EtIndonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar nasihat dari orang tua: “Bertutur katalah dengan penuh kebajikan.” Bahkan ada pepatah yang mengatakan: “Ada tiga jenis ucapan yang bisa menyinggung langit (Tuhan).”
Sekilas terdengar seperti takhayul. Namun jika direnungkan lebih dalam, kita akan sadar bahwa mereka yang tak bisa menjaga ucapan, yang suka bicara sembarangan, memang sering dirundung masalah; sementara orang yang berhati-hati dalam berkata-kata, biasanya hidupnya lebih damai dan lancar.
Ketiga jenis ucapan ini bukan sekadar larangan mistis, tapi sesungguhnya mengandung kebijaksanaan hidup dari para leluhur yang sangat patut direnungkan. Dan kenyataannya, kerap kali terbukti benar.
1. Ucapan Kasar dan Kotor: Menginjak Martabat Orang Lain
Sebagian orang menganggap mengumpat atau berkata kasar hanyalah pelampiasan sesaat, bukan perkara besar. Padahal, kata-kata adalah seperti pisau—bisa meninggalkan luka dalam di hati orang lain, luka yang mungkin tak akan sembuh seumur hidup.
Ketika seseorang memakai bahasa yang menghina atau merendahkan orang lain, bukan hanya memicu konflik, tetapi juga perlahan akan menghancurkan hubungan sosialnya sendiri. Orang yang gemar berkata kasar akan dianggap tidak beradab, tidak dapat dipercaya, dan akhirnya akan dijauhi banyak orang.
Bayangkan seorang karyawan yang memarahi rekan kerjanya dengan berkata: “Kerjaan segini aja nggak bisa? Otakmu ke mana sih?”
Kalimat seperti ini bukan hanya melukai harga diri rekan kerjanya, tapi juga menghancurkan keharmonisan tim. Pada akhirnya, dia sendiri yang akan terpinggirkan.
Seperti pepatah Tiongkok mengatakan: “Satu kata lembut bisa menghangatkan musim dingin tiga tahun; satu kalimat kejam bisa membekukan musim panas enam bulan.”
Ucapan kasar bukan hanya menyakiti orang lain, tapi juga menggali lubang di jalan hidup kita sendiri.
2. Sumpah Serapah: Mengundang Balasan Negatif pada Diri Sendiri
Ada pula orang yang jika sedang marah, langsung melontarkan sumpah serapah yang keji seperti:
“Semoga kamu ketabrak mobil!”
“Kamu nggak akan sukses seumur hidup!”
Kata-kata semacam ini mungkin terasa melegakan sesaat, tetapi sesungguhnya sedang menguras keberuntungan dan energi positif dari dalam diri sendiri.
Dalam pandangan psikologi, orang yang sering mengutuk atau menyumpahi orang lain biasanya hidup dalam emosi negatif yang dalam, melihat dunia dengan kacamata yang kelam, dan berpikir dengan pola yang pesimistis. Akibatnya, pilihan hidup mereka pun jadi buruk, dan hidup mereka makin lama makin terpuruk.
Selain itu, orang seperti ini juga akan dihindari oleh lingkungan sosialnya. Siapa yang nyaman berada dekat dengan seseorang yang mulutnya bisa “menyakiti kapan saja”?
Contohnya, dalam konflik tetangga, hanya karena masalah sepele lalu saling menyumpahi, hasil akhirnya justru semakin memperkeruh suasana, dan bisa berujung permusuhan bertahun-tahun.
Mengucapkan sumpah serapah sama dengan melempar sampah ke dalam hidup sendiri—dan pada akhirnya, kita sendiri yang akan tenggelam dalam bau busuknya.
3. Pamer dan Membual Berlebihan: Mengundang Iri Hati dan Bencana
Merayakan kebahagiaan dan pencapaian hidup adalah hal yang wajar. Namun, ada sebagian orang yang menjadikan pamer sebagai gaya hidup.
Baru beli mobil, ganti rumah, anak dapat nilai bagus—semuanya diumbar ke mana-mana. Mereka berpikir itu akan membuat orang kagum, tapi kenyataannya justru menyulut rasa iri dan benci dari orang lain.
Ada pepatah bijak berkata: “Jangan memamerkan harta, jangan berjalan sendiri dalam kemuliaan.”
Terlalu sering memamerkan kekayaan atau status sosial akan mengundang kecemburuan, bahkan bisa mengundang celaka. Dalam sejarah, tak sedikit pejabat atau tokoh publik yang jatuh karena terlalu suka pamer.
Dalam kehidupan nyata, kita juga sering mendengar orang yang karena terlalu sering memamerkan kekayaan di media sosial, akhirnya menjadi sasaran kejahatan dan mengalami kerugian besar.
Pamer bukanlah bentuk kesuksesan, tapi adalah jalan sunyi menuju bahaya yang tidak terlihat.
Penutup: Tiga Ucapan, Tiga Pelajaran Hidup
Tiga jenis ucapan di atas—kata kasar, sumpah serapah, dan pamer berlebihan—meski tampak ringan, namun membawa konsekuensi besar bagi hidup seseorang. Dan inilah yang oleh orang dulu disebut sebagai “tiga ucapan yang bisa menyinggung langit”.
Bukan karena langit akan langsung menghukum, tapi karena setiap ucapan punya daya energi, yang bisa memengaruhi pikiran, perilaku, dan nasib kita sendiri.
Maka, orang bijak selalu berkata: “Jaga mulutmu seperti menjaga hidupmu.”
Karena sering kali, apa yang kita ucapkan hari ini adalah benih dari nasib kita besok.(jhn/yn)