Home Blog Page 1405

WHO Ungkap Virus Varian Terkuat Sudah Menyebar ke 85 Negara, Terjadi Lonjakan Kasus di Sejumlah Negara

0

Luo Tingting

Pada awal tahun 2020, setelah virus Komunis Tiongkok (COVID-19) menyebar dari Wuhan, Tiongkok dan menyebar secara global. Kini virus itu terus bermutasi.

Virus varian Delta yang baru-baru ini ditemukan di India, lebih menular daripada virus sebelumnya dan menyebar lebih cepat. Sehingga menyebabkan dunia menghadapi babak baru tantangan epidemi.

Ilmuwan Inggris memperkirakan bahwa galur Delta 40% hingga 80% lebih menular daripada galur mutan Alpha yang ditemukan di Inggris. Bahkan, lebih menular daripada galur asli di Wuhan.

Dirjen WHO Tedros Ghebreyesus memperingatkan pada konferensi pers pada 26 Juni, bahwa virus varian Delta adalah “virus varian terkuat” dan telah menyebar di setidaknya di 85 negara.

Baru-baru ini, Israel, negara Timur Tengah dengan tingkat vaksinasi tiga teratas di dunia, mengalami lonjakan kasus infeksi virus varian Delta, sekitar 50% di antaranya adalah orang yang telah divaksinasi.

Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, pada 24 Juni, 57% penduduk Israel sudah menerima dua dosis penuh vaksin virus Komunis Tiongkok.

Israel mengumumkan pada 25 Juni  bahwa mereka akan menunda pembukaan pembatasan di negara itu. Selanjutnya, memberlakukan kembali peraturan anti-epidemi seperti mengenakan masker di dalam ruangan. 

Direktur Clalit, organisasi manajemen kesehatan terbesar di negara itu, mengatakan: “Invasi virus varian Delta telah mengubah penyebaran.”

Ada 35.204 kasus baru virus varian Delta di Inggris dalam seminggu terakhir, terhitung lebih dari 90% dari kasus yang dikonfirmasi.

Departemen kesehatan masyarakat Inggris menyatakan, penyuntikan vaksin masih memiliki perlindungan lebih dari 90% terhadap rawat inap parah atau kematian akibat infeksi virus Delta. Meski demikian, lembaga itu mengingatkan bahwa mereka yang telah divaksinasi masih ada risiko tertentu “infeksi terobosan”.

Australia mengumumkan pada 26 Juni,  Sydney, kota terbesar di Australia, dan bagian dari daerah sekitarnya akan ditutup secara ketat selama dua minggu. Selain itu, lebih dari 80 kasus infeksi virus Delta ditambahkan ke daerah setempat.

Penelitian informasi epidemi oleh Tim Spector, profesor epidemiologi di King’s College London, menunjukkan bahwa gejala infeksi varian Delta mirip dengan flu berat. Orang yang terinfeksi mungkin merasa bahwa itu hanya flu biasa. Ia kemudian keluar rumah seperti biasa yang kemudian menimbulkan banyak masalah.

Menurut The Guardian, data menunjukkan bahwa varian Delta juga dapat menyebabkan gejala yang lebih serius termasuk sakit perut, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan pendengaran, dan nyeri sendi. Bukti dari Guangzhou menunjukkan sebanyak 12% pasien memasuki keadaan parah atau kritis dalam waktu 3 hingga 4 hari sejak timbulnya gejala, yang mana 4 kali lebih tinggi dari kasus sebelumnya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) strain Delta telah menyebar di tempat-tempat di mana vaksinasi tidak tersedia secara luas, termasuk di Afrika. Strain delta  ditemukan di 14 negara di Afrika, dan sampel terbesar adalah Uganda dan Demokratik Kongo.

Dirjen WHO mengatakan pada 26 Juni bahwa, kurangnya vaksin di negara-negara miskin sudah mempercepat penyebaran virus mutan Delta. Situasi di Afrika “sangat berbahaya.” Jumlah kasus dan kematian baru yang dikonfirmasi telah meningkat hampir 40% dibandingkan dengan minggu sebelumnya.

Dia mengkritik negara-negara kaya karena keengganan untuk berbagi vaksin dengan negara-negara berkembang. Dia mengatakan bahwa dirinya baru-baru ini menghadiri pertemuan kelompok penasihat pengiriman vaksin. Kelompok ini sangat frustrasi, karena tidak ada vaksin yang bisa dikirim. 

Sejak Februari tahun ini, Global Covid-19 Vaccine Access Mechanism (Covax) yang dipimpin WHO  menyediakan 90 juta dosis vaksin Covid-19 ke 132 negara. Namun demikian, sejak India menangguhkan ekspor vaksin, Covax menghadapi masalah pasokan. Ratusan juta dosis vaksin yang dijanjikan oleh negara-negara seperti Inggris dan Amerika Serikat tidak akan tersedia dalam jangka pendek.

Penasihat Senior WHO, Bruce Aylward, mengatakan “Vaksin yang dikirim melalui COVAX bulan ini adalah Nol. seperti  AstraZeneca AZ, Pfizer, dan (Johnson dan Johnson) .”

Baru-baru ini, virus varian Delta terus bermutasi lebih lanjut, Badan Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) menyatakan, varian baru bernama K417N ini telah muncul di setidaknya 11 negara termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang. Para ilmuwan mengatakan, tidak ada bukti bahwa K417N memiliki daya menular dan tingkat kematian yang lebih kuat.

Menurut data pelacakan epidemi Universitas Johns Hopkins, pada pukul 08.00 pagi pada 26 Juni,  total 180.330.593 kasus virus Komunis Tiongkok dikonfirmasi secara global, dan total 3.907.193 kasus kematian. Dikarenakan otoritas Komunis Tiongkok menyembunyikan epidemi pada tahap awal wabah, menyebabkan penyebaran virus di seluruh dunia, kerusakan parah pada ekonomi global, dan kematian jutaan orang. Negara-negara Eropa dan Amerika menyerukan pertanggungjawaban Komunis Tiongkok. (hui)

Sarana Penyiksaan yang Digunakan Komunis Tiongkok : Suara Berdesibel Tinggi

0

oleh Yi Ru

Terus-menerus menyiarkan musik berdesibel tinggi atau suara bising lainnya kepada seseorang dapat menimbulkan gangguan mental, atau menyebabkan gangguan pendengaran yang parah, aritmia, pendarahan dan peradangan telinga dan lainnya. Pada peringatan Hari Internasional Menentang Penyiksaan tahun ini, New Tang Dynasty mewawancarai seorang praktisi Falun Gong asal daratan Tiongkok yang pernah dijadikan objek penyiksaan dengan sarana tersebut selama hampir 3 tahun oleh pemerintah komunis Tiongkok

Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual Tiongkok kuno yang dikenal meredakan stres dan menambah energi. Falun Gong terdiri dari latihan meditasi sederhana dan gerakan lembut serta ajaran dengan prinsip Sejati, Baik, dan Sabar dalam  kehidupan sehari-hari

Zhu Luoxin, seorang praktisi Falun Gong dari Guangzhou yang pernah menduduki jabatan cukup tinggi pada sebuah perusahaan terkenal di daratan Tiongkok, dijatuhi hukuman penjara ilegal selama 10 tahun oleh pemerintah komunis Tiongkok karena keyakinannya. Selain itu, di dalam tahanan ia disiksa tanpa henti selama 8 tahun.

Pada tahun 2003, dalam Penjara Wanita di Provinsi Guangdong, penjaga penjara menginstruksikan 2 atau 3 orang tahanan kelas berat untuk mengawasi gerak-gerik Zhu Luoxin selama 24 jam sehari. 

Setiap pukul 5 pagi, dia dibawa ke sebuah ruangan kecil seluas 3 – 4 meter persegi untuk dianiaya sampai pukul 12 malam baru dikembalikan ke sel tahanannya. Tahanan suruhan itu terus melafalkan dengan suara keras konten yang memfitnah Falun Gong di dekat telinganya.

Pada saat yang sama, perangkat TV juga dinyalakan dengan volume tinggi gambar rekaman video berisi kebohongan yang sengaja diproduksi oleh komunis Tiongkok untuk memfitnah Falun Gong.

Zhu Luoxin mengatakan : “Untuk waktu yang lama saya diperlakukan seperti ini, gendang telinga saya jadi terganggu, yaitu, saya mendengar mereka membaca dengan suara keras di dekat telinga sampai-sampai saya tidak dapat mendengarnya”.

Setelah tahu Zhu Luoxin tidak bisa mendengar dengan jelas, tahanan itu selain tidak berhenti membaca dengan suara keras, tetapi justru meningkatkan volume membaca. Sampai akhirnya, ada suara air yang terdengar di telinganya.

Zhu Luoxin berkata : “Rasa sakit yang sulit saya jelaskan, telinga terus-menerus terdengar suara dengungan yang keras, seperti juga terdengar ada suara goyangan air di dalam telinga. Saya tidak dapat lagi mendengar apa yang mereka baca, seakan pendengaran saya menjadi sangat tumpul, hanya suara dengungan yang terdengar. Ruangan itu sangat kecil, dan pintunya pun ditutup, dan masih ada gema di sana. Mereka dengan suara keras (membaca), jadi itu sangat, sangat menyiksa”.

Belasan jam berada dalam ruang dengan desibel tinggi untuk mencapai cuci otak yang dikehendaki pemerintah komunis Tiongkok, membuat fisik dan mental Zhu Luoxin mengalami kelelahan, meskipun hatinya berusaha untuk melawan.

“Saya tidak bisa tidur sama sekali. Saya menderita insomnia untuk waktu yang lama. Saya sudah sangat lelah. Terkadang saya sangat lelah sampai otak pun menjadi bebal, pusing dan sakit kepala. Saya hanya bisa mengandalkan beberapa jam di waktu malam hari untuk menyemangati diri sendiri agar bertahan hidup. Saya harus menolak menerima cuci otak, saya tidak menghendaki konten cuci otak itu menempati memori dalam otak saya yang telah saya isi dengan hal-hal yang baik dan benar. Memang, ini adalah sebuah proses yang sangat, sangat menyakitkan”, kata Zhu.

Selama 3 tahun, Zhu Luoxin ditahan di sel isolasi dan menjalani cuci otak paksa. Karena itu, detak jantungnya tidak normal, mengalami masalah kecepatan yang di luar batas.

Zhu Luoxin mengatakan : “Detak jantung saya sangat cepat. Jadi seperti orang yang sedang panik. Perasaan panik bagaikan orang yang tidak dapat menahan tekanan tinggi untuk waktu yang lama, yang melebihi penganiayaan normal terhadap tubuh manusia. Sangat tidak nyaman”.

Pada paruh pertama tahun 2002, pihak Pusat Penahanan Distrik Baiyun, Guangzhou mengenakan belenggu pada kedua kaki Zhu Luoxin.

Sebanyak 50 – 60 orang tahanan dalam sel berukuran lebih dari 30 meter persegi, Zhu Luoxin dipaksa untuk buang air besar dan kecil, berganti pakaian di depan semua tahanan di sana, dan polisi melarang tahanan lain untuk membantunya.

Penyiksaan ini menyebabkan penghinaan besar dan penderitaan bagi mental dan fisiknya. 14 hari kemudian, ketika belenggu seberat 30 sampai 40 kilogram itu dilepas dari kakinya, di bawah betisnya seakan mati rasa.

Zhu Luoxin mengatakan : “Bagian kaki saya yang tertekan besi borgol itu sampai menjadi cekung, dan mengalir keluar nanah, darah. Butuh waktu lama bagi saya untuk berdiri dan belajar berjalan dengan memegangi tembok”.

Setiap saat Zhu Luoxin bisa menghadapi penganiayaan, dan ia sudah berulang kali nyaris kehilangan nyawa. Meskipun demikian, di penjara yang serba kekurangan, ia masih membagikan kepada tahanan lain daging dan sayuran, termasuk satu-satunya gelas air untuk minum seharinya.

“Karena itu hati mereka sangat tersentuh. Saya juga melakukan klarifikasi fakta kepada mereka dan mengabarkan bahwa kami (praktisi Falun Gong) adalah yang tidak bersalah dan dianiaya”, kata Zhu.

Setelah memahami kebenaran bahwa praktisi Falun Gong adalah orang yang dianiaya oleh pemerintah komunis Tiongkok, para tahanan yang ditugaskan untuk mengawasinya tidak tega lagi untuk menyerangnya.

Untuk mempertahankan penganiayaan, pihak penjara dengan cepat mengganti tahanan lama dengan yang baru dengan tujuan untuk terus melakukan kekerasan terhadap Zhu. Dengan cara ini, sekelompok tahanan pergi, dan kelompok baru datang.

Zhu Luoxin mengatakan : “Hati saya sangat sakit. Kemudian saya berpikir, saya adalah orang yang sedang menunggu kematian. Di saat itu, dokter saja meminta saya untuk pulang dan menunggu ajal menjemput. Tidak ada obat lagi katanya. Tapi saya adalah orang yang berlatih Falun Gong, Guru saya Mr Li Hongzhi yang menyelamatkan hidup saya, beliau tidak memungut satu sen pun dari saya. Tetapi penegak hukum justru menyiksa saya yang hanya berkeinginan untuk menjadi orang baik. Saya pikir apa salah saya ? Setiap orang dilahirkan dengan tanpa membawa sesuatu, dan mati pun tidak membawa apa-apa. Lalu untuk apa saya memikirkan rasa sakit itu ? Saya tidak perlu mengikuti perasaan itu”.

Zhu Luoxin mengatakan bahwa, penyiksaan dengan suara berdesibel tinggi dapat menyebabkan kerusakan serius pada otak dan membuat orang tidak dapat berpikir secara normal. Karena ia selalu percaya pada ketidakbersalahan Falun Gong, maka ia akhirnya mampu bertahan. Sayangnya, banyak orang telah dianiaya hingga menjadi tidak normal secara mental. (sin)

Penutupan Jalan Bertambah 35 Titik di Jakarta, Depok, Bekasi dan Tangerang

ETIndonesia – Sebanyak 35 titik jalan-jalan yang terletak di wilayah DKI Jakarta, Tangerang, Depok dan Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi ditutup sebagai langkah pembatasan mobilitas saat diberlakukannya PPKM Mikro di wilayah Jadetabek.

“Total seluruhnya ada 35 titik,” kata Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Sambodo Purnomo Yowo dikutip dari NTMCPolri, Senin (28/6/2021).

Sebelumnya sebanyak 12 titik jalan di Jakarta sudah diterapkan pembatasan. Kini diperluas ke sejumlah wilayah di sekitar DKI Jakarta.

Pembatasan mobilitas yang diberlakukan di ruas jalan tersebut dibatasi dari pukul 21.00 WIB hingga 04.00 yang dikecualikan akses masuk bagi penghuni sekitar.

Berikut 35 jalan yang dibatasi mobilitas ;

  1.  Jln Sabang, Jakpus
  2. Jln Cikini Raya, Jakpus;
  3. Jln Asia Afrika, Jakpus;
  4. Jln Apron, Jakpus;
  5. Banjir Kanal Timur, Jaktim;
  6. Kemang, Jaksel;
  7. Bulungan, Jaksel;
  8. Kawasan Kota Tua, Jakbar;
  9. Jln Pemancingan, Srengseng, Jakbar;
  10. Jln Boulevard Raya, Kelapa Gading, Jakut;
  11. Jln Kali Pasir, Tangerang Kota;
  12. Jln Banding Raya, Tangkot;
  13. Jln Boulevard, Alam Sutera, Tangsel.
  14. Jln Sutera Utama, Tangsel;
  15. Jln Clique, Gading Serpong, Tangsel;
  16. Jln M Yasin, Depok;
  17. Jln M Yasin (depan McD), Depok;
  18. Jln Boulevard Selatan, Bekasi Kota;
  19. Summarecon Bekasi,
  20. Cikarang Baru, Kabupaten Bekasi;
  21. Cifest CIkarang Selatan, Kabupaten Bekasi.
  22. Jln Cassa, Jakpus;
  23. Jln Salemba Tengah, Jakpus;
  24. Jln Jenderal Urip, Jatinegara Timur, Jaktim;
  25. Jln Sutoyo Kramat Jati, Jaktim;
  26. Jln Wolder Mongsinsdi, Jaksel;
  27. Jln Cipete Raya, Jaksel;
  28. Jln Cikajang, Jaksel;
  29. Jln Gunawarman, Jaksel;
  30. Sunter, Jakut;
  31. PIK II, Jakut;
  32. Jln Mangga Besar, Jakbar;
  33. Taman Sehati,
  34. Gor Wibawa Mukti, Cikarang;
  35. Distrik I, Meikarta, Cikarang.

Tabung Oksigen Kosong Melompong di Pasaran di Tengah Lonjakan Kasus COVID-19 Hingga Tanggapan Pemerintah

ETIndonesia – Sejumlah media melaporkan tentang keberadaan tabung oksigen di pasaran yang kosong melompong saat terjadinya lonjakan kasus COVID-19. Misalnya laporan media di pusat perbelanjaan alat Kesehatan di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, warga beramai-ramai membeli tabung oksigen hingga penjual tak memiliki lagi stok sejak Jumat (25/6/2021).

Sekretaris Jendral Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka, Yoyon kepada Media membenarkan habisnya ketersediaan tabung oksigen.

“Menyedihkan, kosong sama sekali sejak Jumat siang, masyarakat datang menyerbu tabung oksigen, jadi timbul kelangkaan,” ujarnya.

Menurut dia, selain warga beramai-ramai membelinya hingga ludes. Faktor lainnya adalah kelangkaan tabung oksigen dikarenakan distributor menyebutkan adanya keterlambatan pendistribusian kepada mereka. Meski demikian, Yoyon menyatakan masih belum mendapatkan informasi lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan tabung oksigen.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian bersama Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) dan para pelaku industri terkait terus mendukung penyediaan oksigen medis untuk kebutuhan perawatan pasien Covid-19. Ketersediaan tabung untuk oksigen bagi rumah sakit terus dipastikan jumlahnya agar mencukupi.

“Saat melakukan persiapan bantuan oksigen ke India,Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga mengantisipasi dan menjamin kebutuhan dalam negeri terpenuhi kalau ada peningkatan kasus Covid-19. Bantuan yang diberikan sebanyak 3.400 tabung, atau hanya 0,05% dari stok tabung nasional. Jadi tabung oksigen cukup tersedia,” kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri di Jakarta dalam keterangan tertulisnya.

Febri menuturkan, Kemenperin sudah melakukan pertemuan-pertemuan dengan asosiasi untuk mempersiapkan ketersediaan oksigen beserta tabungnya.

“Intinya tidak ada kelangkaan tabung oksigen, karena tabung oksigen cukup dan tersedia mengantisipasi lonjakan permintaan akibat meningkatnya kasus Covid-19 di dalam negeri,” ucapnya.

Ia menyebut, saat ini para distributor tabung juga masih memiliki stok, sehingga apabila kebutuhan tabung gas oksigen di rumah sakit terus meningkat bisa langsung dipergunakan.

Selain itu, guna memastikan jumlah kebutuhan di rumah sakit yang menangani Covid-19, Kemenperin juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait pemutakhiran data kebutuhannya di daerah.

Ketua Umum Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII), Arief Harsono menambahkan, pihaknya masih memiliki ketersedian stok 2.000 tabung gas oksigen untuk medis. Jumlah tersebut bisa digunakan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan akibat meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di tanah air.

“Pada bulan Juli, akan datang lagi tambahan tabung gas, sehingga kami pastikan ketersediaan tabung gas oksigen untuk medis tercukupi,” imbuhnya.

Arief mengatakan, pihaknya juga terus memastikan stok regulator tabung, karena merupakan komponen penting yang ketersediaannya harus selalu dijaga dalam mengantisipasi lonjakan jumlah kasus Covid-19.

“Kami juga terus cek regulator, karena merupakan komponen penting bagi tabung oksigen,” tandasnya. (asr)



Bagian dari Urutan Virus yang Dihapus NIH Atas Permintaan Pihak Tiongkok Berhasil Dipulihkan

oleh Zhu Ying – NTD

Setahun yang lalu, National Institutes of Health (NIH) AS telah menghapus ratusan data ilmiah utama tentang urutan genetik virus komunis Tiongkok tahap awal (SARS-CoV-2) atas permintaan dari personel pihak komunis Tiongkok. Sekarang, seorang peneliti di Seattle telah berhasil memulihkan 13 dari urutan data yang pernah dihapus. 

Media ‘Wall Street Journal’ (WSJ) melaporkan pada Kamis (24/6/2021) bahwa sekitar setahun yang lalu, atas permintaan dari para peneliti Tiongkok, National Institutes of Health (NIH) AS menghapus 241 basis data ilmiah utama tentang urutan genetik virus SARS-CoV-2 awal dari database. 

Menurut laporan itu, langkah ini mungkin dimaksudkan untuk mempersulit para ilmuwan mendapatkan informasi penting tentang virus, sehingga lebih sulit dalam pelacakan sumber virus.

NIH kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengakui kebenaran hal ini, tetapi juga menjelaskan bahwa urutan gen ini diserahkan ke database NIH oleh peneliti Tiongkok pada Maret 2020, tetapi tiga bulan kemudian, personel tersebut mengajukan permintaan untuk menghapus urutan ini. 

Menurut praktik industri, peneliti yang mengirimkan data memiliki hak atas data mereka dan dapat pula meminta penarikan data.

Baik laporan WSJ maupun pernyataan NIH, tidak menyebutkan nama peneliti dari Tiongkok, tetapi Jesse Bloom, seorang ahli virologi dari Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle dalam sebuah makalahnya yang baru diterbitkan pada Selasa (22/6/2021), selain ada menyinggung soal kasus penyerahan kemudian penghapusan database urutan genetik virus SARS-CoV-2 awal dari peneliti Tiongkok. Ia juga mengungkapkan bahwa, data urutan gen itu dikumpulkan dan diserahkan oleh seorang ilmuwan dari Rumah Sakit Rakyat Wuhan yang bernama Fu Aisi.

Menurut makalah Jesse Bloom, data yang dihapus termasuk urutan gen yang diekstraksi dari sampel virus pasien yang dirawat di rumah sakit atau dugaan kasus pneumonia komunis Tiongkok yang dikumpulkan di Kota Wuhan, Tiongkok antara Januari hingga Februari 2020. 

Urutan genetik sampel virus dapat memberikan petunjuk kunci tentang bagaimana virus SARS-CoV-2 bertransmisi dari misalnya hewan lain (mungkin kelelawar) ke manusia, dan urutan genetik virus pada tahap awal pandemi dapat mempermudah para ilmuwan untuk melacak sumber virus. 

Nah, jika personel Tiongkok menghapus urutan gen ini, tampaknya tidak salah lagi, komunis Tiongkok berusaha untuk menyembunyikan fakta.

Menurut narasi makalah ini, ketika Jesse Bloom meninjau data genetik virus yang dirilis oleh para peneliti dari berbagai negara setelah merebaknya wabah komunis Tiongkok, ia melihat bahwa sebuah penelitian pada Maret 2020 yang mencakup 241 data urutan gen virus yang dikumpulkan oleh para ilmuwan dari Universitas Wuhan. 

Namun, ketika dia mencari urutan ini melalui database online ‘Sequence Read Archive’, ia menemukan bahwa informasi yang relevan telah dihapus.

Namun, Bloom tidak menyerah begitu saja, ia kemudian mencari dan mendapatkan sejumlah besar literatur medis, dari sana ia menemukan bahwa beberapa data yang dihapus masih dapat ditemukan dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal pendek.

Setelah dipelajari secara mendalam Bloom menemukan bahwa banyak urutan yang disimpan dalam bentuk file di Google Cloud, dan nama-nama file tersebut memiliki format dasar yang sama. Setelah ia mencoba mengganti kode urutan Wuhan yang hilang, ia berhasil memulihkan 13 urutan gen virus yang dihapus dari Google Cloud.

Selanjutnya, Bloom menggabungkan 13 sekuens ini dengan sekuens virus corona awal lainnya yang diterbitkan, berharap untuk membuat kemajuan dalam membangun pohon keluarga / silsilah virus SARS-CoV-2. 

Hasilnya, ia menemukan bahwa urutan genetik beberapa sampel virus pada awal wabah di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan Wuhan pada Desember 2019 menunjukkan bahwa, virus di pasar ini memiliki tiga mutasi tambahan. 

Tetapi, mutan tersebut hilang atau tidak dicantumkan dalam sampel SAR-CoV-2 yang dikumpulkan dari tempat lain pada beberapa pekan kemudian, termasuk urutan yang dihapus yang dia pulihkan dari Google Cloud, juga tidak terdapat mutasi tambahan itu.

 “Mereka tiga kali lebih mirip dengan coronavirus kelelawar ketimbang coronavirus yang ditemukan pada Pasar Makanan

Situasi di atas mencerminkan bahwa virus SARS-CoV-2, mungkin telah menyebar di tempat lain di Kota Wuhan selama beberapa waktu sebelum masuk Pasar Grosir Makanan Laut Huanan.

Media ‘New York Times’ melaporkan bahwa sehubungan dengan penemuan Jesse Bloom di atas, Michael Worobey, seorang ahli biologi evolusioner di University of Arizona dalam mengatakan : “Ini tidak diragukan lagi merupakan pekerjaan investigasi yang hebat. Informasi ini sangat membantu para peneliti dalam upaya untuk menelusuri asal usul virus komunis Tiongkok (COVID-19)”. (sin)

PM Tunisia yang Baru Divaksinasi Terinfeksi COVID-19 Saat Mengalami Lonjakan Kasus

NTD

Perdana Menteri Tunisia berusia 47 tahun, Hichem Mechichi, yang baru  di vaksinasi dengan vaksin COVID-19 bulan lalu, diagnosis terkonfirmasi positif COVID-19 pada Sabtu (26/6/2021) Sejumlah kegiatannya segera dibatalkan, tetapi masih terus bekerja dari jarak jauh, dan mereka yang telah melakukan kontak dengan Perdana Menteri akan di-test.

Tunisia disebut berhasil mencegah epidemi tahun lalu, dan saat ini menghadapi peningkatan jumlah orang yang terinfeksi epidemi, dengan tingkat positif 36%. Jumlah total kasus yang dikonfirmasi mencapai 395.000 kasus, dan sekitar 14.406 orang meninggal.

Dengan peningkatan signifikan dalam kasus yang dikonfirmasi, otoritas kesehatan Tunisia menyatakan bahwa hampir tidak ada tempat tidur kosong di unit perawatan intensif rumah sakit COVID-19 dan situasinya terus memburuk.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Tunisia, Nissaf Ben Aleya mengatakan bahwa dalam seminggu terakhir, rata-rata 82 orang meninggal dunia setiap hari, mendekati rekor 89 kematian pada akhir April. Dengan peningkatan pesat jumlah orang yang didiagnosis, kapasitas rumah sakit mencapai 90%.

Tunisia  mengumumkan langkah-langkah anti-epidemi terbaru. Di Tunisia, 28 dari 250 wilayah administratif mengalami peningkatan jumlah orang yang terinfeksi penyakit ini. Wilayah administratif ini dilarang menggelar acara dan  olahraga. Semua toko kecuali yang menjual kebutuhan sehari-hari tidak diizinkan beroperasi. Warga juga diimbau untuk tinggal di rumah. (hui)

Ancam Hentikan Pasokan Vaksin, Komunis Tiongkok Memaksa Ukraina Menarik Diri dari Penyelidikan Pelanggaran HAM Terkait Xinjiang

Li Yun

Epidemi virus Komunis Tiongkok (COVID-19) terus menyebar secara global. Beijing gencar mempromosikan diplomasi vaksin secara internasional. Menurut media AS, Komunis Tiongkok menekan Ukraina dengan ancaman menghentikan pasokan vaksin, memaksa negara untuk menarik diri dari dukungan PBB menyelidiki situasi hak asasi manusia di Xinjiang

Menurut  laporan  Associated Press pada 25 Juni, diplomat dari dua negara Barat mengungkapkan bahwa Komunis Tiongkok mengharuskan Ukraina untuk menarik diri dari pernyataan yang mendukung penyelidikan Dewan Hak Asasi Manusia PBB tentang hak asasi manusia di Xinjiang. Jika Ukraina tidak mundur, Komunis Tiongkok mengancam berhenti memasok Ukraina dengan setidaknya 500.000 dosis vaksin pneumonia Wuhan ke negaranya.

Ukraina sebelumnya membeli 1,9 juta dosis vaksin dari Tiongkok dan kini telah menerima 1,2 juta dosis.

Sebelum itu, 44 negara, yang dipimpin oleh Kanada, menyatakan keprihatinan serius mereka tentang tindakan Komunis Tiongkok di Xinjiang, Hong Kong dan Tibet di Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 22 Juni. Pernyataan itu didukung oleh Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Spanyol, dan Amerika Serikat.

Pernyataan itu menekankan bahwa, Beijing harus mengizinkan Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet dan pengamat independen lainnya untuk “segera, dengan penuh arti, dan tanpa batas memasuki” Xinjiang untuk ekspedisi, dan mengakhiri “penahanan sewenang-wenang” terhadap suku Uighur dan etnis minoritas lainnya. 

Pernyataan itu mengatakan: Laporan yang dapat dipercaya menunjukkan bahwa lebih dari satu juta orang  ditahan secara sewenang-wenang di Xinjiang. Pemerintah secara ekstensif memantau warga Uighur dan anggota etnis minoritas lainnya, dan kebebasan dasar serta budaya Uighur mereka dibatasi.

Pernyataan itu mencantumkan penyiksaan atau perlakuan dan hukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat etnis minoritas di Xinjiang oleh Komunis Tiongkok, termasuk: sterilisasi paksa, kekerasan seksual, kekerasan berbasis gender, dan laporan tentang pemaksaan anak-anak untuk berpisah dari orang tua mereka.

Pernyataan di atas memicu reaksi keras dari Komunis Tiongkok. Sehingga mengancam akan menghentikan pasokan vaksin dan memaksa Ukraina untuk menarik diri dari mendukung penyelidikan hak asasi manusia di Xinjiang.

Associated Press mengutip seorang diplomat yang mengatakan bahwa Ukraina menghadapi tekanan yang luar biasa. Bahkan, delegasi Ukraina memberitahu mereka bahwa mereka harus menarik diri dari pernyataan itu. Diplomat lain juga mengatakan bahwa Beijing baru-baru ini meningkatkan serangan baliknya terhadap kritik terhadap catatan hak asasi manusianya, untuk meminimalkan perhatian masyarakat internasional terhadap hak asasi manusianya.

Laporan itu mengatakan bahwa Komunis Tiongkok, biasa menekan negara-negara lain di PBB untuk mendukung pernyataan Komunis Tiongkok atau menghindari mengkritik hak asasi manusia Komunis Tiongkok.

Namun, Komunis Tiongkok sedang dikepung oleh masyarakat internasional karena skandal seperti penganiayaan hak asasi manusia dan diplomasi perang-serigala.

Dalam komunike KTT G7 yang berakhir pada 13 Juni, isu-isu seperti Taiwan, Xinjiang, dan Hong Kong diajukan dalam sikap keras, menuntut penyelidikan menyeluruh tentang asal mula epidemi virus Komunis Tiongkok, dan menyerukan Komunis Tiongkok untuk menghormati kemanusiaan, hak dan kebebasan dasar.

Reuters mengutip sumber yang mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau memimpin pembahasan Komunis Tiongkok di KTT G7 pada 12 Juni, menyerukan kepada para pemimpin semua negara untuk mengambil tindakan terpadu atas tantangan Komunis Tiongkok.

Para pejabat AS mengatakan bahwa, G7 saat ini lebih memperhatikan Komunis Tiongkok daripada sebelumnya, terutama dalam hal pelanggaran hak asasi manusia.

Pada KTT NATO 14 Juni, para pemimpin dari 30 negara sekutu termasuk Amerika Serikat dan Eropa berkumpul bersama. Setelah KTT, anggota NATO mendaftarkan Komunis Tiongkok sebagai tantangan keamanan dalam komunike bersama untuk pertama kalinya. Mereka menyebutkan bahwa “ambisi terbuka dan perilaku terlalu percaya diri Komunis Tiongkok merupakan dampak sistemik pada tantangan tatanan internasional berbasis aturan dan bidang terkait keamanan aliansi. ” (hui)

Penelitian di Inggris: Epidemi Mungkin Sudah Menyebar Secara Global Pada Januari Tahun Lalu

0

Xu Jian

Kasus pertama Pneumonia Wuhan yang dikonfirmasi oleh pihak Komunis Tiongkok adalah pada Desember 2019 dan diklaim terkait dengan Pasar Makanan Laut Huanan di Wuhan.

Menurut sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal akademik internasional “PLOS Pathogens”, para peneliti di University of Kent di Inggris Raya menemukan melalui model bahwa virus itu pertama kali muncul pada awal Oktober hingga pertengahan November 2019.

Studi ini menunjukkan bahwa tanggal paling mungkin munculnya virus adalah 17 November 2019. Pada Januari 2020, virus Komunis Tiongkok mungkin telah menyebar secara global.

Perhitungan ilmuwan menunjukkan bahwa, kasus pertama di luar Tiongkok daratan dapat terjadi di Jepang pada 3 Januari, sedangkan wabah di Spanyol sekitar 12 Januari adalah infeksi pertama di Eropa dan infeksi pertama di Amerika Serikat, terjadi sekitar 16 Januari.

Menurut  penelitian bersama yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli Tiongkok pada akhir Maret, diyakini bahwa sebelum wabah di Wuhan, mungkin ada infeksi manusia secara sporadis. 

Laporan itu juga percaya bahwa virus itu “sangat tidak mungkin” dari Institut Virologi Wuhan. Disebutkan juga “Sangat mungkin” kebocoran laboratorium virus ditularkan dari hewan ke manusia melalui inang perantara yang tidak diketahui.

Pernyataan ini  dipertanyakan oleh para ilmuwan. Bahkan, masyarakat Barat menyerukan penyelidikan secara menyeluruh tentang asal usul virus ini.

Kantor berita Reuters melaporkan bahwa Jesse Bloom, ahli biologi evolusi di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle, AS, merekonstruksi data pengurutan pasien awal yang dihapus.

Data itu menunjukkan bahwa sampel “virus pneumonia Corona Baru” yang diperoleh dari Pasar Makanan Laut Huanan tidak representatif.

Bahkan, merupakan varian dari urutan nenek moyang (progenitor sequence) yang sebelumnya ditularkan dan menyebar ke bagian lain Tiongkok. Temuan membuktikan bahwa virus ini bukan yang paling awal ditemukan dari Pasar Makanan Laut Huanan. (hui)

Pakar Memperingatkan Kemajuan Program Luar Angkasa Tiongkok Membuat AS Menjadi Rentan dalam Perang Luar Angkasa

Frank Fang

Para pembuat kebijakan Amerika Serikat perlu membuat sebuah strategi luar angkasa yang lebih baik, kata seorang ahli luar angkasa  dan ahli keamanan memperingatkan setelah Tiongkok mengirim tiga awak ke  stasiun luar angkasa milik Tiongkok yang belum selesai.

Brandon Weichert, penulis “Winning Space: How America Remains a Superpower,” mengatakan dalam sebuah wawancara dengan NTD pada tanggal 19 Juni dengan berkata : “Untuk bertarung dan memenangkan sebuah perang luar angkasa melawan Amerika Serikat, hal pertama yang dilakukan  [rezim Tiongkok] adalah melumpuhkan atau membutakan satelit-satelit Amerika Serikat di luar angkasa seperti acara Pearl Harbor.” 

Ia berkata : “Amerika Serikat belum siap untuk membela diri, apalagi membalas, terhadap cara yang akan menghalangi Tiongkok atau Rusia untuk berupaya melakukan hal ini selama sebuah krisis geopolitik.”

Badan yang bertanggung jawab atas program luar angkasa berawak Tiongkok, China Manned Space Engineering Office, bukanlah lembaga sipil seperti NASA. China Manned Space Engineering Office berada di bawah Komisi Militer Pusat Tiongkok, sebuah badan Partai Komunis China yang mengawasi militer Tiongkok.

Saat ini, China Manned Space Engineering Office saat ini dipimpin oleh Hao Chun, meskipun program luar angkasa berawak Tiongkok dipimpin oleh Jenderal Li Shangfu, yang juga adalah seorang direktur departemen di Komisi Militer Pusat Tiongkok.

Menggarisbawahi bagaimana program luar angkasa berawak Tiongkok adalah tidak dapat dipisahkan dari militer Tiongkok, tiga anggota awak–—Nie Haisheng, Liu Boming, dan Tang Hongbo—–adalah mantan pilot Angkatan Udara militer Tiongkok.

Tiga orang awak tersebut akan tinggal di modul utama stasiun selama tiga bulan, tinggal terlama di luar angkasa bagi warga negara Tiongkok sejak Beijing meluncurkan seorang astronot ke orbit Bumi pada tahun 2003. Stasiun luar angkasa Tiongkok, bernama Tiangong, akan menerima modul tambahan pada tahun 2022.

Stasiun Luar Angkasa Internasional, yang diluncurkan pada tahun 1998, merupakan sebuah kemitraan antara Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Rusia, dan negara-negara anggota Badan Luar Angkasa Eropa. Tiongkok dilarang ambil bagian dalam Stasiun Luar Angkasa Internasional sejak tahun 2011, ketika Amerika Serikat mengesahkan sebuah undang-undang yang melarang kerjasama luar angkasa antara NASA dengan organisasi-organisasi Tiongkok, karena alasan keprihatinan-keprihatinan keamanan nasional.

Tindakan-tindakan Tiongkok juga memicu ketidakpercayaan yang mengarah pada dilarangnya Tiongkok ambil bagian dalam Stasiun Luar Angkasa Internasional. Pada   Januari 2007, Tiongkok menembakkan sebuah rudal anti-satelit ke salah satu satelit cuaca miliknya yang tidak aktif, yang menarik keprihatinan internasional.

Brandon Weichert menunjuk dua teknologi luar angkasa Tiongkok yang dapat melumpuhkan satelit-satelit Amerika Serikat. Pertama, Brandon Weichert mengatakan sebuah lengan robot raksasa—–yang panjangnya 10 meter, yang dapat mengangkat benda-benda dengan berat hingga 20 ton, menurut media milik negara Tiongkok–—melekat dengan stasiun luar angkasa Tiongkok dan menimbulkan kesan sebuah ancaman yang serius.

“Jadi Tiongkok di masa damai dapat menggunakan lengan bergulat itu untuk membantu kapal-kapal berlabuh. Tetapi di masa perang, Tiongkok dapat menggunakan lengan bergulat itu untuk mengambil satelit-satelit kita dari orbit-orbit terdekat dan mendorong satelit-satelit kita keluar dari orbit atau menyabotasenya,” kata Brandon Weichert.

Pada April, Jenderal Angkatan Darat James Dickinson, seorang komandan Komando Luar Angkasa Amerika Serikat, mengatakan pada sebuah sidang Senat,  bahwa teknologi lengan robot Tiongkok  di luar angkasa “dapat digunakan dalam sebuah sistem masa depan untuk bergulat dengan satelit-satelit yang lain.”

Teknologi Tiongkok yang kedua yang menjadi ancaman bagi satelit-satelit Amerika Serikat adalah laser-laser, kata Brandon Weichert.

“Para perencana Tiongkok telah berbicara mengenai pemasangan sebuah laser yang besar ketika stasiun luar angkasa Tiongkok telah rampung di orbit. Kini, para perencana Tiongkok mengatakan di masa damai, laser tersebut akan digunakan untuk membersihkan puing-puing orbit. Tetapi, di masa perang, laser tersebut berpotensi digunakan untuk membutakan satelit-satelit Amerika Serikat yang sensitif di orbit,” kata Brandon Weichert.

Pada tahun 2018, para peneliti di Universitas Teknik Angkatan Udara Tiongkok memublikasikan sebuah makalah yang mengusulkan, bagaimana sebuah laser raksasa nantinya akan  efektif untuk membersihkan sampah-sampah luar angkasa dan satelit-satelit lama.

Komunikasi satelit adalah sangat penting tidak hanya bagi Washington untuk secara efektif mengerahkan pasukannya, tetapi juga penting bagi ekonomi Amerika Serikat. 

Brandon Weichert mengatakan bahwa  Amerika Serikat akan melihat ekonominya dikirim balik ke “era sebelum tahun 1970-an” tanpa satelit-satelit, mengingat sebagian besar transaksi-transaksi elektronik modern, seperti dana-dana yang diperdagangkan di bursa, mengandalkan satelit-satelit.

Lebih penting lagi, Tiongkok memanfaatkan kepemimpinan Amerika Serikat di luar angkasa, menurut Brandon Weichert.

“Tiongkok masih di belakang Amerika Serikat. Tetapi bukannya 18 tahun di belakang Amerika Serikat, 20 tahun di belakang Amerika Serikat, kini Tiongkok hanya sekitar enam atau tujuh tahun di belakang Amerika Serikat,” kata Brandon Weichert.

Saat ini, para pembuat kebijakan Amerika Serikat, “terlalu berpikiran sempit” sehubungan dengan kebijakan luar angkasa Amerika Serikat, kata Brandon Weichert. Para pembuat kebijakan Amerika Serikat perlu “mengembangkan sistem-sistem dan doktrin-doktrin” yang tidak hanya untuk membela satelit-satelit Amerika Serikat, tetapi juga untuk membela kepentingan-kepentingan komersial Amerika Serikat di masa depan. (Vv)

Sebanyak 401 Dokter dan 315 Perawat Meninggal Dunia Akibat COVID-19

ETIndonesia- Sejak awal pandemi melanda Indonesia, ratusan tenaga medis Indonesia yang terinfeksi COVID-19 meninggal dunia. Mereka terdiri para dokter dan perawat.  

“Per bulan Juni total bisa dikatakan 401 dokter telah meninggal,” kata Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Adib Khumaidi, SpOT, dalam jumpa pers Tim Mitigasi Dokter PB IDI, Jumat (25/6/2021) dikutip oleh Republika.

Ia menambahkan, kasus meninggal dunia di kalangan dokter meningkat pada Juni 2021 yang tecatat sebanyak 26 dokter. Sejumlah Data-data juga dikoordinasikan dengan rekan-rekan di persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI).

Rincian tenaga kesehatan yang meninggal dunia adalah :

Dokter: 401 orang (24 Juni 2021)

Perawat : 315 orang

Tenaga Laboratorium : 25 orang

Dokter Gigi : 43 orang

Apoteker : 15 orang

Bidan : 150 orang

Adib menyerukan kepada tenaga Kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap COVID-19 hingga memperhatikan lebih serius  terkait penggunaan alat pelindung diri (APD).

Ia juga mengimbau kepada para dokter di atas 65 tahun agar tetap di rumah dan tentunya mohon bantuan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Selain itu, diminta mengurangi aktivitas sosial, perketat penerapan 6M, dan melaporkan ke dokter mitigasi atau cabang dan perhimpunan masing-masing. (asr)