EpochTimes – Sima Qian lahir sekitar 145 SM selama pemerintahan Dinasti Han (206 SM – 220 M). Ia dianggap sebagai sejarawan Tiongkok pertama dan terbesar atas karya monumen¬talnya “Shi Ji”, atau “Catatan Sejarah Agung”.
Sima Qian dibesarkan dari keluarga sejarawan. Ayahnya, Sima Tan, mengabdi kepada Kaisar Wu dari Dinasti Han sebagai Penulis Agung.
Sima Tan bertanggungjawab untuk melacak pengamatan astronomi dan penanggalan untuk upacara, serta untuk menyalin catatan harian peristiwa di Istana. Di bawah bimbingan ayahnya, Sima Qian rajin mempelajari sejarah dan klasik mulai dari usia muda.
Pada 126 SM, Sima Tan mengatur perjalanan berkeliling wilayah kekaisaran bagi Sima Qian saat berusia 20 tahun. Selama perjalanan, Sima Qian mengunjungi monumen kuno dan makam para penguasa besar pada masa lalu. Dia mempelajari secara ekstensif koleksi catatan sejarah yang kaya, termasuk Konfusius, dan mendapatkan banyak manfaat dari perjalanan ini.
Menjadi sejarawan independen
Setelah kembali ke ibukota, Sima Qian diangkat untuk menduduki posisi sebagai petugas istana dan mendampingi Kaisar Wu melakukan inspeksi ke berbagai daerah di seluruh negeri. Ke mana pun kaisar pergi, Sima mengumpulkan dan menyusun catatan sejarah lokal.
Sekitar 110 SM, Sima Tan jatuh sakit. Sebelumnya, ia memulai sebuah proyek ambisius yang membuat catatan sejarah secara utuh untuk pertama kalinya di Tiongkok, yang mencakup lebih dari 2.000 tahun antara pemerintahan Kaisar Kuning dan Kaisar Wu.
Mengetahui dirinya sedang kritis, Sima Tan dengan serius berpesan kepada anaknya untuk melanjutkan tugas penting ini. Sima Qian bersumpah untuk menyelesaikan pekerjaan ayahnya.
Sima Qian kemudian mewarisi posisi ayahnya sebagai sejarawan kekaisaran.
Sima Qian percaya bahwa sejarawan harus tidak memihak dan bersifat independen, daripada melayani sebagai gema dari kaisar.
Untuk mencatat tokoh-tokoh sejarah dan peristiwa secara objektif dan adil, Sima Qian mengabdikan sejumlah besar waktu dan usahanya untuk mengumpulkan dan memverifikasi rincian sejarah, setia melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa catatan tersebut komprehensif dan tidak memihak.
Salah satu tantangan yang dihadapi Sima Qian adalah bagaimana mencatat perbuatan kaisar saat ini dan masa lalu. Dia memutuskan untuk mencatat segala sesuatu, perbuatan baik atau buruk, yang tidak disukai oleh Kaisar Wu.
Penderitaan untuk tujuan yang lebih besar
Pada 99 SM, Jenderal Li Ling menyerah kepada Xiongnu, musuh Tiongkok di utara, setelah melalui pertempuran yang gagah berani dengan pasukan yang relatif kecil, Jenderal Li ditangkap musuh. Ada rumor bahwa ia akhirnya mulai melatih Xiongnu. Kabar ini membuat murka Kaisar Wu dan menyatakan dirinya sebagai pengkhianat.
Di istana, hanya Sima Qian satu-satunya pejabat yang membela Jenderal Li. Kaisar Wu menjadi sangat geram ddan memerintahkan Sima Qian dipenjara sambil menunggu eksekusi atas kejahatan memfitnah kaisar.
Pengadilan kemudian mengurangi hukuman, hukuman Sima Qian ke penjara dan memerintahkan agar ia dikebiri. Meskipun ini tampaknya hukuman yang lebih ringan, tapi dibaliknya ada maksud untuk mengarahkannya pada bunuh diri yang terhormat.
Pengebirian adalah kalimat yang sangat memalukan, karena merupakan tugas anak laki-laki untuk menjaga integritas dari keturunan orangtuanya, kebanyakan pria akan melakukan bunuh diri daripada menderita cobaan tersebut.
Namun, dalam rangka menyelesaikan karya monumental sejarah dan memenuhi janji yang telah ia buat di ranjang ayahnya, Sima Qian memilih untuk bertahan atas penghinaan tersebut daripada mengakhiri hidupnya sendiri.
Sebuah prestasi monumental
Pada tahun 91 SM, saat menginjak usia 55 tahun, Sima Qian akhirnya berhasil menyelesaikan kitab catatan sejarah. Kitab tersebut diberi judul “Shi Ji”, secara keseluruhan kerja keras tersebut memakan waktu lebih dari 10 tahun.
Shi Ji adalah karya sejarah yang luar biasa, sejarah Tiongkok yang lengkap dan pertama, yang mencakup usia dari periode prasejarah dari lima raja bijak, terus melalui Dinasti Xia, Shang, Zhou, dan Qin, yang jauh melampaui abad saat Sima Qian hidup pada masa itu.
Buku ini menyusun sumber yang kompleks dan terkadang bertentangan dari masa lalu, ke dalam sebuah buku, mencakup atas beragam sumber. Ia meliputi lebih dari 2.000 tahun sejarah dan berisi lebih dari 520.000 kata.
Shi Ji dikatakan unik, karena bukan merupakan rekaman sejarah yang disusun secara kronologis berdasarkan peristiwa, namun ia juga mengaitkan sejarah berdasarkan tokoh-tokoh kunci yang terlibat.
Di dalam 130 volume, atau bab, Shi Ji menyajikan sejarah dalam bentuk biografi kekaisaran, jadwal acara, risalah, silsilah keluarga terkemuka, dan biografi tokoh-tokoh penting, ditutup dengan sebuah otobiografi oleh Sima Qian.
Selain itu, tidak seperti kitab-kitab sejarah sebelumnya, yang ditulis sebagai rentetan peristiwa di pengadilan resmi yang di bawah pengawasan keluarga kekaisaran, Shi Ji ditulis secara independen.
Isi kitab tersebut mencakup para penguasa, raja, kaisar, anggota keluarga kerajaan, bangsawan, keluarga feodal, dan bahkan rakyat jelata yang terkenal dengan prinsip yang kuat dan cerita penting.
Namun kitab ini juga berisi risalah yang berharga tentang berbagai topik dari waktu, termasuk ritual sosial, musik, kalender, astronomi, sastra, dan ekonomi.
Kutipan dari Sima Qian dari Shi Ji, seperti tidak mencatat apa pun kecuali kebenaran dan tidak membual dan tidak menutupi, sangat dipuji oleh sejarawan Tiongkok.
Meskipun hidup dalam masa-masa sulit dan bertahan dari cobaan yang berat, Dia tetap tegak dan bertekad untuk mengejar cita-cita moral dalam pekerjaan dan hidupnya.
Dengan mengesampingkan kehormatan pribadinya, Sima Qian meninggalkan generasi pada kemudian hari dengan catatan sejarah Tiongkok secara penuh mulai dari awal. (Epochtimes/ Tanya Harrison/Ajg/Yant)