Home Blog Page 7

Kebakaran Hutan di Kanada Diduga Ulah Manusia? Sejumlah Tersangka Didakwa Karena Pembakaran

EtIndonesia. Perdana Menteri Provinsi Saskatchewan, Scott Moe, mengumumkan bahwa dua orang telah didakwa karena memicu kebakaran hutan melalui tindakan pembakaran.

Pengumuman ini disampaikan Moe dalam konferensi pers daring pada Jumat sore(6/6), di mana dia juga melaporkan situasi terkini kebakaran hutan yang melanda provinsinya.

Menurut penjelasan Moe, dakwaan ini berkaitan dengan kebakaran di sekitar wilayah Weyakwin serta kawasan Smeaton/Snowden.

“Royal Canadian Mounted Police (RCMP) telah memberi tahu kami bahwa sejumlah tersangka telah secara resmi didakwa,” ujar Moe dalam konferensi tersebut.

RCMP mengonfirmasi bahwa dua orang telah didakwa atas dugaan menyebabkan kebakaran hutan. Namun, kedua kasus ini tampaknya tidak berkaitan langsung dengan kebakaran besar yang tidak terkendali dan mengancam banyak komunitas di seluruh provinsi.

Dakwaan pertama berkaitan dengan kebakaran yang terjadi pada 30 Mei di dekat Highway 696. Saat itu, Unit RCMP Waskesiu menerima laporan dan menuju lokasi kebakaran di sebuah daerah pedesaan, sekitar satu jam berkendara barat laut dari Kota Prince Albert. Setelah penyelidikan, petugas memastikan bahwa kebakaran itu adalah akibat perbuatan manusia.

Polisi menyatakan bahwa seorang perempuan berusia 18 tahun dari komunitas Montreal Lake Cree Nation telah didakwa atas satu pasal tindak pidana pembakaran.

Tersangka kedua adalah pria berusia 36 tahun dari Pelican Narrows, yang juga didakwa atas tindakan pembakaran. Dakwaan ini berkaitan dengan insiden pembakaran di parit pinggir jalan Highway 55, dekat Snowden, pada 3 Juni sekitar pukul 01:45 dini hari.

Menurut laporan kepolisian, setelah menerima panggilan darurat tentang seseorang yang membakar parit jalan, Unit RCMP Nipawin segera menindaklanjuti laporan tersebut dan berhasil menangkap tersangka. Pria itu dijadwalkan akan menjalani sidang di Pengadilan Provinsi Prince Albert pada hari Jumat.

Hingga Jumat sore, berdasarkan data dari Badan Keamanan Publik Saskatchewan (SPSA), tercatat masih ada 25 titik kebakaran aktif di seluruh provinsi. Tujuh di antaranya belum berhasil dikendalikan, dan tiga lokasi lainnya menjadi fokus perlindungan terhadap aset-aset properti yang terancam.

Moe menegaskan bahwa banyak dari kebakaran yang terjadi disebabkan oleh ulah manusia, baik secara sengaja maupun tidak.

“Hampir semua kebakaran hutan yang saat ini kami tangani di Saskatchewan, meski tidak semuanya karena pembakaran yang disengaja, namun pada dasarnya merupakan akibat dari aktivitas manusia. Beberapa di antaranya memang dipicu secara sengaja,” ujar Moe.

SPSA melaporkan bahwa hingga kini sekitar 400 bangunan telah hancur akibat kebakaran, dan lebih dari 15.000 warga terpaksa dievakuasi dari rumah mereka.

Otoritas setempat menyebut bahwa ini merupakan krisis kebakaran hutan terburuk di Saskatchewan sejak tahun 2015, ketika sekitar 17.000 orang mengungsi akibat bencana serupa.

Seiring dengan terus meningkatnya jumlah pengungsi, muncul pertanyaan mendesak: ke mana semua orang harus ditampung?

Dengan kapasitas hotel yang hampir penuh, kebutuhan akan tempat penampungan darurat semakin mendesak. Moe menyatakan bahwa SPSA mungkin perlu membangun “shelter darurat terpusat” dengan kapasitas lebih besar.

Namun, Ketua SPSA Marlo Pritchard menyampaikan bahwa situasi kebakaran di beberapa wilayah dekat komunitas yang telah dievakuasi mulai membaik. Warga mungkin dapat segera kembali ke rumah mereka dalam beberapa hari ke depan, meskipun ia tidak merinci komunitas mana saja yang dimaksud.

Pritchard menambahkan bahwa SPSA akan bekerja sama dengan para pemimpin komunitas untuk menentukan kapan warga dapat kembali ke daerah asal mereka, asalkan kondisi telah dipastikan aman.

Meskipun Partai Demokrat Baru, Saskatchewan dan sejumlah pemimpin masyarakat adat terus mendesak pemerintah provinsi untuk meminta bantuan militer, Moe menyatakan bahwa pihaknya mungkin akan mengerahkan militer Kanada dalam beberapa hari mendatang.

Dia menjelaskan, jika kebakaran mengakibatkan terputusnya akses jalan, pemerintah provinsi berencana meminta bantuan militer untuk menggunakan pesawat angkut “Hercules” guna mendukung proses evakuasi.

Moe juga menyebut bahwa dia tengah berdiskusi dengan pejabat federal mengenai kemungkinan pengerahan tentara untuk membantu menjaga keamanan di komunitas yang dievakuasi, guna meringankan beban kerja RCMP dan petugas keamanan setempat yang saat ini bertugas di lapangan.

“Ini adalah diskusi yang sifatnya dinamis dan terus diperbarui. Setiap hari pada pukul 9 pagi kami melakukan briefing situasi, dan jika ada perkembangan baru, penyesuaian akan dilakukan sepanjang hari,” pungkas Moe.(jhn/yn)

Ukraina Ungkap Lebih Banyak Video Serangan Drone ke Pangkalan Udara Rusia

Dinas Keamanan Ukraina (SBU) pada Sabtu (7/6/2025)  merilis video terbaru dari serangan drone ke pangkalan militer Rusia yang terjadi sepekan lalu. Video tersebut menunjukkan sebuah drone terbang menuju Pangkalan Udara Belaya di wilayah Irkutsk, dekat Danau Baikal, Rusia, dan mengenai pesawat militer yang diparkir di landasan. Serangan ini merupakan bagian dari “Operasi Jaring Laba-laba” militer Ukraina.

EtIndonesia. Sebuah drone tipe FPV lepas landas dari atap sebuah kontainer, kemudian terbang menuju Pangkalan Udara Belaya di wilayah Irkutsk, Rusia, dan menghantam sebuah pesawat yang terparkir di landasan pacu. Asap tebal terlihat membumbung dari lokasi bandara, dan sebuah pesawat lainnya tampak terbakar hebat, dengan asap menyelimuti seluruh area.

Ini bukan film fiksi, melainkan cuplikan nyata yang dirilis oleh Dinas Keamanan Ukraina pada hari Sabtu, memperlihatkan serangan drone ke Pangkalan Udara Belaya di Irkutsk, Rusia, yang terjadi sepekan sebelumnya.

Menurut laporan sebelumnya, pada 1 Juni, Ukraina meluncurkan serangan besar-besaran ke beberapa pangkalan udara Rusia dalam operasi yang diberi nama “Operasi Jaring Laba-laba.”

Sebanyak 117 drone dikerahkan untuk menyerang empat pangkalan udara militer Rusia, menghancurkan 41 pesawat tempur dengan total kerugian mencapai sekitar 7 miliar dolar AS.

Pihak Ukraina menyatakan bahwa drone-drone tersebut telah dipersiapkan secara rahasia selama 18 bulan, dan diselundupkan mendekati pangkalan militer Rusia melalui truk sebelum diluncurkan.

Sebelumnya, Ukraina sudah pernah merilis satu putaran video serangan tersebut, dan kali ini merupakan tambahan bukti visual yang baru. (Hui)

Laporan oleh reporter NTD: Tang Li dan Tian Yuan

Hitungan Mundur Pembalasan Total Rusia? Rencana Besar Putin Dibongkar

EtIndonesia. Pada 1 Juni, Ukraina meluncurkan serangan drone skala besar dengan sandi “Operasi Jaring Laba-laba”, yang berhasil menghantam beberapa pangkalan militer dan aset strategis di dalam wilayah Rusia. Presiden Rusia, Vladimir Putin sejauh ini tetap diam, namun para analis intelijen dan ahli geopolitik meyakini bahwa di balik diamnya itu tengah disiapkan badai pembalasan berskala besar dan tidak konvensional.

Putin Diam, Tapi Rusia Tengah Menyusun Pembalasan Asimetris Multiarah

Menurut evaluasi intelijen Amerika dan beberapa negara Eropa, serangan udara Rusia ke Kyiv pada 6 Juni, yang menewaskan 6 orang dan melukai 80 lainnya, hanyalah langkah awal dan belum mencerminkan skala pembalasan sesungguhnya yang disiapkan Kremlin.

Seorang pejabat senior Kementerian Pertahanan AS mengungkapkan kepada Reuters: “Pembalasan utama belum dimulai. Rusia sedang menyesuaikan strategi dan bersiap melancarkan serangan balasan asimetris dan multidimensi.”

Strategi pembalasan tersebut diyakini mencakup:

·        Serangan rudal presisi tinggi

·        Gelombang serangan drone yang padat

·        Operasi cyber untuk melumpuhkan sistem pemerintah

·        Gangguan elektronik terhadap komunikasi dan sistem drone Ukraina

Menurut Samuel Kofman dari Carnegie Endowment for International Peace, Rusia mungkin akan menjadikan markas besar Dinas Keamanan Ukraina (SBU) sebagai salah satu target pertama, atau menyerang jalur logistik bantuan militer Barat untuk mengacaukan arus suplai.

Putin dan “Politik Diam” Sebelum Serangan

Putin dikenal sebagai pemimpin yang ahli memainkan “politik sinyal” dalam perang. Ketika mendekati titik balik strategis, dia cenderung diam—lalu membalas dengan kekuatan penuh pada waktu yang dianggap tepat.

Media Rusia melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan Rusia telah meningkatkan status siaga pada unit Angkatan Udara Antariksa dan Pasukan Rudal Strategis. Armada Laut Hitam dan Komando Militer Distrik Selatan juga sedang melaksanakan latihan besar-besaran, yang menandakan Rusia sedang mengonsolidasikan kekuatan untuk pembalasan dan menunggu momen serangan yang tepat.

Para pakar menilai bahwa Rusia mungkin akan memilih momen simbolik seperti Hari Nasional Ukraina, KTT NATO, atau pertemuan puncak Uni Eropa sebagai waktu untuk melancarkan serangan kejutan—guna memberikan dampak politik dan psikologis maksimal di panggung global.

Peringatan AS: Serangan Rusia Bisa Lumpuhkan Sistem Intelijen dan Komunikasi Ukraina

Dalam laporan gabungan Pentagon dan NATO, disebutkan bahwa Rusia tidak akan membalas di medan perang secara simetris, melainkan mengincar serangan yang melumpuhkan fungsi strategis Ukraina. Target potensial meliputi:

·        Serangan rudal ke markas SBU dan pusat komunikasi

·        Gangguan elektronik untuk menghancurkan sistem kendali drone

·        Serangan siber terhadap infrastruktur penting dan pemerintahan

·        Sabotase jalur suplai militer Barat seperti pelabuhan, jalur kereta, dan pusat distribusi senjata

Presiden AS Donald Trump juga menanggapi situasi ini dengan komentar kontroversial: “Ukraina memberikan Putin alasan untuk membalas.”

Pernyataan itu memicu kecaman luas karena dianggap membela Rusia. Namun Trump menegaskan bahwa dia tidak ingin perang meningkat ke level konflik nuklir, dan akan “menjalankan sanksi secara tegas”.

Kekhawatiran Eropa: Rusia Bisa Lampaui Batas Etika Perang

Seorang pejabat tinggi diplomatik Uni Eropa memperingatkan bahwa: “Rusia bisa saja melancarkan tindakan yang melampaui batas moral perang. Ini bukan sekadar pembalasan militer, tapi tantangan langsung terhadap tatanan Eropa.”

Kementerian Luar Negeri Inggris mendesak negara-negara anggota NATO dan Uni Eropa untuk mempercepat pengiriman sistem pertahanan udara mutakhir seperti IRIS-T, NASAMS, dan Patriot.

Sementara itu, analis militer Jerman menyebut keberhasilan Ukraina dalam “Operasi Jaring Laba-laba” sebagian besar karena penetrasi intelijen elektronik mendalam ke dalam sistem pertahanan Rusia, yang dianggap sebagai tamparan berat terhadap reputasi militer Moskow dan mendorong perombakan strategi Rusia secara menyeluruh.

Risiko Luapan Konflik Global: Pembalasan Rusia Bisa Memicu Efek Domino

Pengamat strategis internasional memperingatkan bahwa jika Rusia melancarkan pembalasan di luar batas konvensional, bisa terjadi efek domino global, seperti:

·        Jika serangan mengenai fasilitas militer dekat perbatasan negara tetangga, bisa memicu reaksi berantai dari NATO

·        Jika serangan siber melumpuhkan jaringan komunikasi perusahaan-perusahaan Barat, bisa menjadi preseden baru dalam perang siber global

·        Jika elit politik Ukraina jadi target, tekanan opini publik Barat untuk intervensi langsung bisa meningkat tajam

Israel dan Turki telah menyerukan kepada kedua belah pihak agar segera menghentikan eskalasi militer, sementara Tiongkok tetap bersikap netral dan mendorong penyelesaian lewat jalur diplomasi.

Masih Adakah Harapan Perdamaian? Perang dan Diplomasi di Persimpangan Jalan

Meski ketegangan meningkat, Presiden Trump dalam percakapan terbaru dengan Putin menyatakan kesediaan membantu mencari solusi diplomatik. Delegasi Rusia dan Ukraina pun dikabarkan melanjutkan negosiasi di Istanbul, Turki. Uni Eropa juga mengonfirmasi bahwa Tiongkok dan Uni Emirat Arab sedang mencoba memediasi agar kedua pihak kembali ke meja perundingan.

Namun, menurut model simulasi dari lembaga intelijen militer, jika Rusia benar-benar memulai pembalasan besar-besaran, maka perang akan memasuki fase baru yang lebih destruktif dan berbasis teknologi tinggi.

Medan tempur tidak lagi didominasi tank dan infanteri, melainkan oleh drone, perang elektronik, satelit, dan kendali jaringan digital. Musim panas tahun 2025 bisa menjadi titik balik menuju format perang abad ke-21.

Langkah Putin: Di Persimpangan Takdir Dunia

Hitung mundur pembalasan Rusia kini membuat dunia tegang dan waspada. Diamnya Putin bukan sekadar tanda kehati-hatian, melainkan bisa jadi rencana strategis menuju pembalasan yang sangat dahsyat.

Trump, NATO, Uni Eropa, dan kekuatan global lainnya kini terus memantau setiap pergerakan. Ketika tekanan militer dan diplomasi saling berhadapan, beberapa hari ke depan akan menjadi penentu arah geopolitik dunia.

Akankah ini menjadi peluang untuk deeskalasi?

Atau awal dari konflik besar yang tak bisa dibalikkan?

Dunia menahan napas. Jawabannya, mungkin sedang disusun di ruang gelap Kremlin.(jhn/yn)

Dua Pria Berusia 45 Tahun, Tapi Menjalani Gaya Hidup yang Sangat Berbeda

EtIndonesia. Siapa bilang pria tidak perlu merawat diri? Dua pria yang sama-sama berusia 45 tahun, sama-sama berada di usia paruh baya, namun menjalani dua kehidupan yang sangat kontras:

Yang satu — rambutnya sudah sepenuhnya memutih, kerutan memenuhi wajah, perut membuncit, berjanggut tebal dan tak terurus. Penampilannya kusam dan terlihat letih, meskipun baru 45 tahun, dia tampak seperti pria berusia 60-an.

Yang satunya lagi — rambutnya tertata rapi, tubuhnya terjaga dengan baik, wajahnya bersih tanpa janggut, penampilannya segar dan bersemangat. Meskipun usianya sama, dia tampak seperti pria berusia 30-an.

Jelas bahwa usia bukanlah satu-satunya tolok ukur penuaan. Pria, layaknya mobil, juga perlu dirawat. Hari ini, mari kita bahas ciri-ciri umum yang dimiliki oleh pria yang “menua dengan lambat”.

 8 Ciri Umum Pria yang “Menua Lebih Lambat”

1. Suka Belajar

Ada pepatah: “Belajarlah sampai akhir hayat.”

Belajar bukan hanya memperkaya wawasan, tetapi juga memperlambat penuaan otak.

Banyak orang yang setelah pensiun berhenti beraktivitas dan menjadi rentan terkena demensia. Sebaliknya, orang yang tetap aktif belajar atau bekerja, cenderung memiliki kondisi mental yang jauh lebih baik.

2. Gemar Berolahraga

Olahraga adalah musuh utama penuaan.

Selain menjaga bentuk tubuh, olahraga juga meningkatkan daya tahan tubuh dan energi positif.

Tak heran para lansia yang panjang umur selalu aktif bergerak, karena mereka tahu: “Hidup adalah gerak.”

3. Tidak Merokok

Merokok membuat pria lebih cepat menua—baik secara fisik maupun mental.

Jika kamu merasa tak bisa hidup tanpa rokok, itu berarti jiwamu sudah mulai dikendalikan oleh nikotin.

Kulit menjadi kusam, napas pendek, dan kesehatan pun perlahan memburuk.

4. Tidak Mabuk-babukan

Pria yang sering mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan terlihat lebih cepat tua.

Alkohol bukan hanya merusak penampilan, tetapi juga merusak hati, pankreas, hingga memicu kanker dan penyakit jantung.

5. Senang Berteman

Pria yang menyendiri dan menutup diri akan lebih mudah tenggelam dalam emosi negatif.

Namun, penting juga untuk memilih teman yang sehat—hindari “teman mabuk-mabukan” yang hanya membawa gaya hidup tidak sehat.

Lingkungan sosial yang positif dapat memperpanjang umur dan menjaga semangat hidup.

6. Pola Tidur Teratur

Begadang dan tidur tidak teratur merusak sistem kekebalan dan hormon tubuh.

Kurang tidur akan membuat wajah tampak lesu, dan mempercepat proses penuaan.

Tidur yang cukup dan berkualitas adalah kunci agar tubuh tetap bugar dan awet muda.

7. Menjaga Pola Makan

Banyak pria berpikir, “Namanya juga pria, harus makan banyak dan bebas!”

Padahal, pola makan berlemak dan berkalori tinggi justru mengundang penyakit.

Pria yang pandai menjaga asupan makanan akan terlihat lebih muda, lebih sehat, dan lebih kuat.

8. Selalu Optimis dan Ceria

Pria yang panjang umur umumnya memiliki jiwa yang optimis, ceria, dan stabil.

Orang yang terus-menerus tertekan oleh emosi negatif bukan hanya cepat tua, tetapi juga mudah sakit.

Hati yang bahagia dan pikiran yang positif adalah “ramuan awet muda” yang sesungguhnya.

Kesimpulan: Merawat Diri Itu Bukan Feminin, Tapi Bijak

Banyak yang berpikir bahwa pria sejati tak perlu perawatan diri. Padahal, perawatan bukan soal kosmetik, tapi gaya hidup sehat.

Usia 45 bisa jadi awal dari kemunduran, atau justru awal dari kebangkitan—tergantung bagaimana kamu menjalaninya.

Hidup yang berkualitas dimulai dari pilihan-pilihan kecil yang dilakukan setiap hari.

Jadi, kamu mau jadi pria 45 tahun yang terlihat seperti 30, atau yang tampak seperti 60?

Pilihan ada di tanganmu.(jhn/yn)

Benarkah Tiongkok Membuat Myanmar Semakin Kacau? The Economist: Semua Ini Ada Kaitannya dengan Taiwan

EtIndonesia. Di jantung Asia Tenggara, Myanmar tengah terjerumus cepat ke dalam kekacauan tanpa hukum. Di balik krisis ini, Partai Komunis Tiongkok (PKT) memainkan peran ganda—di satu sisi menjalin hubungan erat dengan junta militer, dan di sisi lain, secara diam-diam menjalin kerja sama dengan berbagai kelompok bersenjata, bahkan menyuplai senjata untuk memengaruhi dinamika konflik. Tujuan utamanya? Menjaga keamanan jalur energi Tiongkok-Myanmar, yang sangat strategis sebagai jalur cadangan andai pecah perang di Selat Taiwan.

Pada tanggal 4 Juni, majalah ternama asal Amerika The Economist melaporkan bahwa Myanmar kini hampir menjadi negara yang sepenuhnya dikuasai kekerasan. Lebih dari 2 juta orang berada di ambang kelaparan, dan perdagangan narkoba, pusat-pusat penipuan daring berskala besar, serta jaringan perdagangan manusia telah menyebar melintasi perbatasan. Myanmar kini berada dalam krisis kemanusiaan yang serius, dan posisi strategisnya membuat krisis ini semakin penting secara geopolitik.

Dengan mundurnya Amerika Serikat dan Eropa yang dulu pernah memainkan peran penting, Tiongkok kini menjadi kekuatan eksternal paling dominan di Myanmar—dan dengan kebijakan luar negeri yang mengabaikan nilai-nilai seperti hak asasi manusia dan supremasi hukum, Beijing memperlihatkan wajah “realpolitik”-nya secara gamblang.

Tiongkok Pegang Kendali Myanmar dari Luar

Myanmar memang memiliki sejarah yang kelam. Sejak kudeta militer tahun 1962, negara ini dikuasai oleh militer selama hampir setengah abad. Meski sempat mengalami reformasi politik antara 2011 hingga 2021 yang memungkinkan Aung San Suu Kyi memimpin pemerintahan sipil, berbagai pelanggaran HAM tetap terjadi, termasuk pembersihan etnis terhadap minoritas Rohingya.

Namun, semua itu berubah pada tahun 2021 saat militer kembali mengambil alih kekuasaan lewat kudeta berdarah. Sejak itu, junta militer terlibat dalam perang sipil melawan puluhan kelompok pemberontak, aktivis kebebasan, dan bahkan geng kriminal. Negara yang luasnya hampir sebanding dengan Ukraina itu kini menjadi ladang perang yang brutal. Di tengah semua itu, pengaruh Tiongkok tumbuh secara dramatis.

Pipa Energi Strategis: Bekal Tiongkok untuk Perang di Selat Taiwan

Berbeda dengan negara-negara Barat yang mementingkan nilai-nilai universal, Beijing lebih pragmatis: dia siap bekerja sama dengan siapa pun, entah itu penguasa, oligarki, atau milisi bersenjata. Setelah sebelumnya bekerja sama dengan Aung San Suu Kyi, kini Tiongkok menjalin hubungan dengan junta militer sekaligus kelompok pemberontak.

Dengan memasok senjata dan amunisi, Tiongkok berusaha mengontrol jalannya konflik demi melindungi kepentingan strategisnya, salah satunya adalah pipa energi sepanjang 2.500 kilometer yang membentang dari Samudra Hindia hingga ke wilayah daratan Tiongkok.

Jalur ini memungkinkan Tiongkok menghindari ketergantungan pada Selat Malaka, jalur laut yang sangat strategis namun rawan blokade jika terjadi konflik besar, terutama di Selat Taiwan. Maka, jika perang Taiwan meletus, pipa Myanmar akan menjadi jalur cadangan vital untuk menyuplai minyak dan gas ke Tiongkok.

Tiongkok Ingin Kendali atas Sumber Daya dan Infrastruktur Myanmar

Selain melindungi jalur energinya, Tiongkok juga ingin tetap mengontrol sumber daya alam Myanmar, sekaligus menjaga proyek infrastruktur besar dalam skema “Belt and Road Initiative” (BRI).

Tak hanya itu, Beijing juga berusaha menindak kelompok kriminal penipuan daring yang menargetkan warga Tiongkok dari wilayah Myanmar, serta mencegah masuknya pengaruh Barat ke perbatasan selatannya.

Dorongan Tiongkok untuk Pemilu Palsu Bisa Picu Kekerasan Baru

Untuk menjaga stabilitas yang menguntungkan Beijing, Tiongkok kini menekan junta Myanmar agar menyelenggarakan pemilu semu tahun ini guna menciptakan kesan legitimasi. Namun, pemilu ini dikhawatirkan akan memicu gelombang kekerasan baru, karena kelompok-kelompok oposisi kemungkinan besar akan menolak dan mencoba menggagalkannya.

Jika kekacauan semakin dalam, wilayah perbatasan Myanmar dengan Bangladesh, Tiongkok, India, Laos, dan Thailand juga berisiko ikut terdampak.

Apakah Ada Harapan untuk Myanmar?

Harapan jangka panjang Myanmar sangat bergantung pada apakah kekuatan pro-demokrasi bisa bersatu dan menang dalam perang sipil ini. Atau, apakah negara-negara tetangganya seperti India dan Thailand mau berperan aktif mendorong proses damai yang adil dan berkelanjutan.

Namun hingga kini, sebagian besar negara tetangga Myanmar justru mendukung atau bersikap permisif terhadap junta, bahkan mendorong pemulihan hubungan internasional dengan rezim militer.
Namun cepat atau lambat, mereka akan menyadari bahwa hanya dengan mendorong demokratisasi Myanmar, stabilitas kawasan bisa benar-benar tercapai.

Jika tidak, maka kekerasan akan terus berulang, dan Myanmar akan terus terseret ke dalam jurang penderitaan—didorong oleh ambisi Tiongkok yang semakin agresif dan mementingkan keuntungan semata, serta kelambanan dan ketidakpedulian komunitas internasional.

Kondisi ini bukan hanya tragedi bagi Myanmar, tapi juga sebuah peringatan serius bagi dunia.(jhn/yn)

Perang antara Rusia dan Ukraina Meningkat Tajam,  Pembicaraan Damai Sulit Dilakukan Hingga Semua Lapisan Masyarakat Khawatir

  • Pekan ini, Rusia dan Ukraina mengadakan putaran kedua perundingan damai, namun hasilnya sangat minim. Ukraina meledakkan puluhan pesawat pembom Rusia yang dapat membawa senjata nuklir serta Jembatan Krimea. 
  • Sebagai balasan, Rusia membombardir kota-kota besar Ukraina seperti Kyiv dan Kharkiv. Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan menyampaikan kepada Presiden AS Donald Trump bahwa ia bersumpah akan melakukan pembalasan. 
  • Sementara itu, NATO meningkatkan dukungannya terhadap Ukraina, dan Trump tampaknya lebih memilih menggunakan sanksi untuk menekan kedua pihak agar menghentikan perang. Dunia kini sangat khawatir terhadap eskalasi konflik Rusia-Ukraina.

EtIndonesia. Pada 2 Juni, Rusia dan Ukraina mengadakan putaran kedua perundingan damai di Turki. Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan berharap dapat mempertemukan langsung pemimpin kedua negara, namun hal ini tampaknya sulit terwujud. Beberapa hari sebelum perundingan damai, Ukraina meluncurkan serangan bertubi-tubi terhadap Rusia. Sebuah truk militer Rusia meledak di Yakymivka, Zaporizhzhia. Keesokan harinya, pasukan khusus Ukraina menyerang brigade marinir Rusia yang bermarkas di Vladivostok.

Sehari sebelum perundingan (1 Juni), Ukraina meluncurkan “Operasi Jaring Laba-laba”, menyerang empat pangkalan udara Rusia menggunakan drone. Serangan ini menghancurkan sepertiga kekuatan udara Rusia, termasuk pesawat pembom dan pesawat peringatan dini—serangan tunggal terbesar sejak Perang Dunia II.

Reporter bertanya : “Apakah Presiden Trump diberitahukan sebelumnya mengenai serangan Ukraina?”

Juru bicara Gedung Putih, Levitt: “Tidak.”

Sehari setelah perundingan damai (3 Juni), Ukraina meledakkan Jembatan Krimea dengan 1.100 kg bahan peledak bawah air. Di hari yang sama, fasilitas listrik di wilayah Zaporizhzhia dan Kherson yang dikuasai Rusia juga dibom.

Tentara Rusia: “Kerja bagus, teman-teman! Selamat! Vodolazhi kini milik kita!”

Tak tinggal diam, Rusia membalas dari tanggal 4 hingga 6 Juni dengan membombardir kota-kota besar Ukraina, termasuk Kharkiv, Kyiv, Lutsk, Ternopil, dan Lviv.

Presiden AS Donald Trump: “Kebencian yang luar biasa besar ada di antara kedua orang ini (Putin dan Zelenskyy), dan juga di antara kedua belah pihak yang berperang.”

Kanselir Jerman Friedrich Merz: “Kami (Amerika dan Jerman) sedang mencari berbagai cara untuk mengakhiri perang mengerikan ini (antara Rusia dan Ukraina).”

Pada 5 Juni, Kanselir Merz mengunjungi Gedung Putih dan menyebutkan bahwa 81 tahun lalu, tentara AS membebaskan Jerman dari Nazi. Kini, strategi Jerman terhadap perang Rusia-Ukraina memang berbeda dengan AS, namun Jerman siap bekerja sama.

Dalam pertemuan NATO sehari sebelumnya, Jerman berjanji membantu Ukraina mendapatkan sistem pertahanan udara. Inggris juga berjanji akan mengirimkan 100.000 drone sebagai bagian dari bantuan militer untuk Ukraina.

Salah satu penyebab utama perang Rusia-Ukraina adalah keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO, yang hingga kini tetap menjadi ganjalan bagi Rusia.

Pada 2 Juni, dalam memorandum gencatan senjata dari Rusia, masih tercantum syarat utama: melarang Ukraina bergabung dengan NATO.  Syarat lainnya termasuk:

  • Ukraina melepaskan keinginan bergabung dengan NATO;
  • Larangan penempatan pasukan asing;
  • Penghentian total bantuan senjata dan intelijen dari Barat;
  • Ukraina secara resmi mengakui Krimea dan empat wilayah di timur sebagai bagian dari Rusia.

Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov, awalnya menyatakan perlu waktu seminggu untuk mempelajari syarat-syarat tersebut. Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky segera menolaknya.

Zelensky: “Baik Ukraina maupun siapa pun tidak akan menganggap serius hal ini, karena ini bukanlah memorandum, melainkan ultimatum.”

Sementara itu, syarat gencatan senjata dari Ukraina adalah: Rusia harus menghentikan semua serangan tanpa syarat, membebaskan tawanan perang, dan mengembalikan anak-anak yang diculik.

Dari perundingan damai putaran kedua, hanya ada kesepakatan mengenai pertukaran prajurit yang terluka, tawanan perang, dan jenazah sekitar 6.000 prajurit yang gugur.

Pada 7 Juni, Rusia mengirimkan 1.212 jenazah tentara Ukraina ke lokasi pertukaran, namun Ukraina menunda pelaksanaan kesepakatan tersebut.

Ketua delegasi Rusia, Vladimir Medinsky, menyatakan alasan Ukraina sangat membingungkan dan menyerukan agar pertukaran dimulai segera.

Pekan ini, strategi drone Ukraina mengejutkan dunia, sementara serangan udara brutal Rusia juga mengingatkan dunia akan kekuatan destruktifnya. Pada 6 Juni, pangkalan udara Rusia di Ryazan dan Saratov kembali diserang Ukraina. Kebakaran besar terjadi di depot bahan bakar di pangkalan. Keesokan paginya, Ukraina menembak jatuh satu pesawat tempur Su-35 Rusia. Ketegangan perang terus meningkat.

Pada 4 Juni, setelah berbicara dengan Putin lewat telepon, Trump menyatakan bahwa Putin akan segera membalas. Di hari yang sama, ia membagikan artikel dari The Washington Post mengenai disahkannya “Undang-Undang Sanksi Rusia” oleh Kongres AS, yang memberi Trump kekuatan untuk menekan Putin agar menghentikan perang.

Trump: “(Sanksi dari AS) akan sangat-sangat berat, dan mungkin ditujukan ke kedua negara (Rusia dan Ukraina). Sejujurnya, satu tangan tak bisa bertepuk sendiri.” (Hui)

Laporan oleh: Lin Chao dan Yu Wei – Majalah Berita NTD

Calon Presiden Kolombia Ditembak di Kepala dari Belakang, Kini  Kondisinya Kritis 

Miguel Uribe, kandidat dalam pemilu presiden Kolombia tahun depan, ditembak dan terluka dalam sebuah pidato kampanye di hadapan massa pada  Sabtu (7/6/2025) di ibu kota Bogotá. Ia kini berada dalam kondisi kritis, dan satu orang telah ditangkap. Pemerintah Kolombia mengecam kejadian ini sebagai sebuah “serangan”.

EtIndonesia. Uribe, 39 tahun, berasal dari partai oposisi konservatif “Pusat Demokratik” (Democratic Center), partai yang didirikan oleh mantan presiden Álvaro Uribe. Meski memiliki nama belakang yang sama, mereka tidak memiliki hubungan keluarga.

Partai Pusat Demokratik mengeluarkan pernyataan keras mengecam serangan serius ini. Mereka menyatakan bahwa Uribe sedang mengadakan acara kampanye di sebuah taman di ibu kota ketika ia “ditembak dari belakang oleh pelaku bersenjata”. Partai menyebut serangan ini sangat serius, namun tidak mengungkapkan rincian lebih lanjut tentang kondisi luka Uribe.

Dalam cuplikan video, terlihat Uribe disangga oleh beberapa warga dan bersandar di sebuah mobil. Seseorang menekan kepala Uribe dengan tangan, sementara kemeja putihnya penuh berlumuran darah. Menurut petugas medis yang merawatnya, Uribe terkena dua tembakan di kepala dan satu di lutut.

Menteri Pertahanan Kolombia, Pedro Sánchez, menyatakan bahwa seorang tersangka penembakan telah ditangkap, dan pihak berwenang sedang menyelidiki kemungkinan keterlibatan pelaku lain. Sánchez juga mengatakan bahwa ia telah mengunjungi rumah sakit tempat Uribe dirawat.

Menteri Luar Negeri Kolombia, Laura Sarabia, menulis di media sosial: “Kekerasan tidak boleh menjadi cara untuk menyelesaikan masalah… Saya sungguh berharap Uribe selamat dan keluar dari kondisi kritis.”

Kantor Kepresidenan Kolombia juga mengeluarkan pernyataan bahwa pemerintah “dengan tegas dan keras” mengecam serangan kekerasan ini dan menyerukan investigasi menyeluruh.

Uribe berasal dari keluarga terpandang di Kolombia dan memiliki hubungan dekat dengan Partai Liberal Kolombia. Ayahnya adalah seorang pengusaha dan pemimpin serikat pekerja. Ibunya, jurnalis Diana Turbay, diculik pada tahun 1991 oleh Kartel Medellin yang dipimpin oleh gembong narkoba Pablo Escobar, dan tewas dalam upaya penyelamatan. (Hui)

Sumber : NTDTV.com 

Pasangan Asal Tiongkok Selundupkan Patogen ke AS, Pakar Peringatkan Ancaman Infiltrasi oleh PKT

Baru-baru ini, sepasang kekasih asal Tiongkok didakwa karena menyelundupkan “patogen biologis berbahaya” ke Amerika Serikat, dengan tujuan melakukan penelitian di salah satu universitas di AS. Para pakar masalah Tiongkok memperingatkan bahwa seiring semakin dalamnya infiltrasi Partai Komunis Tiongkok (PKT) ke dalam kampus-kampus AS, insiden ini seharusnya menjadi alarm bagi keamanan nasional.

EtIndonesia. Pada Selasa, (3/6/2025), Departemen Kehakiman AS mengumumkan dakwaan pidana terhadap dua warga negara Tiongkok, yaitu Jian Yunqing dan Liu Zunyong, atas sejumlah tuduhan termasuk konspirasi, penyelundupan barang ke dalam negeri, pernyataan palsu, dan penipuan visa.

Keduanya dituduh menyelundupkan jamur bernama Fusarium graminearum, yang dalam literatur akademik dikategorikan sebagai “potensial senjata terorisme pertanian”. Jaksa federal menjelaskan bahwa jamur ini menyebabkan penyakit “head blight” pada tanaman serealia (seperti gandum dan jagung), yang setiap tahun menyebabkan kerugian ekonomi miliaran dolar di seluruh dunia. Jamur ini juga menghasilkan racun yang dapat menyebabkan muntah, kerusakan hati, serta mengganggu reproduksi manusia dan hewan ternak.

Menurut dakwaan, Jian Yunqing diketahui pernah menerima dana dari pemerintaan partai komunis TIiongkok (PKT) untuk meneliti patogen tersebut, dan perangkat elektronik miliknya mengandung dokumen yang menunjukkan identitas sebagai anggota Partai Komunis Tiongkok serta sumpah kesetiaan. Sementara itu, kekasihnya Liu Zunyong, yang juga melakukan penelitian serupa di salah satu universitas di Tiongkok, tertangkap pada Juli tahun lalu membawa sampel jamur tersebut saat pemeriksaan bea cukai, dan mengakui bahwa tujuannya adalah untuk membawanya ke laboratorium Universitas Michigan tempat Jian bekerja.

Michael Sobolik, pakar isu Tiongkok, memperingatkan bahwa mulai dari penyelundupan prekursor fentanyl hingga kegagalan menghentikan penyebaran COVID-19, PKT kini mencoba menggunakan patogen biologis untuk membahayakan rakyat Amerika.

Kasus ini juga memicu kekhawatiran publik mengenai infiltrasi warga negara Tiongkok ke universitas-universitas AS. Laporan dari Universitas Stanford bulan lalu mengungkapkan bahwa mata-mata PKT kemungkinan telah menyusup ke kampus itu dan berbagai kampus lainnya di seluruh Amerika, dengan tujuan mengumpulkan intelijen.

Sobolik menegaskan bahwa sistem pendidikan tinggi AS sudah lama bergantung pada dana dari PKT, dan banyak mahasiswa Tiongkok menjadi sasaran tekanan untuk menjadi informan bagi pemerintah PKT. Ia menyerukan agar universitas-universitas AS mulai menyadari ancaman nyata dari PKT dan berhenti menjadi kaki tangan rezim tersebut. (Hui)

Laporan dari Liu Jiajia, NTD, Amerika Serikat.

PKT Curi Teknologi, Menteri Perdagangan AS Peringatkan dan Serukan Penguatan Pengawasan Ekspor

Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Howard Lutnick, memperingatkan bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) sedang mempercepat pencurian teknologi canggih Amerika, termasuk kecerdasan buatan (AI) dan teknologi penerbangan. Ia menekankan bahwa AS perlu memperkuat penegakan pengawasan ekspor, serta mendorong produksi semikonduktor kembali ke dalam negeri.

EtIndonesia. Dalam sidang dengar pendapat di DPR AS pada (5/6/2025), Menteri Howard Lutnick menegaskan pentingnya memperketat penerapan aturan pengendalian ekspor guna mencegah PKT mencuri teknologi penting.

Ia menyerukan kepada Kongres untuk meningkatkan anggaran bagi Biro Industri dan Keamanan (BIS) di bawah Departemen Perdagangan, agar dapat menambah jumlah petugas inspeksi lapangan yang akan memeriksa gudang dan eksportir, guna memastikan bahwa pembatasan ekspor ke negara-negara lawan seperti Tiongkok benar-benar diterapkan secara efektif. Pemerintah juga berencana menempatkan lebih dari dua petugas BIS di dalam wilayah Tiongkok untuk memperkuat penegakan langsung di lapangan.

Secara paralel, dalam upaya membawa kembali produksi semikonduktor ke AS, pemerintahan Trump tengah merundingkan ulang berbagai perjanjian subsidi yang sebelumnya dibuat di era Biden dalam kerangka Undang-Undang CHIPS (CHIPS Act). Pemerintah sekarang meminta perusahaan untuk meningkatkan jumlah investasi, memperluas kapasitas produksi, dan mempercepat pembangunan fasilitas.

Lutnick menyampaikan bahwa hasil dari perundingan ulang tahap awal telah mendorong perusahaan untuk berkomitmen menanamkan investasi lebih dari 300 miliar dolar AS di AS—dua kali lipat dari rencana sebelumnya.

Selain mendorong produksi dalam negeri, Lutnick juga menegaskan bahwa AS akan terus membatasi aliran chip canggih dan teknologi AI ke negara-negara musuh. Menurut laporan Bloomberg, pemerintahan Trump telah meninggalkan kebijakan era Biden yang dikenal sebagai “aturan penyebaran AI”, dan menggantinya dengan kesepakatan bersama sekutu-sekutu AS untuk secara ketat mengontrol ekspor chip AI kelas atas. Ke depannya, hanya pusat data dan penyedia layanan cloud yang telah disetujui oleh pihak AS yang boleh menggunakan chip semacam itu, guna mencegah Tiongkok dan Rusia memperoleh daya komputasi AI Amerika secara tidak langsung.

Lutnick menjelaskan bahwa kebijakan “America First” (Amerika Didahulukan) yang diusung Presiden Trump menekankan pentingnya mempertahankan keunggulan di sektor industri dan teknologi strategis. Ia juga mengungkapkan bahwa Departemen Perdagangan telah membentuk Kantor Percepatan Investasi, yang bertujuan menarik arus modal global untuk masuk dan berinvestasi di Amerika Serikat. (Hui)

Laporan dari Liu Jiajia, NTD, Amerika Serikat.

Wabah COVID-19 di Tiongkok Meningkat, Kasus Kematian Mendadak di Kalangan Anak Muda Melonjak

EtIndonesia. Wabah COVID-19 (virus PKT) di Tiongkok terus meningkat. Baru-baru ini, pejabat dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tiongkok mengakui bahwa saat ini wabah di negara tersebut telah mencapai puncak tahap pertama untuk tahun ini. Warga mengungkapkan bahwa angka kematian tetap tinggi di berbagai daerah, termasuk peningkatan kasus kematian mendadak di kalangan anak muda, sementara pemerintah menutupi fakta yang sebenarnya.

Seorang blogger Tiongkok mengatakan:“Benar-benar tak disangka, COVID bangkit lagi. Jangan sampai diremehkan.”

Pada 4 Juni, Hou Lili, seorang influencer asal Henan berusia 34 tahun, meninggal mendadak akibat stroke iskemik akut. Seminggu sebelumnya, ia masih aktif memperbarui videonya, terlihat sehat saat membantu ibunya memanen gandum.

Blogger lain menanggapi: “Sungguh menyedihkan, satu nyawa muda yang penuh semangat tiba-tiba terhenti begitu saja.”

Pada 5 Juni, CDC Tiongkok merilis data infeksi COVID-19 nasional untuk bulan Mei, menyebutkan bahwa terdapat 440.662 kasus baru, dengan 7 kematian secara resmi dilaporkan. Dalam konferensi pers hari itu, peneliti CDC Liu Qiyong menyatakan bahwa sejak Maret, tren infeksi COVID-19 terus meningkat, dan saat ini telah mencapai puncak tahap pertama untuk tahun ini, meskipun di beberapa provinsi mulai menunjukkan tren penurunan.

Namun, sejumlah dokter dan warga di Tiongkok mengatakan kepada NTD bahwa wabah COVID-19 sebenarnya belum mereda. Jumlah infeksi tetap tinggi, angka kematian juga sangat besar, dan pemerintah terus menyembunyikan kenyataan tersebut.

Dokter Kang Hong dari sebuah klinik di Guangzhou mengatakan: “COVID lebih parah dari flu biasa. Gejalanya lebih berat. Biasanya saya tidak pakai masker, sekarang saya harus pakai.”

Chen Yang, seorang dokter pengobatan tradisional Tiongkok di Zhuzhou, Hunan, berkata: “Virus ini meledak lagi, menurut saya memang tidak pernah berhenti. Saya sering menerima pasien yang sudah tidak mempan dengan pengobatan barat dan akhirnya datang ke saya.”

Tuan Jian, warga Shenzhen, mengungkapkan: “Di Tiongkok selatan sangat parah. Di Shenzhen, banyak rumah sakit dan klinik penuh antrian. Semua orang sakit tenggorokan, demam. Secara resmi disebut COVID, varian baru dari COVID. Orang-orang meninggal karena ini, tapi pemerintah tidak akan pernah mengakuinya.”

Dalam beberapa bulan terakhir, laporan tentang kematian mendadak di kalangan anak muda terus bermunculan di berbagai daerah di Tiongkok.

Misalnya:

  • Pada 3 Juni, artis internet terkenal asal Shanxi, Da Gang (usia 48), meninggal dunia mendadak.
  • Pada 1 Juni, Duan Yu, seorang influencer dari Jiangxi, meninggal akibat pendarahan otak, juga di usia 48 tahun.

Varian virus COVID-19 terbaru yang menyebar di Tiongkok adalah NB.1.8.1, yang memiliki daya tular tinggi. Varian ini kini juga menyebar cepat di Australia, Hong Kong, Jepang, Taiwan, serta negara-negara Asia Tenggara lainnya. Beberapa bandara di Amerika Serikat juga telah mendeteksi kasus varian ini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan varian NB.1.8.1 sebagai “varian dalam pemantauan.” (Hui)

Laporan wartawan NTD, Kai Xin dan Xiong Bin.

Rusia Luncurkan Serangan Balasan: Lebih dari 400 Drone dan 40 Rudal Hujani Ukraina

Pada Jumat  (6 Juni) dini hari, Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap enam wilayah di Ukraina menggunakan drone dan rudal, yang disebut sebagai salah satu serangan udara terbesar sejak perang dimulai. Moskow mengklaim serangan ini sebagai balasan atas serangan Ukraina sebelumnya di wilayah Rusia. Sementara itu, Ukraina menyerukan kepada negara-negara Barat untuk mengambil tindakan tegas, guna memberikan tekanan diplomatik, politik, dan ekonomi terhadap Rusia demi mengakhiri perang.

EtIndonesia. Rudal-rudal melesat menembus langit dan menghantam sasaran dengan kecepatan tinggi, disusul ledakan hebat dan bola api yang menyilaukan. Pasukan pertahanan udara Ukraina berusaha keras menembak jatuh puluhan drone Rusia yang menargetkan Kyiv, dengan suara tembakan senapan mesin dan dengungan drone bergema di atas kota.

Tak hanya ibu kota Kyiv, kota-kota di bagian barat seperti Lutsk dan Ternopil juga mengalami serangan hebat.

Angkatan Udara Ukraina mengkonfirmasi bahwa pada Jumat dini hari, Rusia melancarkan serangan udara dengan 407 drone serang—jumlah tertinggi dalam satu kali serangan—ditambah 45 rudal jelajah dan rudal balistik, menargetkan berbagai wilayah Ukraina. Serangan ini menyebabkan sedikitnya 4 orang tewas dan 49 orang terluka, serta kerusakan berat pada apartemen bertingkat tinggi. Layanan kereta bawah tanah di Kyiv juga terhenti karena kerusakan pada rel.

Daria, warga Kyiv, mengatakan: “Sekitar pukul 1:30 pagi, kami terbangun karena ledakan. Pintu rumah kami sampai terbuka karena getaran.”

Talia, warga Kyiv lainnya, menambahkan: “Semua jendela di apartemen saya pecah terkena ledakan. Sangat menakutkan.”

Puluhan ribu warga Kyiv berlindung di tempat perlindungan bawah tanah, mencoba mengatasi ketakutan akibat perang yang terus berlanjut.

Kementerian Pertahanan Rusia pada  Jumat mengklaim bahwa serangan ini adalah respons terhadap “tindakan terorisme rezim Kyiv”, dan menyatakan bahwa target serangan adalah fasilitas militer.

Sebelumnya, Rusia menuduh Ukraina berada di balik serangan bom mematikan terhadap jembatan rel di Rusia pada akhir pekan lalu, dan menyatakan secara terbuka kepada Presiden AS Donald Trump bahwa Moskow akan membalas serangan Ukraina terhadap pangkalan udara Rusia.

Para analis militer penerbangan Barat memperkirakan bahwa Rusia telah kehilangan lebih dari 10% kekuatan tempur dari armada pengebom jarak jauhnya—seperti Tu-95 dan Tu-22—yang biasanya digunakan untuk menembakkan rudal ke kota-kota Ukraina. Kerugian ini kemungkinan akan memakan waktu bertahun-tahun untuk dipulihkan dan menghambat rencana pengembangan pesawat pengebom baru Rusia yang memang sudah tertunda.

Pada  Jumat, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam keras serangan Rusia terhadap infrastruktur sipil dan energi. Ia menekankan bahwa sekarang adalah saatnya bagi Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara di seluruh dunia untuk menekan Rusia guna menghentikan perang ini.

Presiden Zelenskyy menyampaikan: “Mohon desak diberlakukannya sanksi baru yang efektif terhadap Rusia dan rezimnya. Hentikan pembunuhan dan serangan ini. Wujudkan perdamaian sejati, dan buat Rusia benar-benar bertanggung jawab atas perang ini.” (Hui)

Laporan oleh Yi Jing, wartawan NTD.

PKT Perluas Pemungutan Pajak Luar Negeri, Pakar: Upaya Pengendalian Menjangkau Seluruh Dunia

0

Pajak “orang kaya luar negeri” yang diberlakukan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) kini telah diperluas jangkauannya hingga ke kalangan kelas menengah. Baru-baru ini, otoritas pajak di berbagai wilayah meningkatkan pemungutan pajak terhadap kelompok kelas menengah. Para pakar menilai bahwa meskipun tampaknya ini karena tekanan fiskal yang dialami pemerintah, pada kenyataannya ini adalah bagian dari perluasan kendali PKT secara global.

EtIndonesia. Pada 5 Juni, Bloomberg mengutip sumber yang mengetahui kebijakan tersebut, melaporkan bahwa otoritas pajak PKT tengah meninjau berbagai jenis penghasilan luar negeri, termasuk hasil investasi, dividen, dan opsi saham karyawan. Tarif pajak maksimum yang dikenakan bisa mencapai 20%.

Kebijakan pemungutan pajak kali ini berbeda dengan kebijakan tahun lalu yang menargetkan individu dengan kekayaan di atas 10 juta dolar AS. Para konsultan pajak melaporkan bahwa belakangan ini mereka menerima banyak konsultasi dari individu dengan aset kurang dari 1 juta dolar AS.

Sumber tersebut juga mengungkap bahwa pemerintah PKT secara khusus menaruh perhatian pada warga yang memiliki saham di bursa AS dan Hong Kong.

Pada akhir Maret, otoritas pajak di berbagai wilayah mengumumkan pemeriksaan terfokus terhadap pelaporan penghasilan luar negeri oleh warga negara. Jumlah pajak tambahan yang diminta dari warga berkisar antara RMB. 120.000 hingga RMB.1.260.000 .

Sun Guoxiang, profesor penuh di Departemen Urusan Internasional dan Bisnis Universitas Nanhua, Taiwan, mengatakan: “Perluasan pajak terhadap pendapatan luar negeri dari orang kaya ke kelas menengah mencerminkan kecenderungan pengendalian. Kita tahu bahwa kelas menengah adalah lapisan penyangga penting bagi stabilitas ekonomi Tiongkok. Jika kebijakan ini memicu ketidakpercayaan dan ketakutan terhadap sistem, maka dapat semakin mengurangi minat konsumsi dan investasi, yang pada gilirannya memperparah kelemahan ekonomi.”

Data yang dirilis PKT menunjukkan bahwa pada periode Januari hingga April tahun ini, pendapatan fiskal secara luas mengalami penurunan 1,3%, sementara pengeluaran meningkat 7,2% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan defisit anggaran melebar 54%, tertinggi sepanjang sejarah untuk periode yang sama.

Huang Dawei, ekonom asal Amerika Serikat, menilai bahwa: “Sistem perpajakan Beijing sangat erat kaitannya dengan politik. Saat pemerintah pusat mengalami kekurangan dana, sementara banyak modal telah melarikan diri ke luar negeri, maka pengumpulan pajak diperluas. Ini juga digunakan untuk memperkuat pengawasan terhadap pergerakan warga dan arus aset mereka di luar negeri.”

Sun Guoxiang menambahkan: “Peralihan dari pajak orang kaya ke pajak kelas menengah ini tampak sebagai upaya menutup kekurangan anggaran, namun sebenarnya merupakan kelanjutan dari pola pemerintahan PKT yang cenderung kontrol total.”

Sejak September 2018, PKT telah mengubah peraturan perpajakan dengan mencoba memanfaatkan sistem pertukaran informasi global yang dikenal sebagai Common Reporting Standard (CRS), guna memungut pajak atas penghasilan luar negeri warga negaranya. Namun, karena berbagai hambatan, penerapan sistem ini baru dijalankan secara efektif belakangan ini.

Huang Dawei memperingatkan: “Meskipun Beijing ikut serta dalam CRS, bila informasi internasional itu justru digunakan untuk menghukum rakyat biasa secara politis, maka banyak negara akan mulai meragukan apakah Tiongkok menyalahgunakan data tersebut. Ini bisa menyebabkan negara-negara mempertimbangkan ulang kerja sama mereka dengan Tiongkok dalam hal data keuangan.” (Hui)

Laporan oleh wartawan NTD, Li Yun dan Qiu Yue.

Kantor Pemimpin Partai Xi Dihapus? Media Belarus Bocorkan Rahasia

Setelah menghilang selama setengah bulan dan kembali muncul di hadapan publik, pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping menunjukkan berbagai kejanggalan dalam sepekan terakhir. Bukan hanya media partai menunjukkan pelaporan yang aneh, tapi media Belarus juga membocorkan bahwa kantor pemimpin Partai Komunis Tiongkok kemungkinan telah dibubarkan. Para analis menilai hal ini mengindikasikan bahwa Xi mungkin telah kehilangan kekuasaan, dan kemunculannya hanya bagian dari sandiwara politik yang sedang dimainkan oleh rezim di Zhongnanhai.

EtIndonesia. Setelah terakhir terlihat di Henan pada 20 Mei lalu, Xi Jinping menghilang dari publik selama 15 hari, memicu spekulasi bahwa kekuasaannya telah melemah. Pada 5 Juni, ia melakukan percakapan via telepon dengan Presiden AS Donald Trump, tetapi laporan awal oleh Xinhua News (kantor berita resmi Partai Komunis Tiongkok) tidak mencantumkan gelar resminya.

Tiga menit kemudian, Xinhua menerbitkan ulang berita tersebut dan menambahkan gelarnya. Namun, video yang dirilis tetap memakai versi awal. Kejanggalan ini memicu spekulasi bahwa ada masalah serius di balik layar.

Komentator politik Tang Jingyuan mengatakan: “Ini pasti dilakukan dengan sengaja. Kalau mereka tidak sadar ada kesalahan di versi pertama, maka tidak akan ada versi kedua yang memperbaiki. Jadi ini sangat tidak biasa dan sebenarnya merupakan sinyal politik yang jelas: Xi Jinping sedang mengalami masalah besar. Baik saat bertemu Lukashenko maupun berbicara dengan Trump, dia sedang menjalankan perintah dan sekadar mengikuti skenario.”

Lebih lanjut, saat Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengunjungi Tiongkok pada 2 Juni, baik pemerintah maupun media partai sangat minim meliput. Xinhua baru melaporkan pertemuan itu dua hari kemudian, menyebutkan bahwa Xi bertemu Lukashenko di Zhongnanhai.1

Namun diketahui umum bahwa Zhongnanhai adalah kantor pusat Dewan Negara dan Komite Sentral PKT, sedangkan pertemuan dengan pemimpin asing biasanya digelar di Wisma Negara Diaoyutai. Misalnya, pada 4 Desember 2023, Xi menerima Lukashenko di Wisma Negara tersebut.

Menariknya, foto dari Kantor Berita Negara Belarusia menunjukkan gedung tempat pertemuan itu berlabel “Chun Yizhai” (純一齋), dan dalam laporan itu disebutkan Xi memberitahukan kepada Lukashenko bahwa kantornya berada di sebelah ruangan tersebut. Namun, berdasarkan data publik, kantor pemimpin PKT sejak lama berada di pulau Yingtai di tengah Danau Selatan (Nanhai). Hal ini memicu spekulasi bahwa kantor Xi telah dipindahkan atau dibubarkan.

Shen Mingshi, peneliti dari Institut Riset Pertahanan dan Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan: “Kalau yang datang adalah presiden dari negara sahabat, biasanya memang pemimpin tertinggi yang menyambut. Tapi kali ini, dari lokasi pertemuan, tingkat penyambutan, hingga isi percakapan, semuanya terasa tidak biasa. Terlebih, dalam pidato Lukashenko sama sekali tidak disebutkan nama Xi Jinping.”

Sumber internal yang terpercaya sebelumnya juga mengungkap bahwa meskipun Xi masih muncul di panggung politik, pada kenyataannya ia telah kehilangan kekuasaan, dan sekarang hanya menjalankan peran sesuai skenario dari elite di Zhongnanhai.

Shen menambahkan: “Ada kekuatan tertinggi di dalam Partai Komunis Tiongkok yang melebihi Xi Jinping. Bahkan fenomena tak biasa di kalangan jenderal tinggi dari faksi Xi bisa menjadi bukti bahwa Xi tak lagi memiliki kendali penuh atas arah perkembangan besar di Tiongkok, atau tidak memiliki kekuasaan yang cukup untuk mengatur jalannya negara.” (Hui)

Laporan oleh Tang Rui dan Luo Ya, kontributor khusus NTDTV

Forum Epoch Times di Gedung Capitol AS Ungkap Peningkatan Penindasan Transnasional Partai Komunis Tiongkok 

EtIndonesia. Pada  Jumat (6 Juni), Epoch Times mengadakan sebuah forum di Gedung Capitol Amerika Serikat, membahas peningkatan penindasan transnasional oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), serta mengungkap metode penindasan tersebut. 

 “Forum hari ini di Gedung Capitol mengungkap bagaimana PKT menggunakan media Barat untuk mencoba memanipulasi sistem peradilan dan menyerang kelompok Falun Gong yang meyakini prinsip Sejati–Baik–Sabar, serta Shen Yun Performing Arts, yang berkomitmen melestarikan budaya tradisional Tiongkok selama lima ribu tahun. Para peserta forum menyatakan bahwa tujuan PKT itu jahat, dan metodenya tercela—penyusupan dan serangan ini tengah mengikis fondasi negara Amerika Serikat,” demikian Zhang Liang, wartawan NTD di Kongres AS. 

Pierro Tozzi, Kepala Staf Komisi Eksekutif Kongres AS tentang Tiongkok (CECC) berkata :  “Saya sangat mendukung upaya untuk menegakkan keadilan bagi para korban penindasan PKT di seluruh dunia. Saya juga mengecam keras tindakan-tindakan PKT. Untuk mencegah gangguan dan kekerasan lebih lanjut oleh PKT di Amerika Serikat, kita perlu melakukan lebih banyak upaya.”

Dalam pidatonya, Tozzi mengecam konsulat dan kedutaan besar PKT karena diduga merencanakan serta mengatur serangan terhadap demonstran damai di AS—padahal demonstrasi adalah hak yang dijamin oleh Amandemen Pertama Konstitusi. Ia juga memaparkan beberapa kasus yang ditangani Departemen Kehakiman, termasuk upaya PKT menyuap pejabat IRS agar mencabut status bebas pajak dari Shen Yun Performing Arts, serta penggunaan warga Tionghoa di AS untuk memata-matai praktisi Falun Gong.

Yuan Hongbing, pakar hukum asal Tiongkok yang kini tinggal di Australia, mengungkap bahwa sejak 2022, PKT telah melancarkan strategi penindasan terhadap Falun Gong di luar negeri dengan konsep “satu pusat, dua titik utama.”

Yuan Hongbing:  “‘Satu pusat’ adalah serangan terhadap karakter dan moral pendiri Falun Gong, Tuan Li Hongzhi.”

 “‘Dua titik utama’ adalah perang opini publik dan perang hukum terhadap Falun Gong.”

Yuan menjelaskan bahwa perang opini dilakukan dengan menyuap dan memanfaatkan media arus utama di Barat untuk menyebarkan fitnah terhadap Falun Gong dan lembaga seperti Shen Yun yang didirikan oleh para pengikut Falun Gong. Sementara itu, ‘perang hukum’ berarti memanfaatkan sistem hukum Barat untuk menggugat pendiri Falun Gong, Shen Yun, dan lembaga terkait lainnya, demi mendiskreditkan mereka dan memperkuat serangan opini publik.

Yuan Hongbing:  “Penyusupan dan operasi front bersatu PKT di Amerika benar-benar merasuki semua lini.”

Dr. Eric Patterson selaku President dan CEO of the Victims of Communism Memorial Foundation, dalam pidatonya mengutip laporan dari lembaga think tank Brookings Institution tahun 2024 yang menyatakan bahwa PKT telah mendirikan 102 kantor polisi rahasia di 53 negara, termasuk di berbagai kota besar Amerika Serikat, untuk menjalankan agenda mereka.

 “(Penindasan transnasional) adalah krisis nyata yang menyakitkan dan terus berlangsung, karena PKT dan organisasinya melakukan pelecehan, intimidasi, pemaksaan, bahkan kekerasan terhadap para pengkritik, pembangkang, dan siapa pun yang menolak tunduk pada kehendak mereka, di luar wilayah Tiongkok,” katanya. 

Zhang Liang, wartawan NTD di Kongres AS:  “Perlu disebutkan bahwa ketika Mark Yang, peneliti dari Pusat Informasi Falun Dafa, sedang berpidato, seseorang membunyikan alarm kebakaran di Gedung Kantor DPR Rayburn, yang menyebabkan forum harus dihentikan sementara. Dalam beberapa tahun terakhir, setiap kali ada acara yang mengungkap kebejatan PKT, selalu ada upaya sabotase oleh agen-agen yang diduga dikirim oleh PKT. Identitas pelaku yang membunyikan alarm kebakaran hari ini masih belum diketahui.”

Moderator forum dan editor senior The Epoch Times versi Inggris, Jack Yang, juga menulis di platform X bahwa gangguan semacam ini adalah salah satu metode efektif yang sering digunakan PKT untuk membungkam suara oposisi. (Hui)

Laporan langsung dari Gedung Kongres AS oleh wartawan NTD, Zhang Liang dan Ren Hao.

Wanita Lakukan 7.079 Pull-Up dalam 24 Jam, Pecahkan Rekor Dunia Sebelumnya Hampir Dua Kali Lipat

EtIndonesia. Seorang wanita Australia berusia 34 tahun memecahkan Rekor Dunia Guinness untuk pull-up terbanyak yang dilakukan oleh seorang wanita dalam 24 jam dengan melakukan 7.079 pull-up.

Mengatakan Olivia Vinson mengalahkan rekor lama untuk pull-up terbanyak oleh seorang wanita dalam 24 jam adalah pernyataan yang meremehkan, mengingat bahwa penggemar kebugaran Australia itu hampir menggandakannya.

Pencapaian itu berawal dari usulan liar dari suami dan pelatihnya, dan meskipun awalnya dia hanya menertawakan gagasan untuk menantang rekor dunia, pada akhirnya hal itu mulai masuk akal.

Olivia berlatih selama tiga bulan sebelum menerima tantangan tersebut pada bulan September tahun lalu, tetapi 12 bulan setelah mencobanya, tendon bisepnya tertarik, yang membuatnya tidak dapat melakukan pull-up lagi. Dia harus membatalkan semuanya, tetapi setelah pulih selama beberapa bulan, dia kembali memecahkan Rekor Dunia Guinness.

“Saya mencari tantangan yang lebih besar, dan suami serta pelatih saya malah menyarankan pull-up selama 24 jam, yang awalnya saya tertawakan karena saya pikir tidak mungkin,” kata Vinson kepada Guinness. “Saya mencari tahu rekor terkini, yaitu 4.081, dan sekali lagi saya berpikir, ‘tidak mungkin’. Setelah beberapa saat, saya menghitungnya dan saya pikir mungkin saya bisa.”

Bagi kebanyakan pria atau wanita, melakukan lebih dari 4.000 pull-up dalam 24 jam terdengar hampir mustahil, yang membuat pencapaian Olivia Vinson semakin mengesankan.

Rekor sebelumnya dipegang oleh Paula Gorlo dari Polandia pada tahun 2021 sebanyak 4.081 kali, tetapi pada tanggal 29-30 Maret tahun ini, penantang berusia 34 tahun itu memecahkannya dengan melakukan 7.079 kali pull-up, atau rata-rata sekitar lima kali pull-up setiap menit selama 24 jam.

“Saya telah mencapai angka yang menurut saya tidak mungkin dicapai saat pertama kali melakukannya,” kata Vinson. “Ke depannya, ini benar-benar memaksa saya untuk mempertanyakan segala hal yang saya rasa tidak dapat saya lakukan.”

Ada sesuatu yang memberi tahu kita bahwa kita akan segera melihat nama Olivia di Guinness World Book of Records lagi.(yn)

Sumber: odditycentral