Home Blog Page 6

Tiga Ucapan yang Konon Menyinggung yang Di ATAS— Bukan Takhayul, Tapi Sering Terbukti Benar

EtIndonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar nasihat dari orang tua: “Bertutur katalah dengan penuh kebajikan.”  Bahkan ada pepatah yang mengatakan: “Ada tiga jenis ucapan yang bisa menyinggung langit (Tuhan).”

Sekilas terdengar seperti takhayul. Namun jika direnungkan lebih dalam, kita akan sadar bahwa mereka yang tak bisa menjaga ucapan, yang suka bicara sembarangan, memang sering dirundung masalah; sementara orang yang berhati-hati dalam berkata-kata, biasanya hidupnya lebih damai dan lancar.

Ketiga jenis ucapan ini bukan sekadar larangan mistis, tapi sesungguhnya mengandung kebijaksanaan hidup dari para leluhur yang sangat patut direnungkan. Dan kenyataannya, kerap kali terbukti benar.

1. Ucapan Kasar dan Kotor: Menginjak Martabat Orang Lain

Sebagian orang menganggap mengumpat atau berkata kasar hanyalah pelampiasan sesaat, bukan perkara besar. Padahal, kata-kata adalah seperti pisau—bisa meninggalkan luka dalam di hati orang lain, luka yang mungkin tak akan sembuh seumur hidup.

Ketika seseorang memakai bahasa yang menghina atau merendahkan orang lain, bukan hanya memicu konflik, tetapi juga perlahan akan menghancurkan hubungan sosialnya sendiri. Orang yang gemar berkata kasar akan dianggap tidak beradab, tidak dapat dipercaya, dan akhirnya akan dijauhi banyak orang.

Bayangkan seorang karyawan yang memarahi rekan kerjanya dengan berkata: “Kerjaan segini aja nggak bisa? Otakmu ke mana sih?”

Kalimat seperti ini bukan hanya melukai harga diri rekan kerjanya, tapi juga menghancurkan keharmonisan tim. Pada akhirnya, dia sendiri yang akan terpinggirkan.

Seperti pepatah Tiongkok mengatakan: “Satu kata lembut bisa menghangatkan musim dingin tiga tahun; satu kalimat kejam bisa membekukan musim panas enam bulan.”

Ucapan kasar bukan hanya menyakiti orang lain, tapi juga menggali lubang di jalan hidup kita sendiri.

2. Sumpah Serapah: Mengundang Balasan Negatif pada Diri Sendiri

Ada pula orang yang jika sedang marah, langsung melontarkan sumpah serapah yang keji seperti:

“Semoga kamu ketabrak mobil!”

“Kamu nggak akan sukses seumur hidup!”

Kata-kata semacam ini mungkin terasa melegakan sesaat, tetapi sesungguhnya sedang menguras keberuntungan dan energi positif dari dalam diri sendiri.

Dalam pandangan psikologi, orang yang sering mengutuk atau menyumpahi orang lain biasanya hidup dalam emosi negatif yang dalam, melihat dunia dengan kacamata yang kelam, dan berpikir dengan pola yang pesimistis. Akibatnya, pilihan hidup mereka pun jadi buruk, dan hidup mereka makin lama makin terpuruk.

Selain itu, orang seperti ini juga akan dihindari oleh lingkungan sosialnya. Siapa yang nyaman berada dekat dengan seseorang yang mulutnya bisa “menyakiti kapan saja”?

Contohnya, dalam konflik tetangga, hanya karena masalah sepele lalu saling menyumpahi, hasil akhirnya justru semakin memperkeruh suasana, dan bisa berujung permusuhan bertahun-tahun.

Mengucapkan sumpah serapah sama dengan melempar sampah ke dalam hidup sendiri—dan pada akhirnya, kita sendiri yang akan tenggelam dalam bau busuknya.

3. Pamer dan Membual Berlebihan: Mengundang Iri Hati dan Bencana

Merayakan kebahagiaan dan pencapaian hidup adalah hal yang wajar. Namun, ada sebagian orang yang menjadikan pamer sebagai gaya hidup.

Baru beli mobil, ganti rumah, anak dapat nilai bagus—semuanya diumbar ke mana-mana. Mereka berpikir itu akan membuat orang kagum, tapi kenyataannya justru menyulut rasa iri dan benci dari orang lain.

Ada pepatah bijak berkata: “Jangan memamerkan harta, jangan berjalan sendiri dalam kemuliaan.”

Terlalu sering memamerkan kekayaan atau status sosial akan mengundang kecemburuan, bahkan bisa mengundang celaka. Dalam sejarah, tak sedikit pejabat atau tokoh publik yang jatuh karena terlalu suka pamer.

Dalam kehidupan nyata, kita juga sering mendengar orang yang karena terlalu sering memamerkan kekayaan di media sosial, akhirnya menjadi sasaran kejahatan dan mengalami kerugian besar.

Pamer bukanlah bentuk kesuksesan, tapi adalah jalan sunyi menuju bahaya yang tidak terlihat.

Penutup: Tiga Ucapan, Tiga Pelajaran Hidup

Tiga jenis ucapan di atas—kata kasar, sumpah serapah, dan pamer berlebihan—meski tampak ringan, namun membawa konsekuensi besar bagi hidup seseorang. Dan inilah yang oleh orang dulu disebut sebagai “tiga ucapan yang bisa menyinggung langit”.

Bukan karena langit akan langsung menghukum, tapi karena setiap ucapan punya daya energi, yang bisa memengaruhi pikiran, perilaku, dan nasib kita sendiri.

Maka, orang bijak selalu berkata: “Jaga mulutmu seperti menjaga hidupmu.”

Karena sering kali, apa yang kita ucapkan hari ini adalah benih dari nasib kita besok.(jhn/yn)

Kasus COVID-19 Melonjak di Luar Negeri, Kemenkes RI Perkuat Surveilans Penyakit Menular Hingga Imbau Masyarakat Waspada

0

EtIndonesia. Kementerian Kesehatan RI menanggapi meningkatnya kasus COVID-19 di beberapa negara Asia seperti Singapura, Thailand dan Hongkong, yang saat ini tengah mengalami tren kenaikan kasus. Peningkatan tersebut terjadi di tengah tingginya mobilitas masyarakat, termasuk dari Indonesia, yang diperkirakan akan bepergian untuk menghadiri berbagai agenda internasional seperti konser artis dunia Lady Gaga yang dimulai pada 18 Mei 2025.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, menjelaskan bahwa berdasarkan pemantauan hingga minggu ke-19 tahun 2025 kondisi penyebaran virus masih dalam batas aman.

“Di tengah dinamika global, kami ingin menyampaikan bahwa kondisi di Indonesia tetap aman. Surveilans penyakit menular, termasuk COVID-19, terus kami perkuat, baik melalui sistem sentinel maupun pemantauan di pintu masuk negara,” ujar Aji di Jakarta, Senin (19/5) dikutip dari situs Kemenkes RI. 

Di Singapura, lonjakan kasus tercatat namun masih berada dalam pola musiman yang lazim terjadi setiap tahun. Varian yang bersirkulasi di sana merupakan turunan dari JN.1, yang tidak menyebabkan peningkatan keparahan kasus.

Menanggapi hal ini, Aji menegaskan bahwa pemerintah belum memberlakukan pengetatan akses keluar-masuk negara. Namun, pengawasan dan pemantauan di pintu masuk internasional tetap ditingkatkan melalui SatuSehat Health Pass (SSHP). Hingga saat ini, belum ada larangan perjalanan ke luar negeri, tetapi masyarakat diimbau untuk lebih waspada, terutama jika berencana bepergian ke negara yang sedang mengalami lonjakan kasus.

“Kami mendorong masyarakat untuk mengikuti perkembangan situasi di negara tujuan, mematuhi protokol kesehatan yang berlaku di sana, dan menunda perjalanan apabila tidak mendesak atau dalam kondisi kurang sehat,” katanya.

Kementerian Kesehatan juga terus mengingatkan pentingnya penerapan protokol kesehatan dasar seperti mencuci tangan, menggunakan masker saat batuk pilek, serta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala yang mengarah pada infeksi saluran napas atau flu.

Selain itu, vaksinasi booster COVID-19 tetap direkomendasikan, terutama bagi mereka yang belum mendapatkannya atau termasuk dalam kelompok rentan seperti lansia dan penderita komorbid.

“Masyarakat tidak perlu panik, namun kewaspadaan tetap penting. Kami pastikan langkah-langkah deteksi dini, pelaporan, dan kesiapsiagaan terus kami jalankan untuk menjaga situasi nasional tetap aman,” tutup Aji. (Kemenkes RI/asr)

Jangan Pernah Beli 6 “Barang Cantik Tapi Tak Berguna” Ini di Rumah — Uangmu Bukan Hasil Tiupan Angin!

EtIndonesia. Sekarang ini, mendekorasi rumah bukan lagi sekadar soal tempat tinggal, tapi sudah jadi bentuk pengejaran kualitas hidup.

Di era media sosial, banyak sekali furnitur viral dan estetik yang berseliweran. Saking cantiknya, rasanya sulit untuk menahan diri untuk tidak ikut-ikutan untun membeli.

Tapi siapa sangka, beberapa furnitur yang viral ini ternyata hanya “cantik doang”, tapi tak berguna—buang-buang uang, makan tempat, dan bikin rumah malah makin ribet.

Berikut ini daftar beberapa furnitur yang sebaiknya tidak kamu beli saat mendekorasi rumah, supaya kamu tidak salah pilih dan menyesal kemudian:

1. Sofa Tatami: Indah di Awal, Sakit di Belakang

Waktu sofa model tatami pertama kali muncul, tampilannya yang unik dan kesan empuknya langsung bikin jatuh hati. Saya pun ikut beli satu.

Awalnya sih senang banget, rasanya empuk kayak duduk di atas awan. Tapi cuma bertahan beberapa hari, karena…

  • Busa cepat kempes, lama-lama jadi keras seperti papan.
  • Kain luarnya kasar, lama-lama berbulu dan tampak lusuh.
  • Harganya tidak murah, bisa ratusan ribu bahkan jutaan—tapi ujung-ujungnya cuma dipakai buat pajangan foto.

Kesimpulan: Kalau beli cuma untuk keperluan estetik Instagram, silakan. Tapi kalau mengharapkan kenyamanan dan daya tahan, lebih baik cari alternatif lain yang benar-benar bisa dipakai dalam jangka panjang.

2. Kursi Akrilik Transparan: Cantik, Tapi Rapuh dan Ribet

Secara visual, kursi akrilik transparan memang luar biasa cantik—berkesan elegan dan modern. Tapi sayangnya:

  • Tidak tahan terhadap alkohol atau cairan pembersih—salah bersihin, bisa jadi buram atau rusak.
  • Mudah tergores, bahkan oleh debu atau tisu kasar.
  • Banyak yang desainnya nggak ergonomis—kayak dirancang buat dilihat, bukan untuk diduduki.
  • Bahkan ada kasus, kursi retak saat diduduki. Bayangkan kecewanya!

Kesimpulan: Kalau hanya untuk pajangan di pojok ruangan, boleh-boleh saja. Tapi kalau kamu butuh kursi yang beneran nyaman dan awet, hindari kursi akrilik.

3. Kursi Lipat untuk di Tempat Tidur: Niatnya Nyaman, Malah Bikin Sakit Punggung

Kursi lipat untuk di atas tempat tidur memang kedengarannya praktis. Tapi kenyataannya:

  • Tidak punya sandaran leher atau punggung yang memadai.
  • Kaki kursinya tidak stabil, bisa saja terjungkal ke belakang kalau kamu sandaran.
  • Tidak nyaman untuk duduk lama, bisa bikin pegal dan nyeri pinggang.

Padahal kalau di tempat tidur ingin santai, bisa juga pakai bantal sandaran atau headboard empuk—jauh lebih nyaman dan aman.

Kesimpulan: Kursi lipat ini gagal fungsi dan potensi bahaya, lebih baik pilih solusi yang lebih stabil dan ergonomis.

4. Kursi Bentuk Unik: Hanya Menyenangkan Mata, Menyiksa Tubuh

Kursi dengan desain artistik dan bentuk tak biasa (alias kursi “ins-style”) memang bikin rumah tampak beda. Tapi begitu kamu duduk…

  • Rasanya keras seperti batu.
  • Tidak ada penyangga tubuh yang nyaman.
  • Dipakai lima menit saja sudah pengen berdiri.

Kesimpulan: Desain boleh unik, tapi kenyamanan tetap nomor satu. Kalau tidak bisa dipakai duduk dengan nyaman, buat apa? Jangan sampai jadi furnitur pajangan yang cuma ngumpulin debu.

5. Lemari Goyang yang Tidak Aman: Ancaman untuk Anak Kecil

Banyak lemari dengan desain cantik dan tinggi menjulang yang saat ini sedang tren. Tapi perhatikan:

  • Jika tidak dipasang ke dinding, rawan tumbang, apalagi kalau rumah ada anak kecil yang aktif.
  • Anak-anak bisa tidak sengaja menabrak atau memanjat, dan lemari bisa roboh menimpa mereka.
  • Bahkan kalau sudah dipasang, tetap harus periksa daya tahan, kekokohan, dan beban maksimum.

Kesimpulan: Estetik boleh, tapi keselamatan lebih penting. Jangan pernah kompromi soal ini, terutama kalau di rumah ada anak kecil.

6. Rak Gantung (Floating Shelf): Estetik Tapi Gagal Fungsi

Di kafe-kafe, rak gantung sering terlihat manis—dipakai memajang buku, tanaman kecil, atau hiasan. Tapi di rumah?

  • Tidak bisa menahan beban berat, apalagi untuk buku dalam jumlah banyak.
  • Mudah jatuh jika tidak terpasang dengan benar.
  • Mudah berdebu, dan susah dibersihkan kalau letaknya tinggi.

Kesimpulan: Jika memang ingin rak gantung, pastikan hanya untuk barang ringan dan dekoratif. Kalau untuk penyimpanan serius, lebih baik gunakan rak berdiri atau kabinet tertutup.

Penutup: Jangan Tertipu Tampilan, Pilih yang Benar-benar Berguna

Memang, desain indah bisa bikin jatuh hati, tapi kalau tak bisa digunakan dengan baik, ujung-ujungnya cuma jadi pajangan mahal yang mengganggu.

Ingatlah: furnitur itu untuk dipakai bertahun-tahun, bukan sekadar numpang cantik di foto dua menit.

Daripada uangmu terbuang untuk beli “barang cantik tapi tak berguna”, lebih baik pilih yang fungsional, aman, dan tahan lama. Toh, uangmu bukan hasil ditiup angin, kan?(jhn/yn)

Benarkah Peramal Ulung Tak Bisa Lari dari Takdirnya Sendiri?

EtIndonesia. Pada 19 Desember 1941, terjadi sebuah peristiwa besar yang menggemparkan Hong Kong, dan nyaris semua orang mengetahuinya. Peristiwa itu berkaitan dengan Lin Gengbai, seorang tokoh legendaris di dunia ilmu perbintangan dan ramalan Tiongkok, yang dikenal sebagai “mulut besi” karena ketepatan ramalannya. 

Dia sempat meramalkan bahwa dirinya akan mengalami kematian tragis pada tahun tersebut, dan demi menghindari malapetaka itu, dia memilih melarikan diri ke Hong Kong, berharap bisa menghindari bencana. Namun takdir berkata lain—dalam perjalanan pulang ke penginapannya setelah makan malam di rumah temannya, dia terkena tembakan dan tewas di jalan, saat Hong Kong sedang berada dalam situasi darurat militer.

Banyak orang heran—jika ramalannya begitu akurat, mengapa dia tak bisa menghindari nasib tragisnya sendiri?

Masa Muda yang Cemerlang, Ramalan yang Menggemparkan

Lin Gengbai lahir tahun 1894 di Fujian, dan dibesarkan oleh kakaknya. Pada usia 7 tahun, dia masuk sekolah tradisional, dan setahun kemudian pergi ke Beijing untuk menuntut ilmu. Pada usia 13 tahun, dia lulus ujian masuk ke Sekolah Kekaisaran Beijing, dan di usia 16 tahun, dia sudah ikut ambil bagian dalam Revolusi Xinhai, bahkan menjadi tangan kanan Sun Yat-sen. Tahun 1913, sebelum genap berusia 20 tahun, dia telah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Komite Perumus Konstitusi, menjadikannya sosok muda berbakat dengan masa depan cerah.

Namun, namanya benar-benar meledak karena sebuah ramalan pada tahun 1915. Saat itu, Yuan Shikai, Presiden Republik Tiongkok, memutuskan untuk menobatkan dirinya sebagai kaisar, mengkhianati cita-cita revolusi. Para revolusioner muda murka, namun tak berdaya karena Yuan memiliki kekuatan militer besar.

Suatu malam di sebuah kedai minum, Lin Gengbai berdiri dan menyatakan dengan lantang: “Yuan Shikai tidak punya takdir menjadi kaisar. Kalau dia memaksa diri, dia pasti cepat mati.” Semua orang hanya tertawa. Tapi Lin serius. Dia berkata: “Saya telah mempelajari ilmu nasib, dari delapan karakter kelahirannya, hidup Yuan tak akan lama. Tak percaya? Saya akan tulis ramalannya di dinding. Lihat nanti.” Dan benar, dia menulis ramalannya di dinding kedai itu.

Ramalan Terbukti: Kematian Yuan Shikai dan Ketepatan Lin Gengbai

Tahun berganti, situasi politik berubah drastis. Provinsi-provinsi mulai menyatakan kemerdekaan, dan gelombang pemberontakan pun meletus. 

Pada 22 Maret, Yuan Shikai menyerah dan turun tahta—hanya 83 hari setelah memproklamirkan dirinya sebagai kaisar. Tak lama kemudian, kesehatannya memburuk. Pada 6 Juni, dia meninggal dunia secara mendadak. 

Dalam pesan terakhirnya, dia menulis: “Telah hilang satu musuh besar Jepang, semoga Tiongkok bisa membangun kembali republiknya.”

Jelas terlihat bahwa di akhir hayatnya, dia menyesali keputusannya. Tapi tetap saja, dia tak bisa lolos dari takdir kematian.

Ketika kabar kematian Yuan menyebar, orang-orang teringat akan tulisan Lin di dinding kedai. 

Tulisan itu masih ada, dalam huruf hitam di atas latar putih: “Xiangcheng (Yuan Shikai) sudah mendekati akhir hidupnya. Orang-orang yang menyanjungnya hanya menganggap gunung es sebagai Gunung Tai.”

Gunung es tentu akan meleleh. Artinya, kejayaan Yuan hanya sementara.

Sejak saat itu, Lin Gengbai menjadi bintang di dunia ramalan, didatangi banyak tokoh terkenal untuk konsultasi nasib.

Ramalan-Ramalan Lain yang Menjadi Nyata

Lin Gengbai menguasai ilmu ba zi (delapan karakter kelahiran) secara otodidak. Hasil analisisnya seringkali mencengangkan karena begitu akurat. 

Dia pernah meramalkan:

  • Liao Zhongkai, tokoh besar Republik Tiongkok, akan mati terbunuh — benar, dia tewas dibunuh pada tahun 1925.
  • Hu Shi akan bersinar di dunia sastra — terbukti, dia menjadi sastrawan besar.
  • Kang Youwei, tokoh reformasi Tiongkok, akan meninggal dunia sekitar usia 71 — benar, dia meninggal pada usia 70 tahun (menurut penanggalan tradisional Tiongkok).
  • Xu Zhimo, penyair terkenal, akan meninggal secara tragis — dan dia memang meninggal dalam kecelakaan pesawat pada tahun 1931.

Karena reputasinya yang luar biasa, tarif konsultasi Lin pun melambung. Konon, sekali membaca delapan karakter, dia dibayar lebih dari 100 dolar perak, bahkan bisa mencapai 500 dolar.

Ramalan Nasib Diri Sendiri: Tak Bisa Dihindari

Namun tak lama kemudian, Lin Gengbai menyadari sesuatu yang mengerikan—dari perhitungan nasibnya sendiri, dia akan mengalami bencana berdarah pada usia 45 tahun. Dia mencoba berbagai cara untuk melewati titik rawan itu.

Atas saran ahli fisiognomi Tao Banmei, dia pun memutuskan untuk pergi ke Hong Kong, yang saat itu masih menjadi koloni Inggris, dan dianggap lebih aman. Namun manusia berencana, Tuhan menentukan—dia tiba di Hong Kong pada 1 Desember 1941, dan hanya seminggu kemudian, Perang Pasifik meletus, Jepang menginvasi Hong Kong. Beberapa hari kemudian, Lin Gengbai terkena tembakan dan tewas di jalanan. Kematian tragis itu membuat banyak orang terpukul dan merenung dalam diam.

Benarkah Tak Bisa Mengubah Takdir? Kisah Harapan dari Yuan Liaofan

Apakah benar peramal sehebat apa pun tak bisa lari dari takdir? Tidak selalu.

Contoh yang terkenal adalah Yuan Liaofan, seorang tokoh dari Dinasti Ming. Semasa mudanya, seorang peramal telah meramal dengan sangat tepat tentang hidupnya—termasuk karier dan umur pendek, serta bahwa ia tidak akan memiliki anak.

Namun pada usia 37 tahun, hidup Yuan mulai berubah. Dia mulai bersungguh-sungguh berbuat kebajikan. Sejak itu, takdir hidupnya pun perlahan berubah. Dia meninggal pada usia 74 tahun, dan bahkan memiliki anak yang menemaninya hingga akhir hayat.

Pada usia 69 tahun, Yuan Liaofan menuliskan seluruh pengalaman hidupnya dalam buku berjudul 《Liao Fan Si Xun》(“Empat Nasihat Liaofan”), yang hingga kini dikenal sebagai salah satu buku klasik paling terkenal dalam ajaran moral dan spiritual Tiongkok.

Kesimpulan: Takdir Bisa Diubah Melalui Perbuatan

Orang zaman dulu berkata: “Keluarga yang giat berbuat baik akan diberkati turun-temurun, sedangkan keluarga yang kerap berbuat jahat pasti akan mengalami kemalangan.”

Berbuat kebajikan sejati bukan sekadar slogan atau formalitas, melainkan tindakan yang berasal dari ketulusan hati, dilakukan secara konsisten dan tanpa pamrih. Dengan akumulasi kebaikan yang terus-menerus, akan terjadi perubahan yang nyata, baik dalam energi hidup maupun lingkungan sekitar.

Pada akhirnya, takdir bukanlah sesuatu yang absolut. Dia seperti sungai—bisa dibelokkan, bisa ditata, selama kita tahu bagaimana mengayuh dengan benar. (jhn/yn)

Tahun Depan AS Keluar dari WHO, WHO Terpaksa Pangkas Skala Operasional

EtIndonesia. Pada Selasa (20/5), Majelis Kesehatan Dunia (WHA) akan digelar di Jenewa, Swiss, dengan dihadiri ratusan pejabat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para donor, serta diplomat dari berbagai negara. Agenda utama tahun ini adalah membahas bagaimana WHO akan menghadapi krisis kesehatan masyarakat global, seperti cacar monyet (Mpox) dan kolera, setelah Amerika Serikat keluar dari keanggotaan WHO pada tahun depan.

Menurut laporan Reuters, pertemuan tahunan yang berlangsung selama beberapa hari ini mencakup sesi rapat, pemungutan suara, dan pengambilan keputusan, serta biasanya merefleksikan skala dan jangkauan operasi WHO. Sebagaimana diketahui, WHO didirikan dengan misi utama untuk menangani wabah penyakit, menyetujui penggunaan vaksin, serta memperkuat sistem kesehatan global.

Namun, setelah Presiden AS, Donald Trump kembali menjabat pada 20 Januari tahun ini dan langsung menandatangani perintah eksekutif untuk menarik Amerika Serikat dari WHO pada 22 Januari tahun depan, diskusi dalam sidang WHO tahun ini berfokus pada satu hal penting: pemangkasan skala organisasi.

WHO Fokus pada Program “Bernilai Tinggi”

Daniel Thornton, Kepala Departemen Koordinasi Sumber Daya WHO, mengatakan kepada Reuters: “Tujuan kami sekarang adalah fokus pada hal-hal yang benar-benar bernilai tinggi.”

Namun, definisi tentang apa yang dimaksud dengan “hal-hal bernilai tinggi” masih dalam perdebatan. Sejumlah pejabat WHO menyatakan bahwa organisasi ini akan tetap memprioritaskan pemberian panduan kepada negara-negara terkait penggunaan vaksin baru, serta metode pengobatan penyakit dari obesitas hingga HIV/AIDS.

Menurut dokumen pengarahan yang diperoleh Reuters—yang juga telah dibagikan kepada para donor WHO—ditegaskan bahwa kegiatan seperti persetujuan obat baru dan penanganan wabah penyakit akan tetap menjadi prioritas, namun program pelatihan dan kantor-kantor di negara maju kemungkinan akan ditutup.

AS Adalah Pendonor Terbesar Kedua WHO

Selama ini, Amerika Serikat menyumbang sekitar 18% dari total dana operasional WHO, menjadikannya salah satu donor terbesar. 

Seorang diplomat Barat yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan: “Kita harus bertindak sesuai dengan kapasitas yang ada.”

Sejak menjabat kembali, Presiden Trump telah mengumumkan sejumlah kebijakan pemangkasan bantuan luar negeri, serta menarik AS dari berbagai perjanjian multilateral dan inisiatif global. Langkah ini menyebabkan WHO bersiap-siap menghadapi pengurangan anggaran dan pemangkasan staf dalam skala besar.

Pembahasan Lain: Perjanjian Pandemi dan Dana Tambahan

Selain membahas penyesuaian pasca keluarnya AS, agenda lain dalam Majelis Kesehatan Dunia tahun ini mencakup pengesahan perjanjian global bersejarah mengenai penanganan pandemi di masa depan, serta upaya penggalangan dana tambahan untuk memperkuat kesiapsiagaan global terhadap ancaman kesehatan.(jhn/yn)

Arah Politik Eropa Berubah: Pemilu Parlemen Portugal Dikuasai Tiga Kubu, Kelompok Konservatif Jadi Pemenang Terbesar


EtIndonesia. Pada 18 Mei, Portugal menggelar pemilu legislatif lebih awal. Hasilnya, partai tengah-kanan yang tengah berkuasa meraih jumlah kursi terbanyak, namun kembali gagal memperoleh mayoritas di parlemen. Sementara itu, partai Chega—yang oleh banyak pihak dikategorikan sebagai kelompok sayap kanan ekstrem—menjadi kejutan besar dan disebut sebagai pemenang sejati dalam pemilu ini.

Ini adalah pemilu ketiga yang digelar Portugal dalam tiga tahun terakhir. Hasilnya berpotensi memperburuk ketidakstabilan politik di negara anggota NATO dan Uni Eropa ini, terutama di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global dan upaya Uni Eropa memperkuat pertahanan kolektif.

Berdasarkan hasil penghitungan resmi yang hampir selesai, Partai Aliansi Demokratik (Democratic Alliance, AD) yang dipimpin Perdana Menteri Luís Montenegro meraih 32,7% suara. Sementara Partai Sosialis (PS) dan partai Chega bersaing ketat untuk posisi kedua.

Dari total 230 kursi parlemen Portugal, AD memperoleh 89 kursi—bertambah 9 kursi dibandingkan pemilu sebelumnya. Chega berhasil mendapatkan 58 kursi, naik 8 kursi dari sebelumnya. Partai Sosialis juga memperoleh 58 kursi, namun kehilangan 20 kursi dari pemilu lalu, menjadikannya hasil terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Akibat kekalahan ini, ketua Partai Sosialis mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab.

Partai “Inisiatif Liberal” (Initiative Liberal, IL), sebuah partai baru yang pro-bisnis, berhasil memperoleh 9 kursi. Namun, bahkan dengan dukungan partai ini, kubu pemerintah tetap memerlukan dukungan Chega untuk membentuk mayoritas agar dapat meloloskan undang-undang secara efektif di parlemen.

Marina Costa Lobo, pakar ilmu politik dari Universitas Lisbon, mengatakan kepada AFP : “Belum jelas apakah hasil ini akan meningkatkan kemampuan pemerintah untuk memerintah.” Ia menambahkan bahwa Chega adalah “pemenang terbesar malam ini.”

Arah Politik Eropa Berubah

Tak hanya Portugal, beberapa negara Eropa juga menggelar pemilu pada bulan Mei ini. Di Rumania, kandidat dari kubu tengah pro-Uni Eropa, Mircea Dănă, memenangkan putaran kedua pemilu presiden dengan perolehan suara lebih dari 55%. Sementara itu, Polandia juga akan menggelar putaran pertama pemilu presiden, dan hasil jajak pendapat menunjukkan kandidat pro-Uni Eropa dari kubu tengah, Radosław Sikorski, unggul tipis dengan 30,8% suara.

Di ujung barat Eropa, partai Aliansi Demokratik (AD) yang dipimpin Luís Montenegro memang berhasil keluar sebagai pemenang dalam pemilu Portugal, namun tetap gagal meraih mayoritas absolut. Montenegro sendiri menolak untuk membentuk koalisi dengan Chega, dengan alasan bahwa partai tersebut “tidak dapat dipercaya” dan “tidak cocok untuk memerintah.”

Pengamat di Barat menilai bahwa meskipun secara teknis kubu tengah-kanan masih mendominasi, kenyataan bahwa partai kiri-tengah dan sayap kanan ekstrem hampir menyamai mereka dalam jumlah kursi menunjukkan bahwa arah angin politik di Portugal telah berubah secara signifikan.(jhn/yn)

Mantan Presiden AS Joe Biden Didiagnosis Menderita Kanker Prostat, Telah Menyebar ke Tulang

Pada  18 Mei 2025 waktu setempat, kantor mantan Presiden Amerika Serikat Joe Biden merilis sebuah pernyataan yang menyebutkan bahwa Biden telah didiagnosis menderita kanker prostat ganas dan sel kanker tersebut telah menyebar ke tulang.

EtIndonesia. Pernyataan yang dikeluarkan kantor Mantan Presiden AS Joe Biden, disebutkan ia menjalani pemeriksaan medis pekan lalu karena gejala sistem urin yang memburuk. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya benjolan pada prostat. Pada  Jumat (16 Mei), ia didiagnosis menderita kanker prostat dengan skor Gleason 9 (tingkat 5), dan kanker tersebut telah menyebar ke tulang.

Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa meskipun ini merupakan jenis kanker yang lebih agresif, kanker ini tampaknya responsif terhadap terapi hormon, sehingga masih memungkinkan untuk dilakukan pengobatan yang efektif. Biden dan keluarganya saat ini sedang berdiskusi dengan dokternya mengenai rencana pengobatan.

Disebutkan juga bahwa Biden, yang kini berusia 82 tahun, bersama keluarganya sedang menjajaki berbagai pilihan pengobatan bersama tim medisnya.

Menurut sumber yang mengetahui situasi tersebut kepada CNN, Biden saat akhir pekan ini berada di rumahnya di Wilmington, Delaware. CNN juga menanyakan lokasi tempat Biden akan menjalani pengobatan.

Setelah kantor Biden mengumumkan kondisi kesehatannya, berbagai tokoh politik menyampaikan keprihatinan dan doa untuk kesembuhannya.

Pada 18 Mei waktu setempat, Presiden AS Donald Trump menulis di platform media sosial “Truth Social” bahwa ia dan istrinya merasa sedih atas diagnosis penyakit Biden, dan menyampaikan doa serta harapan tulus kepada Biden dan keluarganya, sembari mendoakan kesembuhan yang cepat dan sukses.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga menyampaikan melalui platform X bahwa ia dan istrinya turut mendoakan keluarga Biden.

Joe Biden menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat dari Januari 2021 hingga Januari 2025. Pada Juni 2024, ia tampil kurang meyakinkan dalam debat dengan kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, yang menyebabkan kepanikan di kalangan rekan separtainya dari Partai Demokrat. 

Beberapa minggu kemudian, Biden secara tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya dari pencalonan untuk masa jabatan kedua. Wakil Presiden saat itu, Kamala Harris, kemudian menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat, namun kalah dalam pemilu presiden November 2024 dari Trump.

Sejak meninggalkan Gedung Putih pada Januari, Biden relatif tidak banyak muncul di depan publik, namun belakangan ini ia perlahan mulai kembali ke hadapan publik, termasuk tampil dalam program “The View” di ABC awal bulan ini. Ia juga menghadiri pemakaman Paus Fransiskus. (Hui/asr)

Sumber : NTDTV.com 

30 Tahun Hilangnya Panchen Lama, Masih Tak Diketahui Hidup atau Mati – Marco Rubio: Hentikan Penindasan!


EtIndonesia. Tepat pada 17 Mei 1995, seorang anak berusia 6 tahun yang juga merupakan tokoh spiritual Tibet, Panchen Lama ke-11 Gedhun Choekyi Nyima, diculik oleh otoritas Partai Komunis Tiongkok (PKT). Sejak saat itu, dia dan keluarganya menghilang tanpa jejak. Hari ini menandai 30 tahun penculikan tersebut, dan seruan internasional kembali menggema agar pemerintah Tiongkok mengungkap keberadaan Panchen Lama serta membebaskan dia dan keluarganya.

Pada 18 Mei 2025, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan resmi, menyatakan bahwa Panchen Lama telah “menghilang selama tiga dekade”, dan mendesak Beijing untuk menghadapi fakta serta bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.

Rubio: Panchen Lama Harus Dibebaskan, Tiongkok Harus Hentikan Penindasan

Dalam pernyataannya, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio menegaskan bahwa penculikan itu terjadi hanya tiga hari setelah Dalai Lama ke-14 mengumumkan pengakuannya terhadap Gedhun Choekyi Nyima sebagai inkarnasi sah Panchen Lama ke-11. Namun, bocah itu langsung disapu bersih dari publik, dan hingga hari ini tidak ada satu pun kabar resmi mengenai keberadaannya.

Rubio menyerukan agar Pemerintah Tiongkok segera membebaskan Gedhun Choekyi Nyima dan menghentikan penindasan terhadap kebebasan beragama rakyat Tibet.

Dua Pemimpin Spiritual Utama dalam Buddhisme Tibet

Dalam ajaran Buddhisme Tibet, Dalai Lama dan Panchen Lama adalah dua pemimpin spiritual tertinggi yang saling mengakui reinkarnasi satu sama lain. Pada 14 Mei 1995, Dalai Lama mengumumkan secara resmi bahwa bocah berusia 6 tahun tersebut adalah reinkarnasi sah Panchen Lama.

Namun, pada 17 Mei, hanya tiga hari kemudian, bocah itu dan keluarganya diculik oleh rezim Komunis Tiongkok.

Aksi Protes dan Kekhawatiran akan Masa Depan Dalai Lama

Pada hari peringatan 30 tahun penculikan tersebut, warga Tibet di pengasingan menggelar aksi protes di Dharamsala, India, mengecam Tiongkok atas penahanan terhadap pemimpin spiritual mereka dan menuntut pembebasan.

Di saat yang sama, menjelang ulang tahun ke-90 Dalai Lama yang akan jatuh pada 6 Juli, kekhawatiran dunia meningkat mengenai suksesi dan manipulasi reinkarnasi Dalai Lama oleh Pemerintah Tiongkok.

Tuntutan Global: Di Mana Panchen Lama?

Organisasi Christian Solidarity Worldwide (CSW) melalui pejabat urusan publiknya Ellis Heasley menyampaikan peringatan bahwa Panchen Lama ke-11 menjadi tahanan politik termuda di dunia. Sejak 1996, Komite Hak Anak PBB telah menyerukan Tiongkok untuk memberikan informasi tentang bocah tersebut, namun tidak pernah mendapat jawaban yang dapat dipercaya.

Heasley juga mengungkap bahwa pada Mei 2020, Pemerintah Tiongkok sempat mengklaim bahwa Nyima telah menerima pendidikan gratis, lulus ujian nasional, dan kini memiliki pekerjaan, serta tidak ingin “kehidupan normalnya terganggu”. Namun, pernyataan tersebut tidak disertai bukti apa pun dan tidak dipercayai komunitas internasional.

Kecurigaan Manipulasi Reinkarnasi Dalai Lama

Dalam wawancara pada 16 Mei dengan Radio Free Asia, Geszang Jiansan, perwakilan Pemerintah Tibet di Pengasingan di Taiwan, menegaskan bahwa mereka sama sekali tidak mempercayai narasi Tiongkok. Dia menuding bahwa rezim Komunis tengah mempersiapkan skenario untuk mengendalikan proses reinkarnasi Dalai Lama ke-15.

Menurutnya, ada kekhawatiran bahwa Pemerintah Tiongkok akan memaksa Gedhun Choekyi Nyima—jika masih hidup—untuk mengesahkan reinkarnasi Dalai Lama yang dipilih oleh Beijing, demi memperkuat kontrol politik mereka atas Tibet. Geszang mengatakan, jika skenario ini benar terjadi, maka dunia agama akan menolaknya dengan tegas.

Catatan Sejarah: Rezim Tiongkok Pernah Gunakan Panchen Lama sebagai Alat Politik

Geszang menjelaskan bahwa setelah Tiongkok mencaplok Tibet pada 1951, Partai Komunis berupaya mengadu domba Panchen Lama melawan Dalai Lama, dengan memberikan posisi tinggi dalam lembaga-lembaga resmi negara.

Namun, Panchen Lama ke-10, Choekyi Gyaltsen, akhirnya menulis petisi panjang 70.000 kata pada 1962 yang mengecam kebrutalan Pemerintah Tiongkok terhadap rakyat Tibet. Akibatnya, dia dipenjara selama 10 tahun di penjara Qin Cheng di Beijing, dan setelah dibebaskan pun masih dikenai tahanan rumah.

Kematian Mencurigakan Panchen Lama ke-10

Setelah keluar dari tahanan, Panchen Lama ke-10 kembali menjabat dan aktif memperjuangkan pelestarian budaya, pendidikan, dan agama Tibet, yang menjadikan era 1980-an sebagai masa keemasan bagi budaya Tibet di bawah penjajahan Tiongkok.

Namun, pada 23 Januari 1989, dia memberikan pidato penting di Biara Tashilhunpo dan secara terbuka menyatakan bahwa “harga yang dibayar rakyat Tibet jauh lebih besar dari hasil yang didapat” selama pemerintahan Tiongkok. Lima hari kemudian, dia meninggal dunia secara mendadak.

Pemerintah menyatakan penyebab kematiannya adalah serangan jantung, namun banyak orang Tibet mencurigai dia telah diracun oleh Pemerintah Tiongkok. Setelah kematiannya, Beijing menyelenggarakan pemakaman megah, lalu menolak pengakuan Dalai Lama terhadap reinkarnasi Panchen Lama, dan sebaliknya menunjuk versi “resmi” buatan pemerintah melalui metode undian dari “vaskom emas”—sebuah praktik yang banyak dianggap palsu dan mencederai tradisi spiritual Tibet. (jhn/yn)

Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Satu Bagasi pun dalam 30 Tahun Terakhir

EtIndonesia. Bandara Internasional Kansai di Jepang menyambut puluhan juta penumpang setiap tahun, tetapi telah mengembangkan sistem yang memastikan tidak ada bagasi mereka yang hilang.

Kehilangan satu bagasi selalu menjadi risiko di bandara. Misalnya, di AS, data dari Biro Statistik Transportasi menunjukkan bahwa penerbangan domestik kehilangan sekitar 3 juta tas setiap tahun. Dengan ratusan juta tas yang harus ditangani, kehilangan beberapa di antaranya tampaknya tidak dapat dihindari, namun, satu bandara tersibuk di Jepang mengklaim tidak pernah kehilangan satu bagasi pun dalam tiga dekade beroperasi.

Bandara Internasional Kansai, yang melayani Kota Osaka, dibuka pada bulan September 1994, untuk meringankan beban Bandara Internasional Osaka yang penuh sesak dan telah menyambut jutaan penumpang setiap tahun sejak saat itu. Staf di Bandara Kansai bangga dengan efisiensi mereka dalam menangani bagasi penumpang, sedemikian rupa sehingga mereka tidak pernah kehilangan satu pun.

Sebagai bandara tersibuk ketujuh di Jepang, Bandara Internasional Kansai melayani rata-rata 20 – 30 juta penumpang per tahun, jadi rekornya yang luar biasa ini tidak ada hubungannya dengan lalu lintas yang sangat sepi. Rahasianya terletak pada sistem yang sangat baik yang melibatkan penataan tas penumpang sedemikian rupa sehingga tidak rusak dan juga memudahkan penghitungannya, tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali.

Nikkei Asia mendokumentasikan proses penanganan bagasi di Bandara Kansai, di mana karyawan secara konsisten memeriksa bahwa jumlah tas saat kedatangan sesuai dengan jumlah yang didaftarkan saat keberangkatan, dan kemudian segera mencari barang tersebut, baik di ruang kargo pesawat maupun di ruang pemeriksaan. Tujuannya adalah untuk memastikan tidak ada bagasi yang hilang, tetapi juga untuk mengirimkan semua barang ke tempat pengambilan bagasi dalam waktu 15 menit setelah pesawat tiba.

Selain rekornya selama 30 tahun tidak ada bagasi yang hilang, Bandara Internasional Kansai adalah pemenang delapan kali penghargaan internasional untuk pengiriman bagasi terbaik. Staf di sini sangat bangga membuat penumpang senang dan kembali dengan memberikan layanan terbaik.

“Kami bekerja keras untuk belajar dan mempelajari lebih banyak hal setiap hari agar kami dapat membuat penumpang senang. Saya benar-benar berpikir itulah semangat keramahtamahan Jepang,” kata seorang karyawan kepada NPR.

Sayangnya, Bandara Internasional Kansai mungkin tidak akan mempertahankan rekornya yang luar biasa untuk waktu yang lama, karena bandara ini mungkin tidak akan ada lagi dalam beberapa dekade. Karena dibangun di atas dua pulau buatan di Teluk Osaka, bandara ini telah tenggelam sejak mulai beroperasi. Para insinyur mempertimbangkan kemungkinan tenggelam, tetapi tidak pada tingkat saat ini, dan meskipun telah dibangun tanggul di sekitarnya untuk mencegah banjir, bandara ini dapat tidak dapat digunakan lagi pada tahun 2056.(yn)

Sumber: odditycentral

Siswa Tiongkok Melewatkan Ujian Penting demi Menyelamatkan Teman Sekelasnya yang Terkena Serangan Jantung

EtIndonesia. Seorang siswa di Tiongkok timur menuai pujian daring setelah dia melewatkan ujian penting untuk menyelamatkan nyawa teman sekelasnya dan mengatakan dia tidak menyesal telah melakukannya.

Pada 10 Mei, Jiang Zhaopeng, seorang siswa berusia 18 tahun dari Provinsi Shandong timur, sedang dalam perjalanan menuju ujian masuk kejuruan nasional bersama seorang teman sekelasnya.

Segera setelah masuk ke mobil taksi daring mereka, teman sekelasnya mengalami serangan jantung dan kehilangan kesadaran setelah menendang jok karena tertekan.

Jiang segera melakukan resusitasi jantung paru, atau CPR, mendesak pengemudi, Wang Tao, untuk segera menuju rumah sakit terdekat.

Wang menghibur Jiang dan memberi tahu polisi lalu lintas. Dengan izin mereka, dia menerobos enam lampu merah dan tiba di rumah sakit hanya dalam tujuh menit.

Menurut laporan dari daratan, jantung teman sekelasnya telah berhenti selama hampir 30 menit sebelum dokter berhasil memulihkan detak jantung setelah perawatan darurat.

Setelah memastikan teman sekelasnya dalam kondisi stabil, Jiang melaporkan kejadian tersebut ke sekolahnya dan bergegas ke tempat ujian.

Namun, penundaan tersebut menyebabkan dia tidak mengikuti bagian bahasa Mandarin dalam ujian tersebut.

Dikenal sebagai Spring Gaokao, ujian masuk kejuruan Tiongkok diadakan setiap tahun dan merupakan jalur utama menuju perguruan tinggi kejuruan.

Ujian ini dianggap sebagai ujian terpenting setelah ujian masuk perguruan tinggi nasional pada bulan Juni, Gaokao.

Jiang mengatakan kepada media daratan bahwa dia tidak menyesal.

“Ujian saya bisa menunggu, tetapi teman sekelas saya hanya hidup sekali,” katanya.

Jiang belajar prostetik gigi di Shandong City Service Technician College dan telah berencana untuk mendaftar program teknologi medis melalui ujian tersebut.

Dia mengatakan bahwa dia telah menerima pelatihan pertolongan pertama formal sebagai bagian dari kursusnya.

“Pengalaman ini hanya memperkuat tekad saya untuk menekuni kedokteran,” Jiang menambahkan.

Hingga tulisan ini dibuat, teman sekelas tersebut masih dirawat di rumah sakit dan belum berkomentar.

Insiden tersebut menarik banyak perhatian di media sosial daratan, dengan video terkait yang telah ditonton lebih dari 200 juta kali.

Seorang netizen berkata: “Jiang mungkin tidak lulus ujian, tetapi dia telah memperoleh nilai penuh dalam hidupnya.”

“Saya salut kepada pemuda yang baik hati dan tidak mementingkan diri sendiri ini,” kata yang lain.

Pada tanggal 13 Mei, pejabat pendidikan setempat mengatakan bahwa berdasarkan peraturan saat ini, Jiang tidak diperbolehkan mengikuti ujian ulang.

Namun, sekolah Jiang mengatakan guru-gurunya sedang menghubungi pihak berwenang dengan harapan dapat memperoleh hasil yang baik.

Di dunia maya, banyak orang meminta keringanan hukuman.

“Itu memilukan. Jiang mungkin harus menunggu satu tahun lagi atau menerima nilai yang lebih rendah,” tulis seseorang.

“Tujuan pendidikan adalah untuk mengajarkan orang bagaimana menjadi orang baik. Jiang telah menunjukkan karakter yang hebat dan layak mendapatkan kesempatan kedua,” kata yang lain.

Beberapa orang menunjukkan bahwa kebijakan tidak boleh mengulang ujian ada untuk mencegah kecurangan.

Sementara yang lain mengusulkan solusi alternatif, seperti memberi Jiang poin tambahan atau mengizinkan universitas atau perusahaan membuat pengecualian khusus dalam kasus seperti yang dialaminya.

Pada tanggal 14 Mei, pemerintah setempat memberi penghargaan kepada Jiang dan pengemudi, Wang, dengan Penghargaan Tindakan Berani dan hadiah uang tunai sebesar 10.000 yuan. (yn)

Sumber: scmp

Penjual Makanan Membalas Dendam Setelah Kehilangan Anggota Keluarga dengan Membunuh 40 Anggota Geng dengan Empanada Beracun

EtIndonesia. Seorang wanita Haiti yang kehilangan anggota keluarganya karena geng kriminal yang kejam membalas dendam dengan meracuni 40 anggota geng dengan empanada yang beracun.

Haiti telah lama menjadi sasaran geng jalanan yang kejam, dan banyak keluarga telah menderita tragedi di tangan para penjahat kejam ini, tetapi hanya sedikit yang berani melawan karena takut akan keselamatan orang yang mereka cintai.

Namun, para pembela hukum memang ada! Seorang wanita di distrik Kenscoff, Port-au-Prince, ibu kota Haiti, menjadi berita utama internasional setelah melakukan pembantaian terhadap anggota geng lokal yang dilaporkan bertanggung jawab atas kematian beberapa anggota keluarganya.

Seorang pedagang kaki lima yang disegani yang mengkhususkan diri dalam pâtés, empanada versi Haiti, wanita itu baru-baru ini menawarkan puluhan pâtés gratis kepada puluhan anggota geng sebagai ucapan terima kasih karena telah “melindungi lingkungannya”. Kenyataannya, dia melakukan balas dendam terhadap orang-orang yang telah meneror dan membunuh beberapa anggota keluarganya.

Wanita itu, yang namanya tidak diungkapkan untuk perlindungan, telah lama berjualan pate di Kenscoff, jadi para anggota geng itu tidak punya alasan untuk mencurigai apa pun, tetapi pada kesempatan khusus ini, empanada Haiti dicampur dengan insektisida industri yang kuat. Beberapa menit setelah menyantap camilan itu, para penjahat itu mulai mengalami sakit perut parah dan muntah-muntah. Mereka semua meninggal sebelum sempat menerima bantuan medis.

Media lokal melaporkan kematian 40 anggota ‘Viv Ansanm’, geng Port-au-Prince yang diduga berafiliasi dengan mantan polisi yang menjadi bos kejahatan Jimmy Cherizier, yang juga dikenal sebagai ‘Barbecue’. Karena takut akan pembalasan, wanita itu meninggalkan rumahnya di Kenscoff, yang ternyata merupakan ide yang bagus, karena rumahnya dibakar tak lama setelah insiden peracunan itu.

Pelaku main hakim sendiri yang tidak disebutkan namanya itu dilaporkan menyerahkan diri ke polisi Haiti dan mengaku telah melakukan peracunan terhadap 40 anggota geng itu sebagai balas dendam atas kematian anggota keluarganya. Dia mengaku bertindak sendiri dalam merancang dan melaksanakan rencana tersebut. Tidak ada informasi mengenai apakah dia menghadapi tuntutan atas pembunuhan 40 penjahat yang diketahui.(yn)

Sumber: odditycentral

Pria Berusia 25 Tahun Mengalami ‘Sindrom Kepala Tertunduk’ Akibat Terlalu Sering Melihat Ponsel

EtIndonesia. Seorang pria Jepang berusia 25 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menunduk menatap ponselnya akhirnya tidak dapat mengangkat kepalanya sendiri dan didiagnosis dengan ‘sindrom kepala tertunduk’.

Laporan kasus langka yang diterbitkan beberapa tahun lalu dalam jurnal medis JOS Case Reports merinci konsekuensi yang mengganggu dari menundukkan kepala selama berjam-jam dalam jangka waktu yang lama.

Pasien tersebut, seorang pria Jepang berusia 25 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya bermain ponselnya, mengalami tonjolan besar di bagian belakang lehernya dan tidak dapat lagi mengangkat kepalanya sendiri menggunakan otot lehernya.

Sebelum mencari pertolongan medis, pria tersebut dilaporkan mengalami nyeri leher yang serius dan kesulitan menelan makanan, yang menyebabkan berat badannya turun dengan cepat. Akhirnya, lehernya menjadi lemah karena posisi yang tidak wajar sehingga ia tidak dapat mengangkat kepalanya.

Dokter Jepang mencatat bahwa pasien tersebut adalah anak yang sangat aktif, tetapi semuanya berubah selama masa remajanya, ketika dia menjadi sasaran “perundungan serius” di sekolah, yang menyebabkan dia putus sekolah dan menghabiskan sebagian besar harinya terkunci di kamarnya sendiri, bermain ponsel. Menghabiskan waktu berjam-jam dengan leher tertekuk untuk melihat ponselnya menyebabkan tonjolan besar terbentuk di bagian belakang lehernya.

Pemindaian mengungkapkan bahwa ruas tulang lehernya telah terdistorsi dan terkilir, dan jaringan parut telah terbentuk di tulang belakang atasnya sebagai akibat dari posisi yang ‘sangat terentang’ untuk jangka waktu yang lama.

Awalnya, dokter mencoba mengobati kepalanya yang terkulai dengan kalung, tetapi setelah pasien mengeluh mati rasa di lehernya, mereka memutuskan untuk memilih solusi lain. Melalui serangkaian prosedur pembedahan, mereka mengangkat sebagian kecil ruas tulang belakang yang terdistorsi dan jaringan parut sebelum memasukkan sekrup dan batang logam ke tulang lehernya untuk memperbaiki postur tubuhnya.

Enam bulan setelah menjalani operasi leher, pasien dapat dengan mudah mengangkat kepalanya dan menjaganya pada posisi yang benar. Hal yang sama diamati pada tindak lanjut berikutnya, setahun setelah operasi. Dokter menggunakan kasus ekstrem ini sebagai peringatan terhadap bahaya penggunaan ponsel pintar yang berlebihan, terutama di kalangan anak muda.

Sindrom kepala jatuh adalah kondisi medis langka yang biasanya dikaitkan dengan kondisi neuromuskular, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan bentuk tulang belakang akibat menahan leher dalam posisi yang tidak wajar untuk jangka waktu yang lama.(yn)

Sumber: odditycentral

Israel Luncurkan Serangan Hebat, Hamas Umumkan Siap Berunding Tanpa Syarat

Pada Sabtu 17 Mei, baik Israel maupun Hamas menyatakan bahwa perundingan gencatan senjata telah dilanjutkan di Doha, ibu kota Qatar. Sebelumnya, setelah Presiden AS Donald Trump menyelesaikan kunjungannya ke Timur Tengah, militer Israel meningkatkan serangan udara selama tiga hari dan bersiap meluncurkan serangan darat besar-besaran.

EtIndonesia. Peningkatan militer dari pihak Israel termasuk pengerahan pasukan lapis baja di perbatasan, sebagai tahap awal dari “Operasi Tank Gideon” yang bertujuan untuk mengalahkan Hamas dan menyelamatkan para sandera.

Sementara itu, pihak Hamas menyatakan bahwa mereka akan membahas semua isu dalam putaran baru perundingan tidak langsung ini, dan “tanpa prasyarat apa pun.”

Pada hari yang sama (17 Mei), para pemimpin negara-negara Arab mengadakan KTT aliansi di Baghdad. Mereka menyerukan agar perang di Gaza segera diakhiri, dan setelah perang usai, Jalur Gaza dikembalikan di bawah kendali Otoritas Palestina. Negara-negara Arab juga berencana mendirikan dana rekonstruksi Gaza, dengan anggaran sebesar 53 miliar dolar AS dalam lima tahun ke depan.

Beberapa pemimpin dari wilayah Teluk tidak hadir dalam KTT ini, namun hadir di antaranya adalah Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez. (Hui)

Laporan wartawan NTD: Yi Xin