Yang Guanren, presiden regional untuk sebuah perusahaan besar yang berkantor pusat di Beijing, melakukan perjalanan bisnis. Saat naik taksi dari kota Guangzhou ke kota Shenzhen pada 15 Mei 2017 lalu, Yang berbicara dengan pengemudi tentang penganiayaan praktisi Falun Gong yang sedang berlangsung di Tiongkok.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah sebuah metode perbaikan diri kuno yang meliputi meditasi dan hidup berlandaskan prinsip-prinsip Sejati, Baik, dan Sabar. Manfaat praktik terhadap kesehatan fisik dan mental menyebabkan popularitasnya meluas dengan lebih dari 70 juta pengikut di Tiongkok pada tahun 1999, menurut sebuah survei negara. Praktisi mengatakan jumlahnya mencapai lebih dari 100 juta.
Rezim Tiongkok menganggap kehadiran Falun Gong sebagai ancaman terhadap peraturan otoriternya dan memulai sebuah kampanye untuk memberantas praktik tersebut pada bulan Juli 1999. Kantor pers resmi untuk Falun Gong, Pusat Informasi Falun Dafa, memperkirakan bahwa jutaan pengikut Falun Gong telah ditangkap dan ditahan sejak penganiayaan dimulai, sering mengalami penyiksaan dan pelecehan saat dipenjara. Rezim tersebut juga meluncurkan kampanye propaganda massal dalam upaya untuk mengubah opini publik terhadap praktisi Falun Gong.
Yang adalah korban terakhir penganiayaan.
Setelah mendengar Yang berbicara, pengemudi tersebut melajukan mobilnya ke Kantor Polisi Yuehai setempat, dan mengadukan Yang pada polisi sebagai praktisi Falun Gong. Pihak berwenang kemudian menangkap Yang.
Keluarga Yang diberitahu oleh polisi bahwa dia akan dibebaskan 30 hari kemudian setelah membayar uang jaminan. Namun ketika hari ke-30 tiba dan keluarga Yang pergi ke Pusat Penahanan Distrik Nanshan tempat Yang ditahan, pusat tersebut menolak untuk membebaskannya maupun memberi keluarga tersebut sebuah kunjungan.
Ketika keluarga tersebut mencari penjelasan dari kantor polisi, petugas menolak untuk menemui mereka. Seorang petugas mengancam akan menangkap jika mereka pergi ke kantor polisi lagi.
Keluarga tersebut telah menyewa seorang pengacara untuk membantu mereka, namun belum dapat memastikan pembebasan Yang, meskipun mengajukan banding ke kantor kejaksaan setempat, menurut Minghui.org, sebuah situs berbasis di AS yang melacak penganiayaan Falun Gong di Tiongkok.
Keluarga Yang juga mengatakan kepada situs web tersebut bahwa pasukan keamanan dalam negeri pergi ke kampung halaman Yang dan menggeledah rumah orang tuanya, yang usianya di atas 80 tahun. Ibu Yang sangat tertekan sehingga terbaring di tempat tidur selama beberapa hari, kata keluarga tersebut.
Penganiayaan masih terus menimpa ribuan praktisi di seluruh Tiongkok. Dari bulan Januari sampai Juni 2017, setidaknya 3.659 praktisi Falun Gong telah diambil oleh pihak berwenang dan ditahan, sementara 7.209 telah mengalami pelecehan pihak berwenang, menurut perkiraan terbaru Minghui.org. Karena kontrol ketat terhadap informasi di Tiongkok, perkiraan ini mungkin jauh lebih rendah daripada angka sebenarnya.
Penahanan dan pelecehan terjadi di seluruh negeri, dengan laporan dari 30 propinsi, daerah otonom, dan kota-kota yang dikendalikan secara terpusat.
Penahanan terkonsentrasi di empat provinsi yaitu; Shandong, Liaoning, Hebei, dan Jilin, dengan jumlah tertinggi yang ditahan adalah praktisi.
Di propinsi Shandong, Liaoning, dan Sichuan sebagian besar praktisi dilecehkan oleh pihak berwenang. Selain itu, setidaknya 1.174 praktisi telah membuat rumah mereka digeledah. Jumlah total uang tunai dan aset yang diambil oleh pihak berwenang berjumlah lebih dari 1,9 juta yuan (sekitar US $ 288.000).
Kementerian Keamanan Publik, Komisi Urusan Politik dan Hukum Pusat, dan Kantor 610 ekstralegal -dibuat pada tahun 1999 sebagai badan mirip Gestapo untuk secara khusus menargetkan praktisi Falun Gong – tetap menjadi otoritas utama yang bertugas melakukan penganiayaan. (ran)