Home Blog Page 1404

Tabung Oksigen Kosong Melompong di Pasaran di Tengah Lonjakan Kasus COVID-19 Hingga Tanggapan Pemerintah

ETIndonesia – Sejumlah media melaporkan tentang keberadaan tabung oksigen di pasaran yang kosong melompong saat terjadinya lonjakan kasus COVID-19. Misalnya laporan media di pusat perbelanjaan alat Kesehatan di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, warga beramai-ramai membeli tabung oksigen hingga penjual tak memiliki lagi stok sejak Jumat (25/6/2021).

Sekretaris Jendral Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka, Yoyon kepada Media membenarkan habisnya ketersediaan tabung oksigen.

“Menyedihkan, kosong sama sekali sejak Jumat siang, masyarakat datang menyerbu tabung oksigen, jadi timbul kelangkaan,” ujarnya.

Menurut dia, selain warga beramai-ramai membelinya hingga ludes. Faktor lainnya adalah kelangkaan tabung oksigen dikarenakan distributor menyebutkan adanya keterlambatan pendistribusian kepada mereka. Meski demikian, Yoyon menyatakan masih belum mendapatkan informasi lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan tabung oksigen.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian bersama Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) dan para pelaku industri terkait terus mendukung penyediaan oksigen medis untuk kebutuhan perawatan pasien Covid-19. Ketersediaan tabung untuk oksigen bagi rumah sakit terus dipastikan jumlahnya agar mencukupi.

“Saat melakukan persiapan bantuan oksigen ke India,Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga mengantisipasi dan menjamin kebutuhan dalam negeri terpenuhi kalau ada peningkatan kasus Covid-19. Bantuan yang diberikan sebanyak 3.400 tabung, atau hanya 0,05% dari stok tabung nasional. Jadi tabung oksigen cukup tersedia,” kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri di Jakarta dalam keterangan tertulisnya.

Febri menuturkan, Kemenperin sudah melakukan pertemuan-pertemuan dengan asosiasi untuk mempersiapkan ketersediaan oksigen beserta tabungnya.

“Intinya tidak ada kelangkaan tabung oksigen, karena tabung oksigen cukup dan tersedia mengantisipasi lonjakan permintaan akibat meningkatnya kasus Covid-19 di dalam negeri,” ucapnya.

Ia menyebut, saat ini para distributor tabung juga masih memiliki stok, sehingga apabila kebutuhan tabung gas oksigen di rumah sakit terus meningkat bisa langsung dipergunakan.

Selain itu, guna memastikan jumlah kebutuhan di rumah sakit yang menangani Covid-19, Kemenperin juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait pemutakhiran data kebutuhannya di daerah.

Ketua Umum Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII), Arief Harsono menambahkan, pihaknya masih memiliki ketersedian stok 2.000 tabung gas oksigen untuk medis. Jumlah tersebut bisa digunakan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan akibat meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di tanah air.

“Pada bulan Juli, akan datang lagi tambahan tabung gas, sehingga kami pastikan ketersediaan tabung gas oksigen untuk medis tercukupi,” imbuhnya.

Arief mengatakan, pihaknya juga terus memastikan stok regulator tabung, karena merupakan komponen penting yang ketersediaannya harus selalu dijaga dalam mengantisipasi lonjakan jumlah kasus Covid-19.

“Kami juga terus cek regulator, karena merupakan komponen penting bagi tabung oksigen,” tandasnya. (asr)



Bagian dari Urutan Virus yang Dihapus NIH Atas Permintaan Pihak Tiongkok Berhasil Dipulihkan

oleh Zhu Ying – NTD

Setahun yang lalu, National Institutes of Health (NIH) AS telah menghapus ratusan data ilmiah utama tentang urutan genetik virus komunis Tiongkok tahap awal (SARS-CoV-2) atas permintaan dari personel pihak komunis Tiongkok. Sekarang, seorang peneliti di Seattle telah berhasil memulihkan 13 dari urutan data yang pernah dihapus. 

Media ‘Wall Street Journal’ (WSJ) melaporkan pada Kamis (24/6/2021) bahwa sekitar setahun yang lalu, atas permintaan dari para peneliti Tiongkok, National Institutes of Health (NIH) AS menghapus 241 basis data ilmiah utama tentang urutan genetik virus SARS-CoV-2 awal dari database. 

Menurut laporan itu, langkah ini mungkin dimaksudkan untuk mempersulit para ilmuwan mendapatkan informasi penting tentang virus, sehingga lebih sulit dalam pelacakan sumber virus.

NIH kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengakui kebenaran hal ini, tetapi juga menjelaskan bahwa urutan gen ini diserahkan ke database NIH oleh peneliti Tiongkok pada Maret 2020, tetapi tiga bulan kemudian, personel tersebut mengajukan permintaan untuk menghapus urutan ini. 

Menurut praktik industri, peneliti yang mengirimkan data memiliki hak atas data mereka dan dapat pula meminta penarikan data.

Baik laporan WSJ maupun pernyataan NIH, tidak menyebutkan nama peneliti dari Tiongkok, tetapi Jesse Bloom, seorang ahli virologi dari Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle dalam sebuah makalahnya yang baru diterbitkan pada Selasa (22/6/2021), selain ada menyinggung soal kasus penyerahan kemudian penghapusan database urutan genetik virus SARS-CoV-2 awal dari peneliti Tiongkok. Ia juga mengungkapkan bahwa, data urutan gen itu dikumpulkan dan diserahkan oleh seorang ilmuwan dari Rumah Sakit Rakyat Wuhan yang bernama Fu Aisi.

Menurut makalah Jesse Bloom, data yang dihapus termasuk urutan gen yang diekstraksi dari sampel virus pasien yang dirawat di rumah sakit atau dugaan kasus pneumonia komunis Tiongkok yang dikumpulkan di Kota Wuhan, Tiongkok antara Januari hingga Februari 2020. 

Urutan genetik sampel virus dapat memberikan petunjuk kunci tentang bagaimana virus SARS-CoV-2 bertransmisi dari misalnya hewan lain (mungkin kelelawar) ke manusia, dan urutan genetik virus pada tahap awal pandemi dapat mempermudah para ilmuwan untuk melacak sumber virus. 

Nah, jika personel Tiongkok menghapus urutan gen ini, tampaknya tidak salah lagi, komunis Tiongkok berusaha untuk menyembunyikan fakta.

Menurut narasi makalah ini, ketika Jesse Bloom meninjau data genetik virus yang dirilis oleh para peneliti dari berbagai negara setelah merebaknya wabah komunis Tiongkok, ia melihat bahwa sebuah penelitian pada Maret 2020 yang mencakup 241 data urutan gen virus yang dikumpulkan oleh para ilmuwan dari Universitas Wuhan. 

Namun, ketika dia mencari urutan ini melalui database online ‘Sequence Read Archive’, ia menemukan bahwa informasi yang relevan telah dihapus.

Namun, Bloom tidak menyerah begitu saja, ia kemudian mencari dan mendapatkan sejumlah besar literatur medis, dari sana ia menemukan bahwa beberapa data yang dihapus masih dapat ditemukan dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal pendek.

Setelah dipelajari secara mendalam Bloom menemukan bahwa banyak urutan yang disimpan dalam bentuk file di Google Cloud, dan nama-nama file tersebut memiliki format dasar yang sama. Setelah ia mencoba mengganti kode urutan Wuhan yang hilang, ia berhasil memulihkan 13 urutan gen virus yang dihapus dari Google Cloud.

Selanjutnya, Bloom menggabungkan 13 sekuens ini dengan sekuens virus corona awal lainnya yang diterbitkan, berharap untuk membuat kemajuan dalam membangun pohon keluarga / silsilah virus SARS-CoV-2. 

Hasilnya, ia menemukan bahwa urutan genetik beberapa sampel virus pada awal wabah di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan Wuhan pada Desember 2019 menunjukkan bahwa, virus di pasar ini memiliki tiga mutasi tambahan. 

Tetapi, mutan tersebut hilang atau tidak dicantumkan dalam sampel SAR-CoV-2 yang dikumpulkan dari tempat lain pada beberapa pekan kemudian, termasuk urutan yang dihapus yang dia pulihkan dari Google Cloud, juga tidak terdapat mutasi tambahan itu.

 “Mereka tiga kali lebih mirip dengan coronavirus kelelawar ketimbang coronavirus yang ditemukan pada Pasar Makanan

Situasi di atas mencerminkan bahwa virus SARS-CoV-2, mungkin telah menyebar di tempat lain di Kota Wuhan selama beberapa waktu sebelum masuk Pasar Grosir Makanan Laut Huanan.

Media ‘New York Times’ melaporkan bahwa sehubungan dengan penemuan Jesse Bloom di atas, Michael Worobey, seorang ahli biologi evolusioner di University of Arizona dalam mengatakan : “Ini tidak diragukan lagi merupakan pekerjaan investigasi yang hebat. Informasi ini sangat membantu para peneliti dalam upaya untuk menelusuri asal usul virus komunis Tiongkok (COVID-19)”. (sin)

PM Tunisia yang Baru Divaksinasi Terinfeksi COVID-19 Saat Mengalami Lonjakan Kasus

NTD

Perdana Menteri Tunisia berusia 47 tahun, Hichem Mechichi, yang baru  di vaksinasi dengan vaksin COVID-19 bulan lalu, diagnosis terkonfirmasi positif COVID-19 pada Sabtu (26/6/2021) Sejumlah kegiatannya segera dibatalkan, tetapi masih terus bekerja dari jarak jauh, dan mereka yang telah melakukan kontak dengan Perdana Menteri akan di-test.

Tunisia disebut berhasil mencegah epidemi tahun lalu, dan saat ini menghadapi peningkatan jumlah orang yang terinfeksi epidemi, dengan tingkat positif 36%. Jumlah total kasus yang dikonfirmasi mencapai 395.000 kasus, dan sekitar 14.406 orang meninggal.

Dengan peningkatan signifikan dalam kasus yang dikonfirmasi, otoritas kesehatan Tunisia menyatakan bahwa hampir tidak ada tempat tidur kosong di unit perawatan intensif rumah sakit COVID-19 dan situasinya terus memburuk.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Tunisia, Nissaf Ben Aleya mengatakan bahwa dalam seminggu terakhir, rata-rata 82 orang meninggal dunia setiap hari, mendekati rekor 89 kematian pada akhir April. Dengan peningkatan pesat jumlah orang yang didiagnosis, kapasitas rumah sakit mencapai 90%.

Tunisia  mengumumkan langkah-langkah anti-epidemi terbaru. Di Tunisia, 28 dari 250 wilayah administratif mengalami peningkatan jumlah orang yang terinfeksi penyakit ini. Wilayah administratif ini dilarang menggelar acara dan  olahraga. Semua toko kecuali yang menjual kebutuhan sehari-hari tidak diizinkan beroperasi. Warga juga diimbau untuk tinggal di rumah. (hui)

Ancam Hentikan Pasokan Vaksin, Komunis Tiongkok Memaksa Ukraina Menarik Diri dari Penyelidikan Pelanggaran HAM Terkait Xinjiang

Li Yun

Epidemi virus Komunis Tiongkok (COVID-19) terus menyebar secara global. Beijing gencar mempromosikan diplomasi vaksin secara internasional. Menurut media AS, Komunis Tiongkok menekan Ukraina dengan ancaman menghentikan pasokan vaksin, memaksa negara untuk menarik diri dari dukungan PBB menyelidiki situasi hak asasi manusia di Xinjiang

Menurut  laporan  Associated Press pada 25 Juni, diplomat dari dua negara Barat mengungkapkan bahwa Komunis Tiongkok mengharuskan Ukraina untuk menarik diri dari pernyataan yang mendukung penyelidikan Dewan Hak Asasi Manusia PBB tentang hak asasi manusia di Xinjiang. Jika Ukraina tidak mundur, Komunis Tiongkok mengancam berhenti memasok Ukraina dengan setidaknya 500.000 dosis vaksin pneumonia Wuhan ke negaranya.

Ukraina sebelumnya membeli 1,9 juta dosis vaksin dari Tiongkok dan kini telah menerima 1,2 juta dosis.

Sebelum itu, 44 negara, yang dipimpin oleh Kanada, menyatakan keprihatinan serius mereka tentang tindakan Komunis Tiongkok di Xinjiang, Hong Kong dan Tibet di Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 22 Juni. Pernyataan itu didukung oleh Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Spanyol, dan Amerika Serikat.

Pernyataan itu menekankan bahwa, Beijing harus mengizinkan Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet dan pengamat independen lainnya untuk “segera, dengan penuh arti, dan tanpa batas memasuki” Xinjiang untuk ekspedisi, dan mengakhiri “penahanan sewenang-wenang” terhadap suku Uighur dan etnis minoritas lainnya. 

Pernyataan itu mengatakan: Laporan yang dapat dipercaya menunjukkan bahwa lebih dari satu juta orang  ditahan secara sewenang-wenang di Xinjiang. Pemerintah secara ekstensif memantau warga Uighur dan anggota etnis minoritas lainnya, dan kebebasan dasar serta budaya Uighur mereka dibatasi.

Pernyataan itu mencantumkan penyiksaan atau perlakuan dan hukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat etnis minoritas di Xinjiang oleh Komunis Tiongkok, termasuk: sterilisasi paksa, kekerasan seksual, kekerasan berbasis gender, dan laporan tentang pemaksaan anak-anak untuk berpisah dari orang tua mereka.

Pernyataan di atas memicu reaksi keras dari Komunis Tiongkok. Sehingga mengancam akan menghentikan pasokan vaksin dan memaksa Ukraina untuk menarik diri dari mendukung penyelidikan hak asasi manusia di Xinjiang.

Associated Press mengutip seorang diplomat yang mengatakan bahwa Ukraina menghadapi tekanan yang luar biasa. Bahkan, delegasi Ukraina memberitahu mereka bahwa mereka harus menarik diri dari pernyataan itu. Diplomat lain juga mengatakan bahwa Beijing baru-baru ini meningkatkan serangan baliknya terhadap kritik terhadap catatan hak asasi manusianya, untuk meminimalkan perhatian masyarakat internasional terhadap hak asasi manusianya.

Laporan itu mengatakan bahwa Komunis Tiongkok, biasa menekan negara-negara lain di PBB untuk mendukung pernyataan Komunis Tiongkok atau menghindari mengkritik hak asasi manusia Komunis Tiongkok.

Namun, Komunis Tiongkok sedang dikepung oleh masyarakat internasional karena skandal seperti penganiayaan hak asasi manusia dan diplomasi perang-serigala.

Dalam komunike KTT G7 yang berakhir pada 13 Juni, isu-isu seperti Taiwan, Xinjiang, dan Hong Kong diajukan dalam sikap keras, menuntut penyelidikan menyeluruh tentang asal mula epidemi virus Komunis Tiongkok, dan menyerukan Komunis Tiongkok untuk menghormati kemanusiaan, hak dan kebebasan dasar.

Reuters mengutip sumber yang mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau memimpin pembahasan Komunis Tiongkok di KTT G7 pada 12 Juni, menyerukan kepada para pemimpin semua negara untuk mengambil tindakan terpadu atas tantangan Komunis Tiongkok.

Para pejabat AS mengatakan bahwa, G7 saat ini lebih memperhatikan Komunis Tiongkok daripada sebelumnya, terutama dalam hal pelanggaran hak asasi manusia.

Pada KTT NATO 14 Juni, para pemimpin dari 30 negara sekutu termasuk Amerika Serikat dan Eropa berkumpul bersama. Setelah KTT, anggota NATO mendaftarkan Komunis Tiongkok sebagai tantangan keamanan dalam komunike bersama untuk pertama kalinya. Mereka menyebutkan bahwa “ambisi terbuka dan perilaku terlalu percaya diri Komunis Tiongkok merupakan dampak sistemik pada tantangan tatanan internasional berbasis aturan dan bidang terkait keamanan aliansi. ” (hui)

Penelitian di Inggris: Epidemi Mungkin Sudah Menyebar Secara Global Pada Januari Tahun Lalu

0

Xu Jian

Kasus pertama Pneumonia Wuhan yang dikonfirmasi oleh pihak Komunis Tiongkok adalah pada Desember 2019 dan diklaim terkait dengan Pasar Makanan Laut Huanan di Wuhan.

Menurut sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal akademik internasional “PLOS Pathogens”, para peneliti di University of Kent di Inggris Raya menemukan melalui model bahwa virus itu pertama kali muncul pada awal Oktober hingga pertengahan November 2019.

Studi ini menunjukkan bahwa tanggal paling mungkin munculnya virus adalah 17 November 2019. Pada Januari 2020, virus Komunis Tiongkok mungkin telah menyebar secara global.

Perhitungan ilmuwan menunjukkan bahwa, kasus pertama di luar Tiongkok daratan dapat terjadi di Jepang pada 3 Januari, sedangkan wabah di Spanyol sekitar 12 Januari adalah infeksi pertama di Eropa dan infeksi pertama di Amerika Serikat, terjadi sekitar 16 Januari.

Menurut  penelitian bersama yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli Tiongkok pada akhir Maret, diyakini bahwa sebelum wabah di Wuhan, mungkin ada infeksi manusia secara sporadis. 

Laporan itu juga percaya bahwa virus itu “sangat tidak mungkin” dari Institut Virologi Wuhan. Disebutkan juga “Sangat mungkin” kebocoran laboratorium virus ditularkan dari hewan ke manusia melalui inang perantara yang tidak diketahui.

Pernyataan ini  dipertanyakan oleh para ilmuwan. Bahkan, masyarakat Barat menyerukan penyelidikan secara menyeluruh tentang asal usul virus ini.

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa Jesse Bloom, ahli biologi evolusi di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle, AS, merekonstruksi data pengurutan pasien awal yang dihapus.

Data itu menunjukkan bahwa sampel “virus pneumonia Corona Baru” yang diperoleh dari Pasar Makanan Laut Huanan tidak representatif.

Bahkan, merupakan varian dari urutan nenek moyang (progenitor sequence) yang sebelumnya ditularkan dan menyebar ke bagian lain Tiongkok. Temuan membuktikan bahwa virus ini bukan yang paling awal ditemukan dari Pasar Makanan Laut Huanan. (hui)

Pakar Memperingatkan Kemajuan Program Luar Angkasa Tiongkok Membuat AS Menjadi Rentan dalam Perang Luar Angkasa

Frank Fang

Para pembuat kebijakan Amerika Serikat perlu membuat sebuah strategi luar angkasa yang lebih baik, kata seorang ahli luar angkasa  dan ahli keamanan memperingatkan setelah Tiongkok mengirim tiga awak ke  stasiun luar angkasa milik Tiongkok yang belum selesai.

Brandon Weichert, penulis “Winning Space: How America Remains a Superpower,” mengatakan dalam sebuah wawancara dengan NTD pada tanggal 19 Juni dengan berkata : “Untuk bertarung dan memenangkan sebuah perang luar angkasa melawan Amerika Serikat, hal pertama yang dilakukan  [rezim Tiongkok] adalah melumpuhkan atau membutakan satelit-satelit Amerika Serikat di luar angkasa seperti acara Pearl Harbor.” 

Ia berkata : “Amerika Serikat belum siap untuk membela diri, apalagi membalas, terhadap cara yang akan menghalangi Tiongkok atau Rusia untuk berupaya melakukan hal ini selama sebuah krisis geopolitik.”

Badan yang bertanggung jawab atas program luar angkasa berawak Tiongkok, China Manned Space Engineering Office, bukanlah lembaga sipil seperti NASA. China Manned Space Engineering Office berada di bawah Komisi Militer Pusat Tiongkok, sebuah badan Partai Komunis China yang mengawasi militer Tiongkok.

Saat ini, China Manned Space Engineering Office saat ini dipimpin oleh Hao Chun, meskipun program luar angkasa berawak Tiongkok dipimpin oleh Jenderal Li Shangfu, yang juga adalah seorang direktur departemen di Komisi Militer Pusat Tiongkok.

Menggarisbawahi bagaimana program luar angkasa berawak Tiongkok adalah tidak dapat dipisahkan dari militer Tiongkok, tiga anggota awak–—Nie Haisheng, Liu Boming, dan Tang Hongbo—–adalah mantan pilot Angkatan Udara militer Tiongkok.

Tiga orang awak tersebut akan tinggal di modul utama stasiun selama tiga bulan, tinggal terlama di luar angkasa bagi warga negara Tiongkok sejak Beijing meluncurkan seorang astronot ke orbit Bumi pada tahun 2003. Stasiun luar angkasa Tiongkok, bernama Tiangong, akan menerima modul tambahan pada tahun 2022.

Stasiun Luar Angkasa Internasional, yang diluncurkan pada tahun 1998, merupakan sebuah kemitraan antara Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Rusia, dan negara-negara anggota Badan Luar Angkasa Eropa. Tiongkok dilarang ambil bagian dalam Stasiun Luar Angkasa Internasional sejak tahun 2011, ketika Amerika Serikat mengesahkan sebuah undang-undang yang melarang kerjasama luar angkasa antara NASA dengan organisasi-organisasi Tiongkok, karena alasan keprihatinan-keprihatinan keamanan nasional.

Tindakan-tindakan Tiongkok juga memicu ketidakpercayaan yang mengarah pada dilarangnya Tiongkok ambil bagian dalam Stasiun Luar Angkasa Internasional. Pada   Januari 2007, Tiongkok menembakkan sebuah rudal anti-satelit ke salah satu satelit cuaca miliknya yang tidak aktif, yang menarik keprihatinan internasional.

Brandon Weichert menunjuk dua teknologi luar angkasa Tiongkok yang dapat melumpuhkan satelit-satelit Amerika Serikat. Pertama, Brandon Weichert mengatakan sebuah lengan robot raksasa—–yang panjangnya 10 meter, yang dapat mengangkat benda-benda dengan berat hingga 20 ton, menurut media milik negara Tiongkok–—melekat dengan stasiun luar angkasa Tiongkok dan menimbulkan kesan sebuah ancaman yang serius.

“Jadi Tiongkok di masa damai dapat menggunakan lengan bergulat itu untuk membantu kapal-kapal berlabuh. Tetapi di masa perang, Tiongkok dapat menggunakan lengan bergulat itu untuk mengambil satelit-satelit kita dari orbit-orbit terdekat dan mendorong satelit-satelit kita keluar dari orbit atau menyabotasenya,” kata Brandon Weichert.

Pada April, Jenderal Angkatan Darat James Dickinson, seorang komandan Komando Luar Angkasa Amerika Serikat, mengatakan pada sebuah sidang Senat,  bahwa teknologi lengan robot Tiongkok  di luar angkasa “dapat digunakan dalam sebuah sistem masa depan untuk bergulat dengan satelit-satelit yang lain.”

Teknologi Tiongkok yang kedua yang menjadi ancaman bagi satelit-satelit Amerika Serikat adalah laser-laser, kata Brandon Weichert.

“Para perencana Tiongkok telah berbicara mengenai pemasangan sebuah laser yang besar ketika stasiun luar angkasa Tiongkok telah rampung di orbit. Kini, para perencana Tiongkok mengatakan di masa damai, laser tersebut akan digunakan untuk membersihkan puing-puing orbit. Tetapi, di masa perang, laser tersebut berpotensi digunakan untuk membutakan satelit-satelit Amerika Serikat yang sensitif di orbit,” kata Brandon Weichert.

Pada tahun 2018, para peneliti di Universitas Teknik Angkatan Udara Tiongkok memublikasikan sebuah makalah yang mengusulkan, bagaimana sebuah laser raksasa nantinya akan  efektif untuk membersihkan sampah-sampah luar angkasa dan satelit-satelit lama.

Komunikasi satelit adalah sangat penting tidak hanya bagi Washington untuk secara efektif mengerahkan pasukannya, tetapi juga penting bagi ekonomi Amerika Serikat. 

Brandon Weichert mengatakan bahwa  Amerika Serikat akan melihat ekonominya dikirim balik ke “era sebelum tahun 1970-an” tanpa satelit-satelit, mengingat sebagian besar transaksi-transaksi elektronik modern, seperti dana-dana yang diperdagangkan di bursa, mengandalkan satelit-satelit.

Lebih penting lagi, Tiongkok memanfaatkan kepemimpinan Amerika Serikat di luar angkasa, menurut Brandon Weichert.

“Tiongkok masih di belakang Amerika Serikat. Tetapi bukannya 18 tahun di belakang Amerika Serikat, 20 tahun di belakang Amerika Serikat, kini Tiongkok hanya sekitar enam atau tujuh tahun di belakang Amerika Serikat,” kata Brandon Weichert.

Saat ini, para pembuat kebijakan Amerika Serikat, “terlalu berpikiran sempit” sehubungan dengan kebijakan luar angkasa Amerika Serikat, kata Brandon Weichert. Para pembuat kebijakan Amerika Serikat perlu “mengembangkan sistem-sistem dan doktrin-doktrin” yang tidak hanya untuk membela satelit-satelit Amerika Serikat, tetapi juga untuk membela kepentingan-kepentingan komersial Amerika Serikat di masa depan. (Vv)

Sebanyak 401 Dokter dan 315 Perawat Meninggal Dunia Akibat COVID-19

ETIndonesia- Sejak awal pandemi melanda Indonesia, ratusan tenaga medis Indonesia yang terinfeksi COVID-19 meninggal dunia. Mereka terdiri para dokter dan perawat.  

“Per bulan Juni total bisa dikatakan 401 dokter telah meninggal,” kata Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Adib Khumaidi, SpOT, dalam jumpa pers Tim Mitigasi Dokter PB IDI, Jumat (25/6/2021) dikutip oleh Republika.

Ia menambahkan, kasus meninggal dunia di kalangan dokter meningkat pada Juni 2021 yang tecatat sebanyak 26 dokter. Sejumlah Data-data juga dikoordinasikan dengan rekan-rekan di persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI).

Rincian tenaga kesehatan yang meninggal dunia adalah :

Dokter: 401 orang (24 Juni 2021)

Perawat : 315 orang

Tenaga Laboratorium : 25 orang

Dokter Gigi : 43 orang

Apoteker : 15 orang

Bidan : 150 orang

Adib menyerukan kepada tenaga Kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap COVID-19 hingga memperhatikan lebih serius  terkait penggunaan alat pelindung diri (APD).

Ia juga mengimbau kepada para dokter di atas 65 tahun agar tetap di rumah dan tentunya mohon bantuan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Selain itu, diminta mengurangi aktivitas sosial, perketat penerapan 6M, dan melaporkan ke dokter mitigasi atau cabang dan perhimpunan masing-masing. (asr)

Satgas Minta Dahulukan Perawatan Pasien COVID-19 di Rumah Sakit Bagi yang Bergejala Berat

ETIndonesia- Tren peningkatan kasus COVID-19 dalam beberapa minggu terakhir juga meningkatkan keterisian tempat tidur rumah sakit di berbagai daerah. Oleh karena itu, Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengungkapkan perlunya manajemen yang baik terkait distribusi pasien COVID-19 yang tepat berdasarkan gejala sehingga keterisian tempat tidur di rumah sakit dapat terkendali.

“Tidak semua pasien COVID-19 harus ke rumah sakit untuk mendapat penanganan lanjut. Pasien dengan gejala berat dan sedang yang berhak didahulukan untuk mendapatkan penanganan, baik isolasi maupun perawatan intensif di rumah sakit,”ungkap Wiku dalam keterangan tertulisnya.

Lebih lanjut, Satgas menjelaskan sebaiknya isolasi dilakukan terpusat di lokasi-lokasi yang layak agar pelaksanaannya terpantau dengan baik. Pemerintah daerah melalui dinas kesehatan setempat bertanggung jawab menyediakan fasilitas isolasi terpusat. Fasilitas yang disediakan pun harus layak dan menarik minat masyarakat memanfaatkan fasilitas yang disediakan.

Satgas memahami kemampuan setiap daerah yang berbeda. Karena itu, masyarakat yang masih kekurangan fasilitas isolasi terpusat dapat ikut serta membantu upaya pengendalian COVID-19 secara berjenjang dengan berinisiatif melakukan isolasi mandiri baik di rumah, tempat kos, hotel, atau apartemen.

Satgas kembali menekankan bahwa isolasi mandiri berbeda dengan karantina mandiri. Karantina dilakukan oleh mereka yang sehat atau tidak memiliki gejala namun memiliki kontak erat dengan kasus positif atau baru saja melakukan aktivitas berisiko tinggi.

Sedangkan isolasi harus dilakukan mereka yang sudah jelas menunjukkan gejala serupa COVID-19 maupun orang positif COVID-19 berdasarkan hasil diagnostik.

Terakhir, Satgas mengingatkan agar masyarakat tidak panik dan tidak buru-buru ke rumah sakit bila mendapati hasil tes PCR yang mereka lakukan positif. Maksimalkan dahulu sumber daya masyarakat dengan upaya preventif optimal melalui posko. (asr)

Selain Rumah Sakit dr Soetomo, Hampir Merata Rumah Sakit Rujukan di Surabaya Kelebihan Kapasitas Pasien COVID-19

ETIndonesia – Rumah Sakit rujukan di provinsi Jawa Timur yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soetomo di Surabaya mengalami kelebihan kapasitas dalam penerimaan pasien COVID-19.

Hal demikian dibenarkan oleh Direktur RSUD dr. Soetomo Surabaya Joni Wahyuhadi ketika dikonfirmasi oleh Antara pada Minggu (27/06/2021). Ia mengatakan, pasien COVID-19 yang dirawat sudah berada di atas 100 persen.

Ketua Rumpun Kuratif Satuan Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Jawa Timur itu menyebutkan seluruh rumah sakit rujukan di Surabaya juga mengalami kejadian serupa.

Senada disampaikan oleh Wakil Walikota Surabaya Armudji juga membenarkan terjadinya kapasitas terhadap rumah sakit rujukan tersebut.

“Ya sampai pagi ini hampir sama semuanya, BOR hampir penuh semuanya,” ujarnya kepada TV One, Senin (28/6/2021).

Menurut dia, rumah sakit rujukan tersebut menerima pasien-pasien yang berdatangan dari sejumlah Kabupaten/Kota di Jawa Timur.

“Kita saksikan rumah Sakit Soetomo, karena itu rumah sakitnya provinsi, jadi bukan orang Surabaya saja, tapi di luar daerah ada di sana, oleh karena itu, kita sebagai penyangga daerah-daerah seperti Madura, Gresik dan Sidoarjo maka Rumah Sakit dr Soetomo ini penuh,” imbuhnya.

Sedangkan bagi warga Surabaya, ia menyatakan sudah menyiapkan RS Suwandi dan menambah kapasitas isolasi di Asrama Haji untuk pasien COVID-19. Meksi demikian, ia berharap bagi warga yang tanpa gejala untuk isolasi mandiri di rumah.

“Warga kota Surabaya kita menyediakan rumah sakit daerah, RS Suwandi maupun asrama Haji  kita tambah, kemudian garda terdepan ada wilayah masing-masing, maka yang tidak terlalu parah isolasi mandiri di rumah,” ujarnya. (asr)