Media Mengklaim Kepresidenan Trump Paling Negatif Selama 25 Tahun

Pernyataan seputar Presiden Donald Trump bahwa organisasi media sebagian besar memberitakan secara negatif tentang dia terbukti benar menurut sebuah penelitian baru oleh Pew Research Center.

Sebuah analisis terhadap 3.000 cerita selama 100 hari pertama masa kepresidenannya di 24 organisasi media yang berbeda menemukan bahwa laporan tentang Trump telah menjadi yang paling negatif dibandingkan dengan presiden lainnya selama 25 tahun terakhir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 5 persen pelaporan media selama periode tersebut positif. 62 persen cerita negatif, dan 33 persen tidak positif maupun negatif.

Sebagai perbandingan, liputan Presiden Barack Obama selama periode yang sama adalah 42 persen positif, dan 20 persen negatif. Bagi Presiden George W. Bush jumlahnya 22 persen positif, dan 28 persen negatif. Dan bagi Presiden Bill Clinton itu 27 persen positif, dan 28 persen negatif.

Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa sebagian besar liputan media tentang Trump berfokus pada sifat karakternya daripada kebijakannya.

Hanya 31 persen dari semua cerita yang diterbitkan tentang Trump memusatkan perhatian pada isu-isu kebijakan, dibandingkan dengan 50 persen untuk Obama, 65 persen untuk Bush, dan 58 persen untuk Clinton.

“Evaluasi Presiden Trump jauh lebih negatif dan kurang positif dibanding pendahulunya,” tulis Pew Research Center.

Topik yang mendominasi

Lima topik mendominasi liputan berita selama periode waktu yang dievaluasi oleh Pew Research Center, 21 Januari – 30 April, menghiasi dua pertiga dari semua liputan media.

Topik utama terpusat di seputar keterampilan politik Presiden Trump (17 persen), diikuti oleh cakupan imigrasi, sebuah isu kebijakan utama Trump (14 persen), pengangkatan dan pencalonan presiden (13 persen), hubungan AS-Rusia (13 persen), dan kepedulian kesehatan (9 persen).

pemberitaan media tentang Donald Trump yang negatif
Presiden Donald Trump memberi hormat kepada seorang Marinir setelah tiba di Gedung Putih di Washington pada 27 September 2017. (Mark Wilson / Getty Images)

Sejak Trump memenangkan kursi kepresidenan pada bulan November, sebagian besar liputan media telah berusaha mempertanyakan legitimasi kepresidenannya dan menciptakan perpecahan di masyarakat. Sebagian besar organisasi media melaporkan secara panjang lebar tentang dugaan-dugaan kolusi antara kampanye Trump dengan pemerintah Rusia.

Namun, banyak berita tersebut sangat mengandalkan pada sumber anonim dari dalam komunitas intelijen, yang menghasilkan laporan yang acap kali keliru.

Berbicara di bawah sumpah di hadapan Senate Select Committee on Intelligence pada tanggal 8 Juni, mantan pimpinan FBI James Comey tidak mempercayai sebuah cerita di halaman depan tanggal 15 Februari di The New York Times, yang mengatakan Donald Trump dan anggota kampanye presidennya tahun 2016 “telah mengulangi kontak dengan pejabat intelijen senior Rusia di tahun sebelum pemilihan.”

Pada saat itu, The Epoch Times mencatat banyak kekurangan dalam laporan tersebut, yang oleh The New York Times digunakan untuk mendorong narasi kolusi.

Pada persidangan, Senator Tom Cotton (R-AR) menekan Comey lebih jauh tentang tulisan The New York Times tersebut, menanyakan “apakah adil untuk menggolongkan bahwa cerita itu hampir sepenuhnya salah,” Comey menjawab,”Ya.”

Comey menjadi kehilangan kepercayaan pada banyak laporan media lainnya, yang sering mengutip sumber intelijen dan sumber yang tidak disebutkan namanya untuk mendorong narasi mereka bahwa kampanye Trump berkolusi dengan Rusia untuk mempengaruhi pemilihan tersebut.

organisasi media
Mantan Direktur FBI James Comey saat dia bersaksi di hadapan sidang Senate Intelligence Committee mengenai dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden A.G. 201 di Capitol Hill di Washington pada tanggal 8 Juni 2017. (REUTERS / Jonathan Ernst).

“Kalian semua tahu ini. Mungkin orang Amerika tidak,” kata Comey, berbicara dengan panitia Senat. Dia mengatakan ketika berbicara dengan wartawan yang menulis cerita tentang informasi rahasia,” orang-orang yang membicarakannya sering tidak benar-benar tahu apa yang sedang terjadi.”

Dia mengatakan ada banyak cerita tentang penyelidikan Rusia “itu sama sekali salah.”

Pemecahbelahan

Sekretaris Negara Rex Tillerson terpaksa menanggapi sebuah berita yang diterbitkan oleh NBC News awal pekan ini yang telah mengklaim bahwa Tillerson telah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri.

Tillerson mengatakan kepada wartawan pada sebuah konferensi pers yang tidak terjadwal bahwa cerita tersebut salah dan bahwa dia tidak pernah mempertimbangkan untuk mengundurkan diri. Dia juga menuduh organisasi media mencoba memecah belah masyarakat.

“Inilah yang tidak saya mengerti tentang Washington. Saya bukan dari tempat ini. Tapi tempat saya berasal kami tidak berurusan dengan omong kosong semacam itu. Hal ini dimaksudkan untuk tidak berbuat apa-apa selain memecah belah orang. Saya tidak akan menjadi bagian dari usaha untuk memecah pemerintahan ini, “kata Tillerson.

Presiden Trump juga memanggil NBC News untuk penulisan artikel tersebut di Twitter bahwa “Rex Tillerson tidak pernah mengancam untuk mengundurkan diri. Ini adalah berita palsu yang disampaikan oleh @NBCNews.”

Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan pada hari Kamis bahwa dengan kebebasan Amandemen Pertama tersebut juga merupakan tanggung jawab.

“Anda memiliki tanggung jawab untuk mengatakan yang sebenarnya, akurat,” kata Sanders kepada wartawan sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang masalah ini.

“Ketika kami melihat informasi terbaru yang mengatakan bahwa hanya 5 persen liputan media yang positif mengenai Presiden ini dan pemerintahan ini, sementara pada saat bersamaan Anda memiliki pasar saham dan kepercayaan ekonomi pada tingkat tertinggi sepanjang masa.”

“Terus terang, itu adalah isu yang paling diperhatikan orang Amerika – tidak banyak hal yang Anda liput, tidak banyak intrik istana kecil yang Anda gunakan untuk menghabiskan waktu Anda. Saya berpikir bahwa kita perlu bergerak menuju media berita yang lebih tepat, akurat, dan terus terang, yang lebih bertanggung jawab untuk rakyat Amerika,” ungkapnya. (ran)