oleh Xu Jian
Lebih dari 40 negara yang dipimpin oleh Kanada pada Selasa (22/6/2021) mengeluarkan pernyataan bersama berkaitan dengan keprihatinan serius, dari negara-negara tersebut terhadap penganiayaan hak asasi manusia di Xinjiang, Hongkong dan Tibet yang dilakukan oleh pemerintah komunis Tiongkok. Beijing sangat marah karenanya dan melakukan serangan balik dengan membuat sebuah “pernyataan”.
Kantor berita AFP melaporkan bahwa pernyataan yang dideklarasi bersama oleh negara-negara demokratis tersebut, telah digodok selama beberapa hari sebelumnya dan baru diumumkan pada hari kedua sesi ke-47 Dewan Hak Asasi Manusia Jenewa.
“Untuk situasi hak asasi manusia Xinjiang di wilayah otonomi Uighur, kami menyatakan keprihatinan yang sangat serius”, kata Duta Besar Kanada Leslie Norton.
Dalam pernyataan bersama itu,disebutkan bahwa Beijing harus mengizinkan Michelle Bachelet dan pengamat independen lainnya untuk segera, secara signifikan dan tanpa batas memasuki Xinjiang. Selain itu, menuntut agar pemerintah komunis Tiongkok mengakhiri penangkapan sewenang-wenang terhadap warga etnis Uighur dan umat Muslim lainnya.
“Menurut laporan yang dapat dipercaya, lebih dari satu juta orang warga etnis minoritas ditangkap secara sewenang-wenang dan dijebloskan ke dalam “kamp pendidikan ulang” di Xinjiang. pemerintah komunis Tiongkok juga melakukan pengawasan yang tidak proporsional dengan menargetkan warga etnis Uighur dan anggota minoritas lainnya, membatasi kebebasan dan budaya dasar Uighur”.
Laporan yang dikutip dalam pernyataan tersebut mencakup konten seperti penyiksaan, perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat penduduk Xinjiang, sterilisasi paksa, kekerasan seksual, dan pemisahan paksa anak-anak dari orang tua mereka.
Pernyataan bersama itu juga mengkritik pemerintah komunis Tiongkok, yang memberlakukan UU. Keamanan Nasional versi Hongkong.
“Kami masih akan terus mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap memburuknya kebebasan fundamental Hongkong di bawah undang-undang tersebut, dan situasi hak asasi manusia di Tibet”. Demikian bunyi pernyataan tersebut.
Pernyataan itu didukung oleh lebih dari 40 negara termasuk Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Spanyol, Amerika Serikat.
Langkah ini diambil setelah kunjungan pertama Presiden AS Joe Biden. Saat ini, G7 dan NATO bersatu dalam melawan Beijing, menempatkan pemerintah komunis Tiongkok sebagai tantangan global yang paling menonjol.
Agnes Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesti Internasional mengatakan bahwa pernyataan itu “mengirimkan pesan penting kepada pemerintah komunis Tiongkok, bahwa mereka tidak dapat mengesampingkan pengawasan internasional”. Dia mengatakan bahwa negara-negara “sekarang bukan lagi saatnya untuk berperang di atas kertas, tetapi mengambil tindakan nyata”.
Mengetahui bahwa pernyataan ini akan segera dirilis, pemerintah komunis Tiongkok terlebih dahulu mengeluarkan apa yang mereka sebut juga pernyataan bersama, untuk menyerang balik pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh lebih 40 negara dengan konten yang mengutuk Kanada. Isinya menyebutkan bahwa Beijing sangat prihatin tentang pelanggaran serius Kanada terhadap hak asasi manusia masyarakat adat.
Adapun penandatangan “Pernyataan Bersama” yang diprakarsai oleh pemerintah komunis Tiongkok itu termasuk Belarus, Iran, Korea Utara, Rusia, Sri Lanka, Suriah dan Venezuela. (sin)