Home Blog Page 1404

Beijing Gusar Terhadap Pernyataan Prihatin Soal HAM di Xinjiang dan Hong Kong dari Lebih 40 Negara

0

oleh Xu Jian

Lebih dari 40 negara yang dipimpin oleh Kanada pada Selasa (22/6/2021) mengeluarkan pernyataan bersama berkaitan dengan keprihatinan serius, dari negara-negara tersebut terhadap penganiayaan hak asasi manusia di Xinjiang, Hongkong dan Tibet yang dilakukan oleh pemerintah komunis Tiongkok. Beijing sangat marah karenanya dan melakukan serangan balik dengan membuat sebuah “pernyataan”.

Kantor berita AFP melaporkan bahwa pernyataan yang dideklarasi bersama oleh negara-negara demokratis tersebut, telah digodok selama beberapa hari sebelumnya dan baru diumumkan pada hari kedua sesi ke-47 Dewan Hak Asasi Manusia Jenewa.

“Untuk situasi hak asasi manusia Xinjiang di wilayah otonomi Uighur, kami menyatakan keprihatinan yang sangat serius”, kata Duta Besar Kanada Leslie Norton.

Dalam pernyataan bersama itu,disebutkan bahwa Beijing harus mengizinkan Michelle Bachelet dan pengamat independen lainnya untuk segera, secara signifikan dan tanpa batas memasuki Xinjiang. Selain itu, menuntut agar pemerintah komunis Tiongkok mengakhiri penangkapan sewenang-wenang terhadap warga etnis Uighur dan umat Muslim lainnya.

“Menurut laporan yang dapat dipercaya, lebih dari satu juta orang warga etnis minoritas ditangkap secara sewenang-wenang dan dijebloskan ke dalam “kamp pendidikan ulang” di Xinjiang. pemerintah komunis Tiongkok juga melakukan pengawasan yang tidak proporsional dengan menargetkan warga etnis Uighur dan anggota minoritas lainnya, membatasi kebebasan dan budaya dasar Uighur”.

Laporan yang dikutip dalam pernyataan tersebut mencakup konten seperti penyiksaan, perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat penduduk Xinjiang, sterilisasi paksa, kekerasan seksual, dan pemisahan paksa anak-anak dari orang tua mereka.

Pernyataan bersama itu juga mengkritik pemerintah komunis Tiongkok, yang memberlakukan UU. Keamanan Nasional versi Hongkong. 

“Kami masih akan terus mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap memburuknya kebebasan fundamental Hongkong di bawah undang-undang tersebut, dan situasi hak asasi manusia di Tibet”. Demikian bunyi pernyataan tersebut. 

Pernyataan itu didukung oleh lebih dari 40 negara termasuk Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Spanyol, Amerika Serikat.

Langkah ini diambil setelah kunjungan pertama Presiden AS Joe Biden. Saat ini, G7 dan NATO bersatu dalam melawan Beijing, menempatkan pemerintah komunis Tiongkok sebagai tantangan global yang paling menonjol.

Agnes Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesti Internasional mengatakan bahwa pernyataan itu “mengirimkan pesan penting kepada pemerintah komunis Tiongkok, bahwa mereka tidak dapat mengesampingkan pengawasan internasional”. Dia mengatakan bahwa negara-negara “sekarang bukan lagi saatnya untuk berperang di atas kertas, tetapi mengambil tindakan nyata”.

Mengetahui bahwa pernyataan ini akan segera dirilis, pemerintah komunis Tiongkok terlebih dahulu mengeluarkan apa yang mereka sebut juga pernyataan bersama, untuk menyerang balik pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh lebih 40 negara dengan konten yang mengutuk Kanada. Isinya menyebutkan bahwa Beijing sangat prihatin tentang pelanggaran serius Kanada terhadap hak asasi manusia masyarakat adat.

Adapun penandatangan “Pernyataan Bersama” yang diprakarsai oleh pemerintah komunis Tiongkok itu termasuk Belarus, Iran, Korea Utara, Rusia, Sri Lanka, Suriah dan Venezuela. (sin)

Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR-AS : Partai Komunis Tiongkok Bukan Tiongkok

0

oleh Wang Xiang

Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR-AS yang menyatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok BUKAN Tiongkok. Ia menilai hal yang menjadi masalah pada dasarnya bukan Tiongkok tetapi adalah Partai Komunis Tiongkok.

“Kita harus menolak klaim Xi Jinping bahwa Partai Komunis Tiongkok adalah Tiongkok”, demikian kata Gregory Meeks, Ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR-AS dan Anggota Kongres Demokrat New York dalam sebuah seminar tentang pertumbuhan pengaruh global Tiongkok di Brookings Institution di Washington pada Selasa (22/6/2021). Ia mengatakan bahwa masalahnya bukan Tiongkok, tetapi rezim komunis Tiongkok itulah masalahnya.

Gregory Meeks yang kini berusia 67 tahun, terpilih sebagai ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR-AS untuk pertama kalinya pada bulan Februari tahun ini, ia adalah etnis Afrika pertama yang terpilih menjadi ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR-AS. Komite tersebut sangat berpengaruh di Kongres.

Dia mengatakan bahwa pemerintah komunis Tiongkok, lebih memilih mundur daripada melakukan pembaruan. Dalam beberapa tahun terakhir, komunis Tiongkok di bawah kepemimpinan Xi Jinping telah memperketat kontrol domestik dan terus melakukan ekspansi pengaruh di luar negeri.

“Kami tidak bermaksud untuk mencegah Tiongkok berkembang, dan kami pun tidak berniat untuk menghalangi pembangunan demi kemakmuran 1,4 miliar rakyat Tiongkok, Kami bersaing dengan pemerintah Republik Rakyat Tiongkok. Tetapi pemerintah ini justru memilih untuk mundur daripada melakukan pembaruan,” kata Meeks, 

Dia mengingatkan bahwa Amerika Serikat dan komunitas internasional adalah yang membantu kebangkitan ekonomi Tiongkok, dan dengan menerima Tiongkok ke dalam sistem perdagangan dunia dan berinvestasi dalam ekonomi Tiongkok. Tetapi dalam 8 tahun terakhir, Xi Jinping justru memilih arah yang bermasalah dan melaju dengan kecepatan tinggi.

Meeks mengatakan, di bawah kepemimpinan Xi Jinping, pihaknya telah melihat komunis Tiongkok memperketat kontrolnya di dalam negeri dan memberikan pengaruh di dunia internasiona

Meeks menerangkan : “Kedua saluran ini saling berkaitan. Di sisi dalam negeri, demi memperkuat kontrol partai, pemerintah komunis Tiongkok terus melakukan penekanan terhadap kebebasan ekonomi dan politik. Di sisi luar negeri, pemerintah komunis Tiongkok berusaha meningkatkan pengaruh dan dominasinya secara internasional”.

Meeks mengatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok bukanlah Tiongkok.

“Mereka dengan sengaja menghubungkan partai dengan kebangkitan ekonomi Tiongkok, dan kita harus menolak pernyataan Xi Jinping bahwa Partai Komunis Tiongkok adalah Tiongkok, Masalahnya bukan Tiongkok, tetapi rezim komunis Tiongkok itulah masalahnya,” kata Meeks. (sin)

180 Jenazah di Jakarta Dimakamkan dengan Prosedur COVID-19 dalam Sehari, Tertinggi Selama Epidemi

ETIndonesia – Wilayah provinsi DKI Jakarta mencatatkan angka tertinggi pemakaman dengan prosedur COVID-19 dalam sehari. Jumlah kali ini merupakan angka tertinggi yang terjadi selama wabah COVID-19.   

“Hari ini rekor pemakaman selama wabah Covid-19 di DKI: 180 jenazah dikuburkan dengan prosedur Covid-19. Lahan baru di Rorotan ini ukurannya 3 Ha, khusus Covid,” ujar Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dikutip dari akun instagramnya, Rabu (23/06/2021).

“Meskipun luas, tolong jangan sampai dipenuhi. Ya, jangan sampai penuh, jangan diisi jenazah seperti hari ini lagi. Cukup, cukup sudah. Kita tak ingin melihat lebih banyak lagi wajah duka,” tambahnya.

Melansir dari keterangan suku dinas Kominfotik Jakarta Utara Kominfotik Jakarta Utara, proses pematangan lahan TPU Rorotan sudah mencapai tiga hektar yang diprediksi bisa menampung sekitar 7.200 petak makam.

“Dari tiga hektar lahan yang sudah dimatangkan akan menampung sekitar 7.200 petak makam. Hingga saat ini makam yang sudah terpakai sekitar 900-an. Kita semua berharap tidak akan ada lagi penambahan jumlah jenazah COVID-19 yang dimakamkan disini,” ungkap Kepala Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Kota Administrasi Jakarta Utara, Elly Sugestianingsih.

Untuk memaksimalkan pelayanan pemakaman di TPU Rorotan, Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Kota Administrasi Jakarta Utara mensiagakan 30 petugas. (asr)

Jakarta Perpanjang PPKM Mikro, Berikut Aturan Pembatasan dari Kegiatan Publik Ditiadakan Hingga Work From Office Hanya 25%

ETIndonesia- Seiring dengan peningkatan kasus positif COVID-19, Pemprov DKI Jakarta menetapkan ketentuan baru untuk meningkatkan pengendalian Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro.

Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 796 tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro selama 14 hari sejak 22 Juni – 5 Juli 2021.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyatakan kebijakan tersebut merupakan pelaksanaan dari Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan COVID-19 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran COVID-19, serta arahan pada Rapat Terbatas bersama Komite Penanganan COVID-19 dan Komite Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) yang dilakukan pada 21 Juni 2021 lalu.

“Kenaikan kasus COVID-19 yang secara signifikan terjadi akhir-akhir ini di DKI,  maka ada beberapa penyesuaian terkait jam operasional, kapasitas, dan regulasi lainnya di 11 sektor kegiatan warga,” ujar Gubernur Anies.

Kemudian Gubernur Anies kembali menegaskan agar masyarakat tidak menyepelekan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan.

Pemberlakuan Perpanjangan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro berlaku secara mutatis mutandis terhadap ketentuan pengendalian ketat berskala lokal dan penerapan protokol kesehatan COVID-19, sesuai dengan ketentuan Pasal 42 Pergub Nomor 3/2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2/2020 tentang Penanggulangan COVID-19.

Adapun jenis Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro sebagai berikut:

1. Kegiatan pada tempat kerja/perkantoran

– Perkantoran/tempat kerja milik swasta, BUMN/BUMD:

Work From Home (WFH) sebesar 75% dan Work From Office (WFO) 25% dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat.

–  Perkantoran/ tempat kerja milik instansi pemerintah:

Work From Home (WFH) sebesar 75% dan Work From Office (WFO) 25% dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat.

2. Kegiatan pada Sektor Esensial

– Sektor energi, komunikasi dan IT, keuangan, logistik, perhotelan, industri, pelayanan dasar, utilitas publik dan objek vital nasional, serta

– Tempat untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, antara lain pasar rakyat, toko swalayan, berjenis minimarket, supermarket, hypermarket, perkulakan dan toko khusus baik yang berdiri sendiri maupun yang berada di pusat perbelanjaan dan toko/ warung kelontong:

Beroperasi 100% (seratus persen) dengan pengaturan jam operasional, kapasitas, dan dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat.

3. Kegiatan Konstruksi

Tempat Konstruksi: Beroperasi 100% (seratus persen) dengan pengaturan jam operasional, kapasitas, dan dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat.

4. Kegiatan Belajar Mengajar

Sekolah/Perguruan Tinggi/Akademi/ Tempat Pendidikan/Pelatihan: Dilaksanakan secara daring/online.

5. Kegiatan Restoran

Warung makan, rumah makan, kafe, restoran, pedagang kaki lima/lapak jajanan pada lokasi binaan dan lokasi sementara:

a. Makan/ minum di tempat paling banyak 25% (dua puluh lima persen) kapasitas pengunjung

b. Dine-in sampai dengan pukul 20.00 WIB

c. Dapat melayani take away/ delivery sesuai jam operasional restoran (24 jam) dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat

6. Kegiatan pada Pusat Perbelanjaan/Mall

Pusat perbelanjaan/mall:

Pembatasan pengunjung 25% kapasitas dan jam operasional sampai dengan pukul 20.00 WIB dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat.

7. Kegiatan Peribadatan

Tempat Ibadah: Dilaksanakan di rumah

8. Kegiatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan: Beroperasi 100% dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat .

9. Kegiatan pada Area Publik dan Tempat Lainnya yang Dapat Menimbulkan Kerumunan Massa

– Area publik dan tempat lainnya yang dapat menimbulkan kerumunan massa : Ditiadakan.

10. Kegiatan Seni, Sosial dan Budaya

– Area publik dan tempat lainnya yang dapat menimbulkan kerumunan massa: Ditiadakan, dan khusus kegiatan hajatan (kemasyarakatan) paling banyak 25% dari kapasitas dan tidak ada hidangan makan di tempat.

11. Kegiatan pada Moda Transportasi

– Kendaraan Umum Angkutan Massal, Taksi (Konvensional dan Online) dan Kendaraan Rental: Maksimal penumpang 50% dari kapasitas dan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat.

– Ojek (Online dan Pangkalan): Penumpang 100% dari kapasitas dan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat.

(asr)

Kasus Baru COVID-19 Lebih Tinggi Dibandingkan dengan Angka Kesembuhan

ETIndonesia- Satgas Penanganan COVID-19 menyatakan kasus penularan COVID-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan, bahkan mencapai rekor kenaikan kasus harian tertinggi selama pandemi pada pada 21 Juni sebanyak 14.536.

Selain itu, selama lima minggu terakhir, kasus baru selalu lebih tinggi dibandingkan dengan angka kesembuhan, dengan puncak selisih 17.391 kasus pekan ini.

Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan kondisi tingginya kasus positif dibandingkan angka kesembuhan mingguan perlu mendapatkan perhatian.

“Angka kesembuhan yang lebih rendah dibandingkan kasus positif perlu menjadi target utama perbaikan penanganan COVID-19,” jelas Wiku dalam keterangan tertulisnya.

Selanjutnya, berdasarkan data per 20 Juni 2021, terdapat enam provinsi yang memiliki gap paling besar antara kasus positif dengan angka kesembuhan.

Keenam provinsi ini berasal dari pulau jawa yaitu:

DKI Jakarta (selisih 13.032 kasus);

Jawa Tengah (selisih 7.171 kasus);

Jawa Barat (selisih 6.670 kasus);

Jawa Timur (selisih 2.239 kasus);

DI Yogyakarta (selisih 2.131 kasus);  

Banten (selisih 878 kasus).

Selain tingginya gap antara kasus positif dengan angka kesembuhan, Satgas juga menyoroti enam provinsi yang memiliki kasus aktif tertinggi yaitu:

Jawa Barat (29.784 kasus aktif);

DKI Jakarta (11.411 kasus aktif);

Jawa Tengah (10.050 kasus aktif);

Papua (8.799 kasus aktif);

Riau (6.291 kasus aktif);

Kepulauan Riau (3.431 kasus aktif).

Satgas meminta kepada seluruh provinsi tersebut untuk segera memperbaiki kondisi COVID-19 di wilayahnya melalui evaluasi kebijakan yang diterapkan terkait kegiatan masyarakat. Sesuaikan aturan terkait kapasitas kantor, pusat perbelanjaan, restoran dan tempat makan, tempat wisata, serta fasilitas umum lainnya yang berpotensi menjadi titik penularan COVID-19.

Selanjutnya, Satgas juga meminta daerah untuk meningkatkan kualitas penanganan pasien covid- 19 di fasilitas rujukan. Dengan tingginya kasus pada saat ini, berdasarkan rekomendasi dari 5 organisasi profesi kedokteran (Perdatin, PDPI, PAPDI, IDAI, dan PERKI) bahwa strategi yang harus dilakukan adalah dengan menerapkan “early over treatment” dimana pasien rumah sakit yang sudah mengalami perbaikan gejala dapat segera dirujuk untuk melanjutkan isolasi mandiri di rumah, agar kapasitas rumah sakit menjadi lebih besar dan mampu menampung pasien dengan gejala sedang-berat lainnya.

“Selain itu, dapat juga dilakukan konversi tempat tidur rumah sakit, atau menyediakan fasilitas isolasi terpusat di masing-masing wilayah agar beban dapat terbagi dan rumah sakit tidak kewalahan menangani pasien,” ujar Wiku. (asr)

5 Pemuda Demonstran Hongkong yang Melarikan Diri dengan Perahu Karet Tiba di AS

oleh Jin Shi

Suatu pagi di pertengahan Juli 2020. Sebanyak 5 orang pemuda asal Hongkong berangkat dari sebuah dermaga terpencil dengan menumpang perahu karet yang mereka beli sendiri. Mereka hanya membawa iPhone dan kompas untuk memandu mereka melewati ratusan mil laut lepas hingga tiba di Taiwan.

Usia kelima pemuda itu berkisar antara 18 hingga 26 tahun, dan mereka hampir tidak saling mengenal sebelumnya. Namun tekad dan tujuan yang sama, yaitu melarikan diri dari Hongkong untuk menghindari penindasan dan penangkapan oleh pemerintah Hongkong telah menyatukan mereka. Kelima orang pemuda tersebut semua telah berpartisipasi dalam Gerakan Anti Perubahan UU Ekstradisi pada tahun 2019.

Setelah perjalanan yang mendebarkan, kelima orang pemuda ini akhirnya tiba di Amerika Serikat dengan menerima suaka. Reporter ‘Wall Street Journal’ baru-baru ini, mewawancarai 3 orang dari mereka dan mengungkapkan kisah pelarian yang tidak diketahui publik ini. Menurut laporan, Ini adalah satu-satunya kasus sukses yang dikonfirmasi dari sekelompok orang yang melarikan diri ke alam kebebasan dengan menumpang perahu karet.

Di antara lima orang tersebut, Ray, 25 tahun, adalah seorang staf pergudangan. Pada bulan November 2019, ia berpartisipasi dalam konfrontasi antara pengunjuk rasa dan polisi di dua universitas di Hongkong selama beberapa hari. 

Ketika itu, polisi Hongkong menangkap lebih dari 1.000 orang pengunjuk rasa. Ray mengatakan bahwa berkat merangkak di sepanjang rel kereta api dalam kegelapan malam itu, dirinya berhasil lolos dari penangkapan. Selanjutnya, pihak berwenang sempat berkali-kali mendatangi apartemen tempat tinggal orang tuanya, tetapi dia terus bersembunyi di luar.

Tommy yang berusia 22 tahun, adalah mahasiswa akademi seni. Dia dipenjara selama tiga hari dengan alasan terlibat dalam pertemuan ilegal dan kemudian dibebaskan dengan jaminan. Tommy mengatakan bahwa pihak berwenang menyita paspornya untuk mencegahnya meninggalkan Hongkong secara legal, dan sejumlah tuduhan lainnya yang datang menyusul.

Kenny yang berusia 26 tahun adalah seorang insinyur sipil. Dirinya terlibat bentrok dengan polisi dalam sebuah protes. Kenny kemudian didakwa dengan berbagai kejahatan, termasuk menyerang petugas penegak hukum. Dia mengatakan bahwa selama penahanannya, polisi meninju bagian belakang kepalanya sampai dia kehilangan kesadaran.

Menghadapi masa depan yang tidak menentu, ketiganya akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dari kampung halamannya Hongkong. Ketiga pemuda tersebut masing-masing mengeluarkan USD. 1.300 untuk membeli speedboat angin bermesin ganda. Kemudian 2 orang pemuda lainnya ikut bergabung. Setelah itu munculnya adegan seperti yang diutarakan di atas, yakni di suatu dini hari kelima orang yang semuanya mengenakan T-shirt dan celana pendek itu berkumpul di dermaga terpencil, yang satu membawa pancingan, dan yang lain membawa seluruh tabungannya.

Mereka mengendarai speed boat dengan kecepatan penuh untuk melintasi perairan berarus deras. Ray masih ingat bahwa mereka sempat ketakutan setengah mati ketika menemui kapal yang tidak mereka kenal sedang berlayar. 

Setelah 5 jam berada dalam situasi seperti ini, GPS menunjukkan bahwa mereka telah meninggalkan perairan Tiongkok dan memasuki perairan internasional. Pada saat ini, semua orang baru dapat menghela nafas lega. Dalam kegelapan malam itu, mereka mengirimkan sinyal bahaya dengan senter. Akhirnya, sebuah kapal penjaga pantai Taiwan menemukan mereka dan membawa mereka ke Pulau Dongsha.

Ada dari kelima orang pemuda itu yang berniat untuk tinggal di Taiwan, tetapi karena pemerintah Taiwan khawatir dengan kemungkinan Dongsha nantinya mendapat serangan dari komunis Tiongkok akibat menerima mereka. Oleh karena itu, Kementerian Luar Negeri AS turun tangan untuk menangani insiden tersebut setelah mengetahui kejadian tersebut. 

Pada 13 Januari tahun ini, kelima pemuda itu diterbangkan ke New York melalui jalur Zurich, Swiss.

Samuel Chu, direktur Dewan Demokrasi Hongkong ( Hong Kong Democracy Council US. HKDC), yang berpartisipasi dalam penyelamatan kelima orang pemuda Hongkong ke Amerika Serikat, menyamakan operasi ini dengan Operasi Yellowbird yang menyelamatkan para pembangkang daratan Tiongkok setelah peristiwa pembantaian Tiananmen 4 Juni 1989.

Kelima pemuda tersebut dalam pernyataan bersama menyebutkan bahwa mereka sempat memiliki perasaan campur aduk saat meninggalkan Hongkong. Dan, sekarang setiap kali mereka melihat situasi di Hongkong yang terus berubah memburuk, perasaan mereka semakin khawatir dengan masa depan Hongkong. 

Melalui pernyataan bersama itu, mereka ingin menyampaikan kepada rakyat Hongkong dengan meminjam ucapan dari seorang warga Hongkong yang pernah menyemangati mereka ketika masih berada di Hongkong, yakni selama cahaya redup itu belum sirna, maka tidak ada sebutan kegelapan.

Kini, kelima orang pemuda ini telah memulai kehidupan baru mereka di Amerika Serikat. Ray dan Tommy, ingin menyelesaikan studi mereka di New York dan bergabung dengan Angkatan Darat AS. Kenny pindah ke Washington, ibu kota AS untuk tinggal bersama beberapa pengungsi asal Hongkong, dan berencana mendirikan sebuah kelompok untuk membantu para pengunjuk rasa dalam Gerakan Anti-Ekstradisi lainnya.

Selama peringatan 4 Juni tahun ini, mereka berpartisipasi dalam peringatan yang diadakan di New York. Tommy mengatakan bahwa pengalaman diri dan kawan-kawannya, tidak jauh berbeda dengan mahasiswa yang melakukan protes di Lapangan Tiananmen tahun itu. 

“Kita adalah sekelompok orang yang mengalami penindasan dari Partai Komunis Tiongkok,” katanya. (sin)

6 Provinsi di Pulau Jawa Mencatatkan Kenaikan Kasus Lebih dari 100%

ETIndonesia- Satgas Penanganan COVID-19 meminta kepada pemerintah daerah mengoptimalkan PPKM kabupaten/kota maupun PPKM Mikro .

Hal ini tidak lepas dari perkembangan Pandemi COVID-19 yang terjadi dalam empat minggu terakhir yang menunjukkan enam provinsi di Pulau Jawa sebagai penyumbang tertinggi kenaikan kasus di Indonesia.

Berdasarkan data per 20 Juni 2021, keenam provinsi di Pulau Jawa yang menyumbang kenaikan kasus tertinggi adalah:

DKI Jakarta meningkat sebesar 387%, dengan total kenaikan 20.634 kasus; 

Jawa Barat meningkat sebesar 115%, dengan total kenaikan 8.382 kasus; 

Jawa Tengah meningkat sebesar 105%, dengan total kenaikan 5.896 kasus; 

Jawa Timur meningkat 174% dengan total kenaikan 2.852 kasus; 

DI Yogyakarta meningkat sebesar 197%, dengan total 2.583 kasus;

Banten meningkat sebesar 189%, dengan total 967 kasus.

Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, sesuai arahan Presiden pimpinan daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota khususnya di Pulau Jawa, harus terbiasa mengamati situasi terkini dengan membaca data baik sehingga dapat segera dilakukan langkah antisipatif.

“Jadikan data sebagai basis pengambilan kebijakan penanganan COVID-19 sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat tepat sasaran dan mampu mengendalikan lonjakan kasus,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa (22/6/2021). (asr)

Penyebaran Varian-Varian COVID-19 di Seluruh Dunia Dapat Dipandang Sebagai ‘Pandemi Selanjutnya’

Adam Molon

Mutasi virus  Komunis Tiongkok (COVID-19) secara terus menerus, dengan beberapa varian yang beredar di seluruh dunia, dapat digambarkan sebagai “pandemi berikutnya”, sebagaimana diperingatkan oleh seorang pejabat tinggi kesehatan Taiwan.

Wu Chung-hsiun, Presiden Pusat Pengembangan Taiwan untuk Bioteknologi (DCB) dan Direktur Kantor Promosi Industri Bioteknologi dan  Farmasi Kementerian Urusan Ekonomi Taiwan (MOEA), mengatakan kepada The Epoch Times bahwa ia berpikir  terlalu dini untuk memprediksi berakhirnya pandemi COVID-19.  Dikarenakan,  [virus] ini… terus bermutasi dan masih menginfeksi orang-orang di seluruh dunia.

“Jadi, sebenarnya, mungkin kita dapat menganggap hal tersebut sebagai pandemi berikutnya,” kata Wu Chung-hsiun.

Komentar-komentar Wu Chung-hsiun itu dilontarkan sebelum acara tahunan  Forum Bioteknologi Taiwan, yang dijadwalkan akan digelar melalui YouTube pada tanggal 10 Juni. 

Forum tersebut, dijadwalkan untuk menyertakan presentasi-presentasi oleh para pembuat vaksin Pfizer dan AstraZeneca, mengusung tema “Bersiap untuk Pandemi Berikutnya.”

Forum tersebut diadakan hanya beberapa hari setelah Senator Amerika Serikat Chris Coons (D-Del.), Tammy Duckworth (D-Ill.), dan Dan Sullivan (R-Ark.) mengunjungi Taiwan–terbang dengan pesawat kargo C-17 Angkatan Udara Amerika Serikat –—untuk mengumumkan sebuah  donasi 750.000 dosis vaksin COVID-19. 

Tammy Duckworth mengatakan, selama kunjungan tersebut bahwa “Amerika Serikat tidak akan membiarkan [Taiwan] berdiri sendiri”. Ia juga mengatakan bahwa, donasi vaksin“ juga mencerminkan rasa terima kasih atas upaya-upaya Taiwan, untuk mengirim alat pelindung diri dan perlengkapan lainnya ke Amerika Serikat pada hari-hari awal pandemi.”

Taiwan telah menerima pengiriman vaksin dari Moderna yang berbasis di Amerika Serikat dan AstraZeneca yang berbasis di Inggris. Akan tetapi, Tiongkok yang otoriter dilaporkan memblokir rencana-rencana Taiwan yang demokratis untuk membeli vaksin-vaksin dari perusahaan Jerman BioNTech.

Wu Chung-hsiun mengatakan, vaksin yang diproduksi Taiwan mungkin tersedia paling awal pada Juli, dan menyatakan keprihatinan serius atas kualitas vaksin-vaksin perusahaan-perusahaan Tiongkok telah mengusulkan pasokan untuk Taiwan. Ia menyatakan Taiwan lebih percaya diri dan nyaman dengan vaksin-vaksin yang diproduksi di Amerika Serikat. 

Ia mencatat, tak seperti vaksin-vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Amerika Serikat, vaksin-vaksin dari perusahaan-perusahaan Tiongkok diproduksi menggunakan Coronavirus yang dilemahkan, yang mana dapat berbahaya jika Coronavirus tersebut tidak dibunuh atau cukup lemah.

“[Para pembuat vaksin Tiongkok] menggunakan virus yang dilemahkan. Pendekatan semacam itu dapat menyebabkan efek samping  serius, jika bagian redamannya   tak sempurna. Jadi, dapat menyebabkan infeksi daripada imunisasi,” kata Wu Chung-hsiun.

Ia juga menambahkan : “Vaksin-vaksin Pfizer, Moderna, [AstraZeneca] … kita dapat memiliki informasi publik yang sangat jelas, dan informasi tersebut berasal dari sumber-sumber terpercaya. Jadi, saya pikir, dalam aspek itu, salah satu pembenaran utama bahwa kami cenderung menggunakan [vaksin-vaksin] Pfizer dan Moderna , dan sebagainya. Dan juga, kami memiliki kemampuan untuk memproduksinya jika diperlukan.”

Presiden Pusat Pengembangan Taiwan untuk Bioteknologi mencatat, bahwa banyak anggota tim manajemen Presiden Pusat Pengembangan Taiwan untuk Bioteknologi, memegang gelar dari universitas AS dan Taiwan, menyatakan kuatnya interaksi ilmiah dan akademik berarti ilmuwan Taiwan dan AS berbagi bahasa dan filosofi yang sama.

Ia mengatakan, pihaknya berbagi filosofi yang sama dengan orang-orang di Amerika Serikat karena mereka berpendidikan tinggi. Sedangkan, proses berpikir mereka, cukup banyak  sejalan dengan para ilmuwan atau akademisi di Amerika Serikat. 

“Jadi, ketika kami bertukar informasi, kami tahu persis, ketika kami mengatakan ‘A,’ yang kami maksud adalah ‘A,’ dan anda mendengar ‘A’ secara harfiah … ketika kami mencoba melakukan sesuatu dan mencoba menemukan kolaborator di Amerika Serikat, menjadi sangat mudah karena kami berkomunikasi, kami berbicara dalam bahasa yang sama,” ujarnya. 

Wakil Presiden Pusat Pengembangan Taiwan untuk Bioteknologi, Chang Chi-feng mengatakan kepada The Epoch Times, selain vaksin-vaksin, pemeliharaan hak asasi manusia selama pandemi adalah sebuah  topik diskusi yang penting selama Forum Bioteknologi Taiwan.

“Rakyat Taiwan, saya pikir kami menekankan hak asasi manusia,” kata Chang Chi-feng. Pernyataan tersebut menunjuk pada presentasi forum yang dijadwalkan oleh seorang profesor hukum Taiwan yang membahas “pendekatan yang berpusat pada hak asasi manusia untuk kendali pandemi.”

Menyusul dimulainya pandemi pada tahun 2020, Taiwan mampu menjaga sekolah dan bisnis terbuka sementara juga menerapkan  langkah-langkah pertahanan pandemi secara efektif, yang menghasilkan kinerja ekonomi yang kuat. Taiwan mencapai pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahunan hampir 3 persen dalam tahun  2020, lebih tinggi dari Produk Domestik Bruto tahunan Tiongkok untuk pertama kalinya dalam tiga dekade.

“Tujuan Taiwan untuk pandemi ini adalah menjaga pertumbuhan ekonomi tetap stabil, Taiwan menjadi sangat baik [secara ekonomi] pada tahun lalu, karena kami menjaga semuanya tetap normal, semuanya stabil,“ kata Chang Chi-feng. 

Lebih dari setahun kemudian dan dengan kedatangan varian Inggris, pemerintah Taiwan untuk pertama kalinya memutuskan untuk menutup semua  sekolah dan memperkenalkan pembatasan-pembatasan lainnya. 

Taiwan juga mengatakan bahwa hal tersebut tidak direncanakan untuk menerapkan  karantina total, tetapi sebaliknya akan menyesuaikan pengetatan pembatasan sesuai kebutuhan.

Wu Chung-hsiun menyatakan, berbagi keahliannya dalam tatalaksana pandemi adalah salah satu cara  di mana Taiwan dapat terus berkontribusi pada komunitas global.

“Kemampuan nasional kami, sebenarnya kami dapat berkontribusi banyak, Taiwan berpengalaman dalam memerangi pandemi. Taiwan dapat membantu,” ujar Wu Chung-hsiun. (Vv)

Atasi Beban Keterisian Wisma Atlet, Disiapkan Rusun Nagrak dengan Kapasitas 2.500 Kamar

ETIndonesia- Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan bersama Pangdam Jaya Mayjen TNI, Mulyo Aji melakukan inspeksi kesiapan rusun nagrak yang berlokasi di Cilincing, Jakarta Utara, pada Rabu (23/6/2021).

Rusun tersebut akan dijadikan lokasi alternatif tempat isolasi terkendali pasien tanpa gejala COVID-19, untuk mengurangi beban yang ditampung oleh Wisma Atlet.

Rusun Nagrak berkapasitas 2.500 kamar yang disediakan untuk ruang isolasi, di mana satu kamar dapat diisi empat pasien. Gubernur Anies pun mengatakan persiapan tersebut sebagai upaya bersama guna  memastikan bahwa warga yang terpapar di Jakarta bisa mendapat fasilitas isolasi dengan baik, untuk meminimalisir penularan kepada yang lain.

“Ini diupayakan karena kita harus memutus mata rantai. Pengelolaan tempat isolasi ini ada di dalam kendali  Pangdam Jaya yang sekaligus juga Pangkogaskabpad (Panglima Komando Tugas Gabungan Tempat Terpadu), dan ini menjadi satu dengan pengelolaan Wisma Atlet. Jadi secara infrastruktur ini adalah fasilitas yang dikelola Pemprov Jakarta, tetapi secara aktivitasnya di bawah satu garis Komando dengan Wisma Atlet,” ujar Gubernur Anies dalam keterangan tertulisnya.

Gubernur Anies juga menambahkan, bahwa segala kebutuhan pasien di Rusun Nagrak, baik dari segi personalia hingga logistik ada dalam satu manajemen, di bawah kendali Wisma Atlet. Sehingga, pasien yang tidak memiliki gejala bisa dialokasikan ke Rusun Nagrak agar penanggulangannya berjalan optimal.

Sementara itu, Pangdam Jaya Mayjen TNI, Mulyo Aji menjelaskan dengan adanya tren peningkatan pasien tanpa gejala, bersamaan dengan pasien bergejala COVID-19, pihaknya harus  mempersiapkan langkah alternatif untuk membagi tempat perawatan.

“Jadi Wisma Atlet difokuskan untuk yang bergejala, sementara kita menyiapkan fasilitas isolasi di Rusun Nagrak untuk yang tidak bergejala,” ujar Pangdam Jaya Mulyo. (asr)

Epidemi Terus Merebak, Shenzhen dan Dongguan Diisolasi Hingga Diluncurkan Pembatasan Perjalanan

0

Li Mei dan Lin Mingdi – NTD

Sebanyak 178,45 juta orang di seluruh dunia didiagnosis dengan virus Komunis Tiongkok (COVID-19) tak termasuk di daratan Tiongkok, dan lebih dari 3,86 juta orang meninggal dunia  pada Senin (21/6/2021).

Taiwan juga mengonfirmasi 75 kasus dalam sehari. Sejak Mei, jumlah kasus yang dikonfirmasi dalam sehari turun menjadi kurang dari 100 kasus untuk pertama kalinya. Sedangkan Kasus lokal kembali muncul di banyak tempat di Guangdong, Tiongkok, dan sebagian besar  terinfeksi virus varian Delta yang ditemukan di India

Semua terminal kota di Dongguan, Provinsi Guangdong, Tiongkok dan jalur khusus bandara ditangguhkan.

Selain itu, seorang pelayan di sebuah restoran di diagnosis di Bandara Internasional Bao’an Shenzhen mengatakan terjadinya penutupan di lokasi tersebut setelah menuju ke sana. Ia mengatakan, hanya diperbolehkan orang masuk, tapi tak diperbolehkan keluar.

Seorang Warga berkata : “Yang sudah pergi membeli kebutuhan, sudah tidak bisa keluar. Semua disegel di dalam.”

Ada juga pembatasan memasuki Shenzhen dari jalan bebas hambatan, dengan antrian kendaraan yang mengular.

Seorang Warga berkata  : “Setiap mobil harus dicek suhunya, cek barcode kesehatan, dan polisi juga mengecek KTP.”

Untuk penerbangan dari Shenzhen ke Beijing, seluruh penumpang diharuskan segera menjalani tes asam nukleat. Sehingga membuat para penumpang menunggu selama puluhan jam.

Sementara itu, Chen Shizhong dari komandan Pusat Komando Epidemi Taiwan menuturkan: “Ada 75 kasus lokal, dan ada 20 kasus kematian.”

Sejak pecahnya epidemi lokal di Taiwan pada pertengahan Mei, jumlah kasus yang dikonfirmasi pada hari pertama menurun menjadi dua digit.

Ketika ditanyakan apakah bisa diterapkan Mikro Lockdown setelah 28 Juni? Chen Shizhong mengatakan, saat ini yang lebih utama adalah  menjaga perkembangan epidemi dengan baik. 

Selain itu, 2,5 juta dosis vaksin Moderna yang disumbangkan oleh Amerika Serikat telah dikirim ke Taiwan.

Sedangkan perkembangan di Amerika Serikat, menambahkan 3.892 kasus yang dikonfirmasi dan 83 orang meninggal dunia. Epidemi turun ke titik terendah ketika meledak pada awal Maret tahun lalu.

Namun demikian,  Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS -CDC- memperingatkan bahwa virus varian Delta telah menyebar pada tingkat yang mengganggu dalam beberapa minggu terakhir. Tingkat penularan relatif tinggi di wilayah tengah dan barat Amerika, dengan tingkat infeksi mendekati 23,5%.

Virus Komunis Tiongkok sejauh ini  menyebabkan 33,54 juta kasus yang dikonfirmasi di Amerika Serikat dan lebih dari 600.000 kematian.

Banyak korban pandemi di AS beramai-ramai menggugat organisasi Komunis Tiongkok dan orang-orang yang terkait dituntut untuk  bertanggung jawab. Mereka juga menuntut kompensasi atas kerugian ekonomi. Aktivis hak asasi manusia Los Angeles, Jie Lijian turut bergabung dalam penuntutan tersebut bersama Berman Law Group di Florida. (hui)

Untuk Pertama Kalinya dalam Sejarah, DPR AS Mengajukan RUU untuk Membekukan Aset Milik Komunis Tiongkok

0

 oleh Li Bei

Anggota Kongres Ann Wagner menyatakan bahwa tindakan pemerintah komunis Tiongkok menyembunyikan fakta tentang penyebaran virus komunis Tiongkok (COVID-19) telah melanggar perjanjian internasional yang mengikat yang ditandatanganinya pada tahun 2005. Perjanjian tersebut memberikan kemungkinan kepada Amerika Serikat untuk menjatuhkan sanksi kepada pemerintah komunis Tiongkok, termasuk   menyita dan membekukan aset milik pemerintah komunis Tiongkok di Amerika Serikat, yang mana dapat digunakan sebagai kompensasi kepada para korban wabah. 

Anggota Kongres AS, Ann Wegner menyampaikan pernyataannya dalam sebuah wawancara dengan televisi Amerika OAN pada (19/6/2021). Dia kini sedang mempromosikan Rancangan Undang-Undang Kompensasi Amerika Serikat di Kongres. Jika RUU itu disahkan, maka hal ini akan menjadi pertama kalinya dalam sejarah bahwa pemerintah komunis Tiongkok dituntut untuk bertanggung jawab secara ekonomi.

Wagner mengatakan bahwa pemerintah komunis Tiongkok secara sistematis dan sengaja menyesatkan, mendistorsi, dan menyembunyikan informasi mematikan tentang virus. Padahal informasi itu dapat mencegah terjadinya pandemi global ini. Tindakan pemerintah komunis Tiongkok tersebut secara langsung telah melanggar hukum internasional.

Dia mengatakan bahwa pada tahun 2003, juga karena pemerintah komunis Tiongkok yang dengan sengaja menutup-nutupi informasi sehingga wabah SARS berkecamuk di daratan Tiongkok. Insiden ini memaksa pemerintah komunis Tiongkok untuk menandatangani perjanjian yang mengikat dengan 195 negara pada tahun 2005.

Perjanjian tersebut menetapkan bahwa jika suatu negara mengetahui potensi darurat kesehatan global, ia harus segera melaporkannya ke organisasi internasional atau dalam waktu 24 jam, jika tidak, negara tersebut harus bertanggung jawab atas tindakannya.

Ann Wagner menambahkan, sebenarnya pemerintah komunis Tiongkok mengetahui bahwa virus komunis Tiongkok (COVID-19) telah menyebar pada November 2019, namun tidak melaporkannya ke WHO hingga Januari 2020. Sedangkan Dirjen WHO Tedros Ghebreyesus dan lainnya, membiarkan pemerintah komunis Tiongkok menutupi fakta tentang wabah yang sedang terjadi.

Ann Wagner mengatakan bahwa, hampir setiap orang Amerika memiliki cerita sedih tentang pandemi virus komunis Tiongkok. Mereka terluka karenanya, mereka merasa takut, kehilangan, dan sekarang mereka marah.

Saat ini, pandemi telah merenggut nyawa lebih dari 600.000 nyawa warga Amerika Serikat, dan menginfeksi total lebih dari 33 juta orang.

Wagner adalah wakil anggota senior Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat. Dia mengusulkan RUU, agar pemerintah komunis Tiongkok bertanggung jawab secara ekonomi terhadap epidemi, tetapi langkahnya terhenti karena ditentang oleh anggota dari Partai Demokrat.

Dalam beberapa bulan terakhir, politisi Amerika Serikat, media dan komunitas ilmiah semua berfokus pada masalah pengungkapan asal usul penyebaran virus komunis Tiongkok. Dan seruan untuk melakukan investigasi lebih lanjut semakin tinggi. Bahkan Presiden AS Joe Biden, juga menandatangani perintah eksekutif pada 26 Mei, yang mengharuskan badan intelijen AS untuk menyelidiki sumber virus dan menyerahkan laporan penyelidikan dalam waktu 90 hari.

Wagner percaya bahwa inilah saatnya untuk mengesahkan RUU Kompensasi Amerika Serikat. Selain itu, membiarkan rezim Beijing untuk membayar harga yang mahal terhadap penyebaran virus tersebut.

Dalam siaran pers yang dikeluarkan pada 15 Juni, Ann Wagner mengatakan : “Ketika dunia membutuhkan kerja sama untuk menangani virus komunis Tiongkok (COVID-19) yang sedang mewabah, pemerintah komunis Tiongkok justru membungkam para ilmuwan yang berani angkat bicara”. 

RUU Kompensasi Amerika Serikat akan memastikan pemerintah komunis Tiongkok membayar harga yang mahal atas perilakunya yang korup, tidak etis, dan membahayakan umat manusia.

RUU ini menetapkan langkah-langkah spesifik yang direkomendasikan terhadap tanggung jawab ekonomi pemerintah komunis Tiongkok :

* Membekukan aset milik pemerintah komunis Tiongkok yang diperlukan Amerika Serikat untuk mencapai kesepakatan kompensasi bilateral.

* Mengatur dana untuk membayar kompensasi kepada warga Amerika Serikat atas kerugian yang disebabkan oleh virus komunis Tiongkok.

* Membatalkan status negara berkembang di WTO yang disandang komunis Tiongkok.

* Mendiskualifikasi pemerintah komunis Tiongkok dari memperoleh dana pinjaman pembangunan Bank Dunia.

* Mencegah pemerintah komunis Tiongkok memperoleh perlakuan khusus di Perserikatan Bangsa-Bangsa.

* Melarang AS menginvestasikan dana tabungannya di Tiongkok.

* Menjatuhkan sanksi dan atau membatasi perjalanan terhadap pejabat partai, rekanan dan anggota keluarga, serta pemasok peralatan medis dan obat dengan tujuan menggaet keuntungan selama pandemi berkecamuk, perusahaan teknologi tinggi, entitas komunis Tiongkok yang terlibat dalam pencurian kekayaan intelektual AS, yang terlibat dalam pengawasan, penyaringan, dan penyensoran Internet. (sin)