasar Tiongkok atau mengurangi porsi bisnis mereka.


Pada Senin (8/11/2021) SoftBank Group Co, Ltd, Jepang mencatat kerugian bersih kuartal fiskal pertama dalam satu setengah tahun. Itu tak lain, dikarenakan badai peraturan teknologi Partai Komunis Tiongkok.

Sebelum ini, pengawasan ketat dari pemerintahan Tiongkok terhadap perusahaan teknologi memicu aksi jual saham yang tragis. Selain itu, memengaruhi perusahaan yang diinvestasikan oleh SoftBank.

Mengikuti undang-undang privasi data ketat yang mengatur bagaimana perusahaan mengumpulkan dan menyimpan data, Yahoo mengumumkan penarikannya dari Tiongkok pada pekan lalu. Sebelumnya, LinkedIn juga mengumumkan akan menghentikan layanannya di Tiongkok.

Analis mengatakan bahwa keputusan penarikan perusahaan teknologi ini, menunjukkan bahwa ketidakpastian peraturan dan risiko reputasi lebih besar daripada keuntungan bertahan di pasar Tiongkok.

Perusahaan Teknologi Asing Mana Saja yang Mengurangi Operasinya atau Meninggalkan Tiongkok?

Yahoo mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa mereka akan menghentikan layanannya di Tiongkok mulai 1 November.

Bulan lalu, platform jaringan profesional Microsoft LinkedIn mengatakan bahwa tahun ini akan menutup situs versi Tiongkok. Kemudian menggantikannya dengan papan pekerjaan tanpa fitur jejaring sosial.

Epic Games, yang menjalankan video game populer Fortnite, juga mengatakan akan menarik game tersebut dari pasar Tiongkok pada 15 November 2021. Game ini diluncurkan melalui kemitraan dengan perusahaan game terbesar di Tiongkok, Tencent, yang memiliki 40% saham Epic.

Mengapa perusahaan Sekarang Hengkang dari Tiongkok?

Itu bermula dari Undang-undang Perlindungan Informasi Pribadi partai Komunis Tiongkok, yang mulai berlaku pada 1 November. Aturannya membatasi jumlah informasi yang dapat dikumpulkan oleh perusahaan, dan menetapkan standar bagaimana informasi itu harus disimpan.

Perusahaan harus mendapatkan persetujuan pengguna untuk mengumpulkan, menggunakan, atau membagikan data. Bahkan, memberikan pengguna cara untuk memilih mengeluarkan dari berbagi data.

Perusahaan juga harus mendapatkan izin untuk mengirimkan informasi pribadi pengguna ke luar negeri.

Undang-undang baru Partai Komunis Tiongkok, telah meningkatkan biaya kepatuhan dan meningkatkan ketidakpastian operasi perusahaan Barat di Tiongkok. Perusahaan yang melanggar peraturan dapat didenda hingga 50 juta yuan atau sekitar US$7,8 juta atau 5%, dari pendapatan tahunan mereka.

Badan pengatur Partai Komunis Tiongkok, telah menindak keras perusahaan teknologi, dan perusahaan e-commerce seperti Alibaba telah dijatuhi denda. Badan pengatur Partai Komunis Tiongkok, juga sedang menyelidiki beberapa perusahaan dan menerapkan peraturan ketat yang mempengaruhi perusahaan game seperti NetEase dan Tencent.

Cameron Johnson, konsultan manajemen untuk FAO Global, sebuah perusahaan bisnis dan konsultan internasional yang berbasis di Shanghai, mengatakan kepada The Wall Street Journal, bahwa peraturan privasi dan keamanan data yang baru telah meningkatkan ketidakpastian dan kepatuhan biaya operasi di Tiongkok. Beberapa perusahaan lebih suka hengkang daripada berurusan dengan peningkatan risiko bisnis.

Hambatan Apa yang Dihadapi Perusahaan Teknologi Asing di Tiongkok?

Internet Tiongkok mengoperasikan “firewall” Komunis Tiongkok, serta menggunakan hukum dan teknologi untuk memberlakukan sensor percakapan. 

Departemen pemantauan Komunis Tiongkok menghapus konten dan kata kunci, yang mana sensitif secara politik atau dianggap tidak pantas oleh Komunis Tiongkok dari Internet. Perusahaan harus memantau platform mereka, menghapus posting dan membuat kata kunci secara sensitif tidak dapat dicari.

Jaringan media sosial Barat seperti Facebook dan Twitter, telah diblokir oleh firewall untuk waktu yang lama. Sedangkan orang-orang di Tiongkok daratan biasanya tidak dapat mengakses situs web ini.

Francis Lun, CEO GEO Securities Limited, Hong Kong  kepada “Washington Post” mengatakan  Tiongkok telah merumuskan kebijakan yang sangat ketat pada operator Internet, memberitahukan kepada mereka apa yang harus dilakukan, terutama apa yang tidak boleh dilakukan.” 

Bagi perusahaan asing, masalah utamanya  mengapa mereka harus mempertahankan operasi perusahaan di Tiongkok dengan keuntungan terbatas dan tanggung jawab yang begitu berat.

Perusahaan teknologi asing yang beroperasi di Tiongkok juga menghadapi tekanan dari negara ini. Beberapa anggota kongres AS mengkritik LinkedIn karena menyensor informasi pribadi jurnalis Amerika di Tiongkok. 

Pada tahun 2007, Yahoo! mentransfer informasi tentang pembangkang terhadap pemerintah Tiongkok, yang akhirnya menyebabkan mereka dipenjara. Yahoo dikritik karena hal ini.

Di sisi lain, perusahaan fesyen Hennes & Mauritz menyatakan keprihatinan tentang tuduhan kerja paksa di Xinjiang dan menjadi target boikot pada Maret, dan penjualan menurun. Belum lama ini, setelah seorang turis diketahui terinfeksi COVID-19, Shanghai Disneyland ditutup sementara pada pekan ini.

Karena kebijakan perbatasan tertutup Komunis Tiongkok, banyak perusahaan multinasional asing juga menghadapi hambatan dalam merekrut karyawan baru atau menerima kunjungan eksekutif.

Apa Artinya ini Bagi Pengguna Internet di Daratan Tiongkok?

Karena perusahaan teknologi asing memilih untuk menarik diri dari Tiongkok, orang-orang Tiongkok akan memiliki lebih sedikit pilihan dalam hal jejaring sosial dan akses konten.

Pengguna Tiongkok hanya dapat menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN), tak lain  menyembunyikan keberadaan dan lokasi Internet mereka untuk menghindari pembatasan jaringan.

Tidak Hanya Perusahaan Besar, Universitas Barat yang bergengsi di Tiongkok  Juga Hengkang

Westminster School adalah salah satu sekolah paling bergengsi di Inggris,  membatalkan rencana untuk membuka serangkaian perguruan tinggi di Tiongkok. Ini adalah salah satu pembalikan paling mencolok dari ekspansi cepat pendidikan internasional Tiongkok. Tak lain, dikarenakan penindasan yang semakin parah oleh Partai Komunis Tiongkok.

Pekan lalu, Westminster College menyatakan dalam sebuah pernyataan: “Tiongkok(Partai Komunis) telah merumuskan sejumlah peraturan pendidikan baru, yang mana akan memengaruhi pengoperasian sekolah yang diusulkan di Chengdu… tidak mungkin mencapai lisensi mengoperasikan model awal yang direncanakan .”

Peraturan baru berarti bahwa dari taman kanak-kanak sampai kelas sembilan, sekolah internasional sekarang harus mengajar kursus yang sama dengan sekolah umum Tiongkok. 

Semua sekolah swasta sekarang harus “mematuhi kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok,” sebuah langkah yang bertujuan memberikan pengawasan yang lebih besar kepada Beijing atas pembelajaran anak-anak.

Peraturan baru, yang mulai berlaku pada bulan September, juga membatasi kontrol dan partisipasi asing dalam operasi sekolah swasta, mengharuskan anggota dewan sekolah harus orang Tiongkok, dan mencoba mengatur biaya sekolah yang mahal.

Stephen Spriggs, direktur pelaksana firma konsultan William Clarence Education, mengatakan bahwa dia menduga bahwa lebih banyak sekolah Inggris akan menarik diri dari Tiongkok. Sebagai gantinya, bertujuan untuk lebih banyak demi “stabilitas politik” negara. (hui)

Banjir Melanda Jember, Jawa Timur, Ratusan Warga di Empat Kecamatan Mengungsi

0

ETIndonesia- Banjir yang terjadi di wilayah Jember Provinsi Jawa Timur menyebabkan sedikitnya 200 warga mengungsi di Balai Desa Pondok Joyo.

Hal ini berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember per Rabu (10/11) pukul 19.55 WIB. 

Kejadian ini mengakibatkan ketinggian air pada saat banjir berkisar antara 30 – 70 sentimeter. kondisi tanah yang labil juga menyebabkan longsor yang menyebabkan tertutup akses jalan ke arah wisata Gunung Gambir.

Tercatat kerugian material atas dampak kejadian ini meliputi 116 unit rumah, 1 unit musholla, 1 unit jembatan dan 1 gedung sekolah menengah pertama. Adapun lokasi terdampak yakni Desa Manggisan di Kecamatan Tanggul, Desa Pondok Joyo, Desa Pondok Dalem di Kecamatan Semboro, Desa Kramat Sukoharjo di Kecamatan Tanggul, dan Desa Gelang di Kecamatan Sumberbaru.

BPBD Kabupaten Jember bersama tim gabungan menuju ke lokasi kejadian guna melakukan pendataan dan evakuasi korban terdampak. Distribusi logistik bagi para pengungsi dilakukan di Balai Desa Pondok Joyo. Hingga kini, tim gabungan terus berupaya melakukan penanganan darurat pasca banjir dan tanah longsor serta mengantisipasi adanya potensi longsor susulan. 

Potensi fenomena La Nina yang telah dirilis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masih dapat terjadi hingga Februari 2022. Hal ini dapat berdampak pada sejumlah perubahan intensitas hujan di sejumlah wilayah Indonesia.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan BNPB mengimbau untuk seluruh perangkat daerah setempat dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.

“Pemanfaatan lahan dalam pembangunan hendaknya memperhatikan analisis dampak lingkungan. Penguatan unsur tanah juga diperlukan dengan melakukan penanaman pohon terlebih saat terjadinya hujan karena akan memicu pergerakan tanah yang dapat mengakibatkan longsor,” ujarnya. (asr)

Masyarakat Diingatkan Waspada Potensi Cuaca Ekstrem dari Angin Kencang Disertai Petir

0

ETIndonesia- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini cuaca yang menyatakan bahwa hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang masih berpotensi terjadi di wilayah Provinsi Jawa Barat hingga Kamis (11/11/2021).

BMKG juga menyatakan status ‘waspada’ bagi wilayah Provinsi Jawa Barat untuk potensi dampak bencana hidrometeorologi basah yang dapat dipicu oleh faktor cuaca.

BMKG sebelumnya juga telah merilis informasi adanya fenomena La Nina yang melanda sebagian besar wilayah Tanah Air hingga Februari 2022 mendatang. Adapun fenomena tersebut menurut BMKG berdampak pada kenaikan intensitas hujan dan dapat memicu terjadinya bencana seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor.

Kepala BNPB Letjen TNI Ganip Warsito sebelumnya dalam ‘Rapat Koordinasi BNPB-BPBD Kesiapsiagaan Menghadapi Dampak La Nina’ telah mewanti-wanti kepada seluruh pemangku kebijakan daerah agar melakukan upaya mitigasi, mempersiapkan diri dan selalu siaga dalam menghadapi adanya potensi bencana dari dampak La Nina tersebut.

Adapun hal itu juga merupakan arahan langsung Presiden Joko Widodo bahwa penanggulangan bencana harus mengutamakan upaya pencegahan dan mitigasi.

“Fenomena La NIna harus bersama-sama kita antisipasi dan kita siapkan kesiapsiagaannya,” jelas Ganip, Kamis (4/11) dalam rilisnya.

Ganip berharap agar upaya peningkatan kesiapsiagaan dan mitigasi itu kemudian dapat dilakukan seluruh elemen di daerah hingga level terkecil. Selain itu, pelibatan seluruh unsur ‘Pentaheliks’ mulai dari pemerintah, komunitas, akademisi, masyarakat, dunia usaha dan media massa menjadi penting dalam penanggulangan bencana, sebab bencana adalah urusan bersama.

“Para level yang libel kecil, yaitu kabupaten/kota, kewaspadaan serta mitigasi dampak La Nina mutlak dilakukan,” tandasnya. (asr)

Permukiman Warga di Kabupaten Bandung Direndam Banjir Akibat Hujan Lebat Hingga Luapan Sungai Cisunggalah

0

ETIndonesia- Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Kecamatan Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, memicu terjadinya luapan Sungai Cisunggalah, Rabu (10/11).

Dari luapan yang tidak dapat tertampung oleh sungai tersebut menyebabkan permukiman warga di Desa Penyadap terendam banjir.

Laporan visual yang diterima Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), luapan sungai juga menyebabkan tanggul sungai jebol di beberapa titik.

Arus luapan air dari jebolan tanggul Sungai Cisunggalah terpantau cukup deras dan mulai menggenangi rumah-rumah warga.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung segera turun ke lapangan untuk melakukan asesmen dan memonitor perkembangan banjir tersebut.

Kondisi mutakhir yang dilaporkan per pukul 18.22 WIB, terpantau kondisi air mengalami peningkatan dengan Tinggi Muka Air (TMA) 10-110 sentimeter.

Sementara itu 10 unit rumah yang ditinggali 10 KK atau 30 jiwa terdampak dan 3 di antaranya mengalami rusak sedang.

“Hingga rilis ini diturunkan, belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa,” ujar Abdul Muhari, Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB dalam rilisnya. (asr)

Tolak Mandat Vaksin Biden, Ratusan Ribu Warga AS Akan Memulai Pemogokan Secara Nasional

The Epoch Times

Pengacara hak asasi manusia dan pembicara publik, Leigh Dundas mengatakan bahwa pemogokan nasional terhadap mandat vaksin pemerintah Biden diumumkan pada Senin (8/11/2021).  Dimulai di Los Angeles. Kegiatan ini akan berlangsung hingga Kamis (11/11/2021) namun rute pawai belum diungkapkan.

Mogok massal untuk menolak mandat vaksin Biden, melibatkan orang-orang dari berbagai industri seperti truk dan telekomunikasi. Meskipun Undang-Undang Ketenagakerjaan Kereta Api disahkan pada tahun 1926, dengan jelas menyatakan bahwa pemerintah federal tidak mengizinkan pekerja di sektor penerbangan dan transportasi kereta api untuk mogok. Beberapa karyawan berencana untuk memprotes secara anonim.

Leigh Dundas  mengatakan, pawai Jembatan Golden Gate, ketika orang-orang berkumpul di sana, itu akan menjadi momen epik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini akan menandai pemogokan nasional selama empat hari yang terdiri dari pekerja biasa dari seluruh negeri. Dari kerah biru hingga pekerja kerah putih, kulit hitam, kulit putih, ras kuning, ras merah, serta orang-orang dari semua keyakinan dan agama.” 

Dundas mengatakan kepada The Epoch Times bahwa, terlepas dari perbedaan mereka, mereka semua bersatu pada kebenaran yang sama, yaitu tidak tempat bagi Perintah vaksin federal  dalam masyarakat yang benar-benar bebas.

Ia juga mengatakan, setiap kelompok: anti-vaksin, Yahudi, Muslim, penduduk asli Amerika, Asia, Latin, Kristen, ateis, dan lain-lain, semua kelompok berkumpul pada momen bersejarah ini, tidak hanya kepada pemerintah kita sendiri, Dan berteriak kepada dunia bahwa orang akan tidak lagi mentolerir perintah vaksin.

“Di negara ini, opini publik adalah penguasa, karena para pendiri negara kita mengetahui kebenaran ini: negara yang benar-benar bebas dimiliki oleh rakyat. Selain itu, sebuah negara yang diperintah oleh rakyat dan dinikmati oleh rakyat “Rakyat  adalah penguasa negara ini. Hari ini menandai penolakan kami terhadap Perintah Vaksin Federal karena arahan tersebut adalah konsep yang tidak dapat bertahan dalam masyarakat bebas, dan kami memang masyarakat bebas,” katanya.

The Epoch Times mewawancarai beberapa karyawan perusahaan yang akan berpartisipasi dalam aksi mogok tersebut, berikut pendapat mereka:

“Saya memilih perlindungan Tuhan”

Kristen Grace telah menjadi insinyur sistem untuk Raytheon Company selama 18 tahun.

“Saya akan kehilangan mata pencaharian saya pada tanggal 8 Desember karena saya tidak ingin untuk menyuntik vaksin eksperimental ke dalam darah saya. Saya telah pulih dari COVID . Saya bekerja di rumah, tetapi pemerintah mengklaim untuk merawat tubuh saya. pilihan medis memiliki kekuatan, Saya memilih kekebalan alami (dari Tuhan), bukan pemerintah.”

Brandon Childs telah bertugas di Angkatan Udara selama tujuh tahun, lima tahun di antaranya adalah dalam tugas aktif tentara, dan dua tahun lainnya berada di Arizona Air National Guard (ANG).

“Karena perintah vaksinasi ini, ia telah berhenti dari pekerjaan penuh waktu ia di ANG. Mereka berjanji kepada dirinya bahwa mereka tidak akan pernah meminta dirinya vaksinasi. Namun, ini telah berubah dalam sebulan terakhir.”

Dalam setahun ini, ia kehilangan tiga anggota keluarga, salah satunya adalah ayahnya, seminggu yang lalu. Ia mengajukan pengecualian agama dari dua perusahaan, tetapi diberi tahu bahwa peluang pengecualian sangat tipis. Ia akan menghadapi satu. Tampaknya biasa, atau itu adalah keputusan yang memalukan untuk pensiun (walaupun ia memiliki catatan militer tidak bersalah), atau pemecatan, yang mempengaruhi pekerjaan dirinya untuk negara yang ia cintai dan terus menumpahkan darah.”

Engineering yang telah bekerja untuk Raytheon selama 25 tahun mengatakan kepada The Epoch Times bahwa ia telah mengirimkan pemberitahuan pengecualian agama. Jika tidak disetujui, ia akan dipecat pada 8 Desember karena ia tidak akan melakukannya Untuk pekerjaan, itu melanggar keyakinannya. atau melepaskan hak konstitusionalnya. Sejujurnya, ini adalah tahun yang paling menegangkan dalam kehidupan profesional dirinya. Ia telah menderita insomnia. Bahkan dengan persetujuan, ia dapat terus mencari yang pekerjaan baru. “

Raytheon merasa dikhianati oleh perusahaan yang telah memberikan tahun-tahun terbaik. Mereka bisa saja membelanya, tetapi mereka mengutamakan keuntungan dan apa yang disebut agenda “kebangkitan”. Ada banyak orang di sekitarnya yang telah divaksinasi penuh. Mereka semua memiliki masalah kesehatan baru dan tidak dapat diprediksi. Banyak orang telah terinfeksi COVID (virus Komunis Tiongkok), tetapi sebaliknya ia iperlakukan sebagai “orang najis”, sungguh tidak dapat dipercaya.

“Ilmu pengetahuan, logika, dan umum akal semua telah dibuang ke tempat sampah karena COVID. ia mencintai negaranya, tetapi ia malu dengan perusahaannya dan pemerintah. Satu-satunya kabar baik adalah bahwa bahkan orang-orang yang divaksinasi penuh sekarang sadar (propaganda pemerintah) berjanji untuk memulihkan masyarakat menjadi normal sebenarnya bohong. Sekarang mereka memakai masker lagi dan diberitahu bahwa mereka harus terus menerima booster. Dan sekarang mereka juga melawan,” katanya.

Kesehatan pribadi adalah informasi privasi pribadi

Christopher Burns, seorang pengacara yang bekerja di Portsmouth, New Hampshire, mengatakan: “Untuk pertama kalinya dalam sejarah negara ini, presiden dan partainya tampaknya percaya bahwa dengan memaksa majikan untuk meminta karyawan mereka memberikan informasi kesehatan yang dilindungi secara pribadi.  Selain itu, mengatur bagaimana majikan swasta memperlakukan karyawan mereka, (perilaku semacam ini) adalah konstitusional.”

Jet, seorang karyawan Honeywell International, kecewa dan frustrasi dengan vaksinasi wajib perusahaan. Karena keyakinan agamanya, dia menyatakan bahwa dia tidak akan pernah divaksinasi.

“Situasi ini telah menjerumuskan dirinya ke dalam keadaan depresi. Ia tidak pernah membayangkan bahwa hal seperti itu (vaksinasi wajib) akan terjadi di Amerika Serikat. Ini adalah tirani, dan tidak akan berhenti. Juga mengecewakan bahwa Honeywell dan perusahaan besar Amerika lainnya telah memutuskan untuk bekerja sama dan mempromosikan tirani ini.” Jett berkata, Ia tidak akan divaksinasi. Ia telah mengajukan pengecualian agama. Jika tidak disetujui, biarlah. Karena pesanan vaksin ini, mereka diperlakukan sebagai warga negara kelas dua. Inilah definisi tirani: seseorang yang berkuasa memperlakukan orang lain dengan kejam dan tidak adil.”

Seorang konsultan dari grup media multinasional, Thomson Reuters Corporation mengatakan bahwa dia sebenarnya tidak bekerja di perusahaan tersebut, jadi mengapa dia harus divaksinasi?

“Saya telah bekerja (untuk Reuters) selama 13 tahun, dan setidaknya 3 konsultan bekerja 100% dari jarak jauh, 2.000 mil dari kantor!” Dia berkata, “Karena perusahaan memiliki kontrak pemerintah, itu berarti saya juga harus mematuhi tugas..”

“Saya dirumah bagaimana saya bisa menyakiti  orang lain?” dia bertanya secara retoris.

John Knox adalah anggota “LA Firefighters for Freedom” .

Ia mengatakan, menentang perintah vaksin inkonstitusional ini karena segala sesuatu yang bertentangan dengan Konstitusi adalah ilegal. Perintah vaksin ini jelas di luar cakupan Konstitusi, “Sebagai petugas pemadam kebakaran dan responden pertama, mereka harus mengambil sikap. biarkan orang Amerika lainnya tahu bahwa mereka akan bertarung dan orang-orang dapat bergabung.”

Ini melanggar hak orang Amerika

Seorang guru sekolah dasar di Maine percaya bahwa pemerintah seharusnya tidak mengamanatkan wajib vaksin COVID-19. .

“Orang berhak membuat pilihan yang paling efektif untuk keluarga dan diri mereka sendiri. Saya pikir ini melanggar hak kita sebagai orang Amerika. Mengapa kita harus melakukan ini?” tanya guru itu.

Periode vaksinasi wajib untuk perusahaan kereta api Amerika “Amtrak” juga ditetapkan pada 8 Desember. Seorang karyawan yang meminta anonimitas mengatakan kepada English Epoch Times tentang situasinya.

“Karyawan dengan kekebalan agama ditolak tanpa penjelasan apa pun, atau disetujui untuk mengambil “cuti pribadi” yang tidak dibayar dan tidak diizinkan mencari pekerjaan lain selama periode “cuti pribadi” yang tidak disengaja, kata karyawan itu. Bahkan, “permohonan perawatan medis Karyawan yang dikecualikan adalah diizinkan untuk terus bekerja dengan premis test COVID-19 setiap minggu. Ini termasuk karyawan yang berhubungan penuh dengan pelanggan, seperti penjual tiket. “Kenyamanan” ini sangat keras dan pembalasan.”

“Menurut pengumuman internal Amtrak yang berulang, setiap karyawan yang tidak mematuhi peraturan pencegahan epidemi akan dituduh tidak mematuhi perintah dan dipecat,” tambahnya.

“Semakin lama kita mematuhi tirani mereka, semakin buruk situasinya! Membela hak-hak Amerika jauh lebih baik dan lebih penting daripada perusahaan  yang mengabaikan saya,’ kata pekerja kereta api Eric Mallow. 

Seorang sekretaris dari Arizona mengatakan kepada The Epoch Times bahwa peraturan ini adalah “pelanggaran total” terhadap kebebasannya.

“Apa yang terjadi? Jika mereka dapat memaksa vaksin ke dalam tubuh kita dan melanggar kehendak kita dengan cara ini, lalu di mana intinya? Kita harus melawan, dan (pemerintah) sama sekali tidak boleh melakukannya,” kata seorang sekretaris itu.

The English Epoch Times telah meminta komentar dari Amtrak dan Raytheon. (hui)

Menyebar Super Cepat! Varian Delta Ditemukan di Chengdu, Sichuan, Tiongkok, Ada Kasus 1 Orang ke 13 Orang

0

Ke Tingting – NTD

Media Daratan Tiongkok melaporkan bahwa sejak 2 November hingga saat ini, di Chengdu, Sichuan, Tiongkok,  terdapat 23 kasus terkonfirmasi virus varian Delta, di antaranya ada kasus khusus yang melibatkan 13 kasus dari satu orang.

Selain itu, sebuah video online menunjukkan bahwa pada 8 November, Pusat Global di Chengdu, Sichuan, ditutup karena epidemi dan semua orang perlu menjalani pengujian tes covid-19 secara massal.

Situasi tes covid-19 massal  itu justru penuh sesak dengan orang-orang. Beberapa orang curiga bahwa untuk menghindari deteksi, mereka melompati tembok dan melarikan diri.

Epidemi di daratan Tiongkok baru-baru kembali merebak. Sejak 17 Oktober, putaran epidemi ini telah mempengaruhi setidaknya 20 provinsi dan 44 kota. Di antaranya, situasi epidemi di Heilongjiang, Hebei, Henan, Jiangxi, Sichuan, Chongqing, Dalian, Liaoning dan tempat lain masih berkembang luas. Dikarenakan Komunis Tiongkok menutup-nutupi epidemi, situasi sebenarnya dari epidemi tak diketahui.

Pada saat yang sama, harga saham pemimpin vaksin, Cansino Biologics Inc, anjlok lebih dari 10% pada 8 November, menguapkan hampir 140 miliar yuan dari nilai pasar pada tahun ini. (hui)

National Institutes of Health Beberkan Gain-of-Function Mengenai EcoHealth Alliance dan Laboratorium Wuhan yang Secara Tak Sengaja Mengungkapkan Rahasia

Jeff Carlson dan Hans Mahncke

Setelah hampir dua tahun menyangkal, organisasi induk milik Dr. Anthony Fauci, National Institutes of Health (NIH) atau Institut Kesehatan Nasional AS, yang mana akhirnya mengakui bahwa pihaknya mendanai eksperimen Gain-of-Function di Institut Virologi Wuhan. Justru hal demikian mengungkapkan sebuah fakta.

Saat pengakuan tentang Gain of Function ini dibuat, pejabat National Institutes of Health atau Institut Kesehatan Nasional AS mengatakan kepada Kongres AS, bahwa virus yang sedang diuji secara genetik adalah terlalu jauh untuk kemungkinan menjadi penyebab COVID-19.

Untuk diketahui, Gain-of-function  adalah penelitian medis yang secara genetik mengubah suatu organisme dengan cara yang dapat meningkatkan fungsi biologis produk gen. Ini mungkin termasuk patogenesis yang berubah, penularan, atau kisaran inang, yaitu jenis inang yang dapat diinfeksi oleh mikroorganisme.

Tetapi, National Institutes of Health gagal memberitahu Kongres bahwa EcoHealth Alliance milik Peter Daszak, melalui organisasi inilah Dr. Anthony Fauci mendanai  Institut Virologi Wuhan, yang menyimpan sejumlah besar virus yang tidak dikenal. 

Dan, hanya orang-orang yang memiliki akses ke virus ini yang tahu, apa yang telah dilakukan dengan virus ini atau sebenarnya seberapa dekat virus ini secara genetik dengan COVID-19.

Selain itu, pada tanggal 12 September 2019, Institut Virologi Wuhan menghapus seluruh basis data dari lebih 22.000 sampel virus miliknya yang sebelumnya tidak dilaporkan.

Tepat pada saat yang sama ketika Institut Kesehatan Nasional sedang membuat pengakuan Gain-of-Function, Institut Kesehatan Nasional secara diam-diam mengedit situs webnya untuk mendefinisikan ulang apa merupakan eksperimen Gain-of-Function. 

Dengan demikian, Institut Kesehatan Nasional mempersempit definisinya untuk fokus hanya pada penularan pada manusia yang dikenal dan yang tidak dapat dimungkiri, bukannya potensi bahaya bagi manusia.

Pengungkapan yang terlambat itu dilakukan oleh Lawrence Tabak, Wakil Direktur Utama Institut Kesehatan Nasional, yang mencatat dalam sebuah surat kepada Kongres bahwa, meskipun penyangkalan sebelumnya, pada kenyataannya, Institut Kesehatan Nasional mendanai eksperimen Gain-of-Function di fasilitas Wuhan tersebut.

Surat Lawrence Tabak itu, yang ditulis sebagai tanggapan atas pertanyaan Kongres, meralat

pernyataan sebelumnya oleh Direktur Institut Kesehatan Nasional Dr. Francis Collins dan 

Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Dr. Anthony Fauci bahwa Institut Kesehatan Nasional  belum pernah mendanai penelitian Gain-of-Function di Wuhan. 

Lawrence Tabak juga mengakui bahwa EcoHealth Alliance, yang melalui badan inilah Dr. Anthony Fauci mendanai laboratorium Wuhan, telah melanggar syarat dan ketentuan hibah Institut Kesehatan Nasional.

Tetapi, pernyataan Lawrence Tabak bahwa Institut Kesehatan Nasional tidak menyadari pekerjaan Gain-of-Function yang dilakukan oleh EcoHealth Alliance ditentang dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh EcoHealth Alliance sebagai tanggapan. Yang mana, mencatat bahwa “data ini dilaporkan segera setelah kami diberitahu agar waspada, dalam laporan tahun keempat kami di April 2018.”

Laporan EcoHealth Alliance Memerincikan Pekerjaan Gain-of-Function di Wuhan

EcoHealth Alliance gagal memberikan kewajiban kontrak  laporan tahun-kelima untuk tahun 2019 hingga bulan ini kepada Institut Kesehatan Nasional, meskipun EcoHealth Alliance memang membagikan data dengan Institut Kesehatan Nasional pada tahun 2018 dan pada tahun-tahun sebelumnya sebagai bagian dari laporan kemajuan tahunan sebelumnya. 


Laporan itu diperlukan sebagai sebuah syarat dari hibah lima-tahun yang diberikan Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular milik Dr. Anthony Fauci kepada EcoHealth Alliance pada tahun 2014.

Khususnya, laporan EcoHealth Alliance tahun 2018 seharusnya segera memperingatkan Institut Kesehatan Nasional bahwa uang Institut Kesehatan Nasional digunakan untuk membuat Coronavirus yang jauh lebih patogen daripada virus yang asli.

Laporan EcoHealth Alliance April 2018 menetapkan bahwa EcoHealth Alliance, bekerja sama dengan fasilitas Wuhan, telah menerapkan metode genetik terbalik untuk membangun virus buatan. 

Virus yang baru dibuat ini mengandung protein lonjakan yang baru. Seperti yang akan dijelaskan Peter  Daszak kemudian dalam wawancara tanggal 9 Desember 2019, “lonjakan protein mendorong banyak hal yang terjadi dengan Coronavirus.”

Virus rekayasa genetika yang dihasilkan menunjukkan patogenisitas yang sangat tinggi pada tikus yang membawa gen, sel, jaringan dan organ manusia, dengan sebuah muatan virus yang ditingkatkan oleh sebuah faktor 10.000. Konstruksi setidaknya tiga virus semacam itu dirincikan dalam laporan EcoHealth  Alliance pada April 2018.

Laporan itu juga menyatakan bahwa EcoHealth Alliance dan laboratorium Wuhan sedang bergerak maju dengan pekerjaan serupa yang harus dilakukan pada satu jenis virus yang berbeda, virus MERS yang jauh lebih mematikan.

Laporan kedua dikirim oleh EcoHealth Alliance ke Institut Kesehatan Nasional pada bulan November 2018. Laporan itu, yang berupa sebuah proposal untuk hibah lima-tahun kedua, sekali lagi menggambarkan pekerjaan Gain-of-Function yang sama yang tercantum dalam laporan April 2018.

Pengungkapan tahun 2018 oleh EcoHealth Alliance menyoroti dua masalah. Pertama, EcoHealth Alliance telah melanggar ketentuan hibahnya, yang menyatakan bahwa jika setiap virus buatan menunjukkan bukti peningkatan pertumbuhan virus oleh sebuah faktor 10, Institut Kesehatan Nasional harus diberitahu dan semua eksperimen dengan virus ini harus segera berhenti. 

Tetapi EcoHealth Alliance gagal mengikuti persyaratan hibah tersebut dan hanya memberitahu Institut Kesehatan Nasional, mengenai pertumbuhan virus tersebut melalui sebuah pengungkapan yang rutin dalam sebuah laporan kemajuan tahunan.

Pelanggaran oleh EcoHealth Alliance ini seharusnya mendorong tindakan segera pada bagian Institut Kesehatan Nasional.

Kedua, fakta bahwa EcoHealth Alliance membuat Institut Kesehatan Nasional menyadari hasil dari eksperimen Gain-of-Function pada tahun 2018 menempatkan sebuah persyaratan pengawasan yang melekat pada Institut Kesehatan Nasional, tak lain untuk memantau eksperimen yang dilakukan EcoHealth Alliance dengan cermat yang terus semakin maju. 

Sebaliknya, Institut Kesehatan Nasional mengizinkan tim Peter Daszak untuk melanjutkan pekerjaan mereka tanpa pengawasan apa pun untuk beberapa tahun ke depan.

Laporan EcoHealth Alliance yang Hilang Menjelaskan Pekerjaan Virus yang Mematikan

Kurangnya pengajuan sebuah laporan kemajuan tahun kelima EcoHealth Alliance ditemukan baru-baru ini, setelah The Intercept menggugat Institut Kesehatan Nasional untuk dokumen yang berkaitan dengan EcoHealth Alliance. 

Jika bukan karena peringatan yang dimunculkan oleh The Intercept, kemungkinan laporan kemajuan tahun kelima EcoHealth Alliance akan tetap belum dikirim.

Laporan tahun kelima itu menjelaskan bagaimana EcoHealth Alliance dan laboratorium Wuhan terlibat dalam eksperimen Gain-of-Function tambahan dengan cara membangun klon-klon dari virus MERS yang mematikan –— sebuah virus dengan sebuah angka fatalitas kasus 35 persen. 

Laporan itu juga merinci bagaimana para peneliti di fasilitas Wuhan menggantikan domain pengikatan-reseptor virus MERS, yang merupakan bagian protein lonjakan–—yang menentukan patogenisitas virus tersebut.

Pekerjaan Gain-of-Function yang dijelaskan EcoHealth Alliance dalam laporan kemajuan tahun kelima yang tertunda, tampaknya secara langsung bertentangan dengan sebuah pernyataan bulan September 2021. Yang mana, dibuat sebelum laporan kelima akhirnya dirilis, ketika seorang juru bicara EcoHealth Alliance mengklaim bahwa “pekerjaan MERS yang diusulkan dalam  hibah dinyatakan sebagai sebuah alternatif dan tidak dilakukan.”

Surat Lawrence Tabak kepada Kongres juga menyatakan bahwa, Institut Kesehatan Nasional telah menetapkan bahwa eksperimen Peter Daszak tidak memerlukan pengawasan ketat dari Institut Kesehatan Nasional. Dikarenakan, Coronavirus kelelawar yang awalnya dikutip dalam pekerjaan Peter Daszak belum terbukti menginfeksi manusia.

Tetapi, salah satu virus yang diuji oleh Peter Daszak, WIV1-SHC014, sebuah virus yang dibuat di laboratorium yang telah disebutkan dalam laporan 2018 itu, menunjukkan sangat mematikan pada tikus yang membawa gen, sel, jaringan dan organ manusia. 

Menurut laporan kemajuan tahun kelima yang terlambat diserahkan oleh Peter Daszak, 75 persen tikus yang membawa gen, sel, jaringan dan organ manusia yang terinfeksi virus tersebut mati.

Tikus-tikus yang membawa gen, sel, jaringan dan organ manusia adalah tikus-tikus yang telah diadaptasi membawa untuk gen, sel, dan jaringan manusia yang masih berfungsi. Tikus tersebut secara efektif bertindak sebagai pemeran pengganti eksperimental untuk manusia, terutama ketika pengujian apakah sebuah virus baru mampu menginfeksi dan menularkan pada manusia.

Institut Kesehatan Nasional Mengubah Definisi Gain-of-Function

Institut Kesehatan Nasional secara tiba-tiba dan diam-diam menghapus definisi lama mengenai eksperimen Gain-of-Function dari situs webnya pada waktu yang hampir bersamaan, di mana Lawrence Tabak menulis suratnya, mengganti definisi lama dengan sebuah bagian baru pada yang disempurnakan mengenai penelitian patogen yang berpotensi menyebabkan pandemi.

Definisi lama milik Institut Kesehatan Nasional sebelumnya berfokus pada bahaya potensi bagi manusia. Disebutkan bahwa setiap keuntungan penelitian Gain-of-Function yang didanai Institut Kesehatan Nasional yang “diharapkan untuk meningkatkan penularan dan/atau virulensi patogen yang berpotensi menyebabkan pandemi, yang cenderung membuat patogen tersebut menjadi lebih berbahaya bagi manusia ”hanya dapat dilakukan dengan “pengawasan yang ketat dan kendali keselamatan-hayati dan keamanan-hayati yang memadai.”

Definisi itu dimodifikasi secara material, yang mempersempit fokus dari bahaya yang berpotensi terjadi pada manusia untuk mengenali dan menciptakan penularan pada manusia–—khususnya “peningkatan sebuah penularan patogen dan/atau virulensi pada manusia.”

Kata-kata Gain-of-Function yang baru milik Institut Kesehatan Nasional, adalah sangat mirip dengan sebuah pernyataan dari juru bicara Dr. Anthony Fauci, yang mengatakan bahwa, penelitian EcoHealth Alliance tidak berada di bawah pengawasan Institut Kesehatan Nasional yang ketat, itu sejak eksperimen yang didanai itu “tidak layak diharapkan untuk meningkatkan penularan atau virulensi pada manusia.”

Definisi baru ini digaungkan oleh Lawrence Tabak dalam suratnya baru-baru ini kepada Kongres, di mana ia menulis bahwa pekerjaan Peter Daszak “tidak sesuai dengan definisi penelitian yang melibatkan peningkatan patogen yang berpotensi menyebabkan pandemi  karena Coronavirus kelelawar ini belum terbukti menginfeksi manusia.”

Profesor Richard Ebright, seorang ahli biologi di Universitas Rutgers, menulis di Twitter, “Intinya, mereka mengklaim bahwa, karena Institut Kesehatan Nasional tidak mendanai penelitian infeksi dengan virus-virus yang dihasilkan di laboratorium dan subjek-subjek manusia–—para tahanan Uighur Para pembangkang Falun Gong?—–Institut Kesehatan Nasional tidak mendanai penelitian Gain-of-Function.”

Terminologi Gain-of-Function yang baru mungkin berasal dari Direktur Institut Kesehatan Nasional Dr. Francis Collins, yang tampaknya telah memberi pertanda pergeseran definisi dalam sebuah pernyataan pada bulan Mei 2021, ketika ia mengklaim bahwa Institut Kesehatan Nasional tidak mendanai penelitian mengenai Coronavirus yang “meningkatkan penularan atau letalitas Coronavirus tersebut untuk manusia.”

Pada saat pernyataan Dr. Francis Collins, pertanyaan mulai muncul untuk pertama kalinya di media besar mengenai asal-usul COVID-19 dan pendanaan Institut Kesehatan Nasional untuk eksperimen Gain-of-Function di Institut Virologi Wuhan. 

Dr. Francis Collins sendiri dengan tegas menyangkal keuntungan eksperimen Gain-of-Function itu telah didanai di laboratorium Institut Virologi Wuhan, menyerukan laporan- keterangan yg salah.

Institut Kesehatan Nasional Mengklaim Pekerjaan EcoHealth Alliance ‘Jauh’ Dari COVID tetapi Mengabaikan Virus yang Disembunyikan

Pada hari yang sama ketika surat Lawrence Tabak dikirim ke Kongres, Institut Kesehatan Nasional menerbitkan sebuah pernyataan terpisah yang mengklaim, bahwa tidak ada pekerjaan yang telah didanai Institut Kesehatan Nasional di Wuhan melalui EcoHealth Alliance yang dapat mengarah pada penciptaan COVID-19.

Institut Kesehatan Nasional menyatakan bahwa “adalah jelas bahwa virus yang dipelajari di bawah hibah EcoHealth Alliance adalah sangat jauh dari SARS-CoV-2.”

Tetapi, Institut Kesehatan Nasional gagal mengungkapkan bahwa Institut Kesehatan Nasional, tidak mungkin mengetahui virus apa yang sedang dipelajari oleh EcoHealth Alliance dan laboratorium di Institut Virologi. 

Institut Kesehatan Nasional menghapus basis data sampel virus miliknya pada bulan September 2019; basis data tersebut masih tetap hilang. Selain itu, Peter Daszak, kolaborator lama Institut Kesehatan Nasional, yang mengakui memegang sejumlah besar virus yang dirahasiakan.

Institut Kesehatan Nasional juga gagal mengakui keberadaan sebuah cetak biru untuk penciptaan sebuah virus yang mirip COVID-19. 

Pada tahun 2018, EcoHealth Alliance mengirimkan sebuah proposal untuk program The Pentagon’s Defense Advanced Research Projects Agency -DARPA- atau Badan Proyek-Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan Pentagon, yang merinci rencana organisasi tersebut untuk menciptakan Coronavirus yang sama sekali baru melalui kombinasi sintetis dari tulang punggung virus yang sudah ada sebelumnya. 

Proposal tersebut menjelaskan bagaimana virus itu akan dibuat menjadi lebih ganas pada manusia dengan cara menyisipkan sebuah situs pembelahan furin, sebuah fitur yang membedakan COVID-19 dari semua  Coronavirus lainnya yang terkait dengan SARS.

Situs pembelahan furin adalah kunci patogenisitas COVID-19 pada manusia. Khususnya, Direktur Institut Virologi Wuhan, Shi Zhengli, meniadakan penyebutan situs pembelahan furin COVID-19 ketika ia pertama kali menjelaskan virus COVID-19 dalam sebuah artikel yang terperinci pada bulan Februari 2020 di jurnal ilmu pengetahuan Nature.

Terlepas dari penyangkalan sebelumnya, Institut Kesehatan Nasional tahu bahwa EcoHealth Alliance dan Institut Virologi Wuhan, telah melakukan eksperimen Gain-of-Function yang menghasilkan virus yang sangat patogen, dan Institut Kesehatan Nasional gagal meminta pertanggungjawaban EcoHealth Alliance atas persyaratan di mana Institut Kesehatan Nasional sendiri memaksakan.

Mungkin yang paling penting, Institut Kesehatan Nasional tahu bahwa eksperimen ini yang sedang dilakukan di tanah musuh Amerika Serikat–— komunis Tiongkok. (Vv/asr)

Gadis Ini Takut Berkencan Karena Dirinya Memiliki 50 Orang Saudara Tiri

0

Li Zhaoxi

Seorang pengguna aplikasi TikTok di New Jersey, AS terkejut ketika mengetahui ia memiliki sedikitnya 50 orang saudara tiri, yang menyebabkan ia tidak berani berkencan karena takut kalau-kalau …..

Ini diungkapkannya dalam aplikasi TikTok dengan akun @IzzyVN_98 membagikan kisahnya di situs media sosial bulan lalu. Videonya langsung ditonton sebanyak lebih dari 850.000 kali dengan disertai ribuan komentar. 

Gadis bernama Izzy, 23 tahun, adalah salah satu dari kembar tiga. Dia memiliki dua orang saudara laki-laki. Mereka dibesarkan oleh dua orang ibu yang berbeda, dan ayahnya adalah pendonor sperma tanpa nama.

Karena penasaran, Izzy pada tahun 2018 pergi melakukan tes DNA untuk mengetahui ras dan keturunannya. Setelah mendapatkan hasil tes itu, dia menemukan bahwa perkiraan dirinya adalah orang Italia ternyata keliru. Meskipun hal itu tidak terlalu menjadi beban pikirannya. Sampai suatu ketika beberapa bulan kemudian, seorang yang belum pernah ia kenal menghubunginya melalui Facebook.

“Tanpa sengaja saya menerima sebuah pesan dari seorang wanita yang menanyakan apakah saya terkait dengan orang atau keluarga tertentu, (karena DNA) saya cocok dengan putrinya, lalu saya katakan tidak”, tulis Izzy dalam video : “Dia bertanya kepada saya apakah saya adalah anak hasil bayi tabung, karena putrinya juga. Pertanyaan itu membuat saya tercengang karena dia mungkin adalah saudara perempuan saya”.

Izzy menyebutkan bahwa dirinya mulai menghubungi wanita tersebut yang memberikan tautan ke grup Facebook pribadi yang semua anggotanya merupakan anak hasil bayi tabung dari ayah pendonor sperma yang sama.

Izzy menemukan bahwa grup tersebut memiliki lebih dari 50 anggota. “Sekarang ada delusi tentang kelebihan penduduk, karena beberapa dari mereka khawatir bahwa siapa tahu kita mungkin berkencan dengan seseorang yang diluar dugaan ternyata adalah saudara tiri”, tulis Izzy. Dia tidak tahu masih berapa banyak lagi saudara/i tiri yang belum ditemukan.

Izzy dan beberapa lainnya tidak menjalin hubungan persahabatan dengan 50 lebih orang saudara tiri itu. Izzy mengatakan : “Saya merasa sedikit tidak nyaman. Ini benar-benar hal yang tidak normal. Saya merasa sangat malu. Tapi tetap saja timbul penasaran dalam diri saya”.

Izzy bukan satu-satunya TikToker yang menemukan rahasia kelam setelah menjalani tes DNA . Wanita Las Vegas bernama Jordyn Meyers yang membagikan videonya di situs jejaring sosial, mengatakan bahwa dirinya tumbuh tanpa ayah biologis dan percaya bahwa ia adalah anak dari ibunya dengan seorang pria dari Puerto Rico.

Namun, Meyers terkejut ketika menemukan bahwa ayah kandungnya adalah seorang Afghanistan, dan keluarganya tinggal hanya beberapa mil jauhnya dari rumah tinggalnya. (Sin)