EpochTimesId – Insiden penembakan dengan senjata api akhir-akhir ini mulai marak terjadi di Amerika Serikat. Terakhir, Pada awal Oktober lalu, di kota Las Vegas seorang pria bersenjata menembaki massa berjubel yang sedang menyaksikan Country Music Festival.
Ditulis Oleh Liang Yan/ Epoch Times Internasional
Insiden Las Vegas menewaskan 59 orang dan 527 lainnya mengalami luka-luka. Ini merupakan kasus penembakan yang paling tragis dalam sejarah AS dan sekali lagi menarik perhatian masyarakat terhadap masalah pengontrolan senjata api oleh pemerintah Amerika.
Polisi menyatakan, Stephen Paddock (64) sang pelaku penembakan yang tewas bunuh diri ketika digerebek polisi, bertindak sendirian. Dia bukan anggota organisasi ekstrim, namun motif penembakan belum bisa dipastikan.
Fakta yang cukup membingungkan bagi polisi adalah, ditemukannya 17 pucuk senjata api di dalam kamar pelaku. Biro Investigasi Federal (FBI) mengeluarkan pernyataan, oknum tersebut tidak ada hubungannya dengan organisasi teroris internasional.
Pasca penembakan brutal di kota Kasino isu pengawasan senjata api di AS sekali lagi memantik polemic yang memanas.
Penyelidikan FBI menemukan, Paddock sebelumnya membeli senjata dari toko ‘Guns and Guitars’. Toko itu beralamat di Nevada Mascot. Pemilik toko mengakui telah menjual semua senjata api itu. Dia menegaskan sebelum menerima pesanan, telah melakukan penyelidikan latar belakang si pembeli sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Federal, dan Negara Bagian.
Pemilik ‘Guns and Guitars’ mengaku tidak menemukan alasan yang menunjukkan bahwa pembeli tidak layak untuk memiliki senjata api. Walau demikian, Kantor Kejaksaan Agung Federal kini sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap pemilik toko.
Dalam 20 tahun belakangan, sangat sering terjadi kasus penembakan di Amerika. Namun pemerintah federal dan kongres tidak melakukan dorongan kuat terhadap pelarangan kepemilikian senjata api. Kondisi ini sangat berhubungan erat dengan nilai tradisional Amerika tentang kepemilikan senjata api dan ‘Bill of Rights’. Bill of Rights atau deklarasi hak adalah sebutan bagi sepuluh perubahan atau amendemen pertama terhadap Konstitusi atau Undang-Undang Dasar Amerika Serikat. Amendemen ini dibuat untuk melindungi hak-hak asli dari kebebasan individu dan hak atas harta benda.
Pada Bab II ‘Bill of Rights’ disebutkan, ”Hak rakyat dalam memiliki dan membawa senjata, tidak dapat dilanggar.”
Ini merupakan sejenis kesiap-siagan yang diciptakan oleh para Founding Father Amerika dalam menghadapi kemungkinan terjadinya metamorfosa oleh pemerintah. Memang benar hal itu telah secara maksimum mencegah terjadinya kondisi seperti negara-negara lain, dimana ketika pasukan militer pemerintah melakukan penindasan terhadap rakyatnya, berhubung rakyat tidak memiliki senjata api maka rakyat samasekali tidak berdaya.
Hak memiliki senjata api merupakan nilai tradisional Amerika. Nilai tradisional yang memposisikan sikap hati-hati terhadap pemerintahan yang berkuasa. Nilai tradisional tersebut mewujudkan hak melindungi rakyat lebih didahulukan daripada hak kekuasaan pemerintah.
Pemahaman seperti itu juga terwujud dalam banyak pidato Trump yang berkali-kali menegaskan kan, ”Rakyat Amerika tidak memuja pemerintah, hanya memuja Tuhan”. Hak untuk memiliki senjata api juga membuat rakyat Amerika mempunyai kepercayaan yang kuat dalam melindungi harta dan tanah milik pribadinya.
Selain itu, pada ‘Amandemen Kedua Kontitusi’ Amerika Serikat tentang masalah senjata api juga sangat istimewa. Konstitusi tidak mengatakan memberi hak kepemilikan senjata api kepada rakyat, melainkan meguatkan hak rakyat yang tidak dapat dilanggar atas kepemilikan dan hak membawa senjata api.
Dengan kata lain, para ‘Founding Father’ Amerika beranggapan, hak tersebut bukan berasal dari pemberian atas kebaikan hati pihak manapun. Hak ini adalah hak asasi manusia pemberian sang Pencipta. Kebijakan ini juga memperlihatkan dengan jelas, Amerika merupakan sebuah negara yang sangat menekankan perlindungan terhadap kerahasiaan pribadi, harta pribadi dan tanah pribadi milik rakyat.
Kesimpulannya, pada 200 tahun silam para pendiri utama negara Amerika Serikat dan para tokoh golongan konservatif meyakini, ‘pemerintahan’ merupakan ‘hewan aneh’ ciptaan manusia, maka harus diwaspadai agar jangan sampai tidak terkendali. Itulah sebabnya, setiap pemerintahan AS selalu menyerukan penambahan undang-undang demi pengontrolan atas senjata api.
Pemerintah antara lain sudah mengeluarkan Undang-Undang hanya tentang pembatasan terhadap beberapa tipe senjata api, melakukan penyelidikan terhadap kondisi dan latar belakang pembeli, apakah mereka pernah berbuat kejahatan pelanggaran hukum dan lain-lain, demi mengurangi bahaya dari perbuatan jahat penggunaan senjata api. Akan tetapi, sulit bagi pemerintah untuk mengeluarkan Undang-Undang yang memuat pelarangan secara total atas penggunaan senjata api, karena hal itu bertentangan dengan ‘Konstitusi’ dan kebudayaan tradisional. (tys/whs/waa)