https://www.youmaker.com/video/d7e36868-8955-446a-90f0-ae71f4b778b4
Amerika Serikat Menanggapi Peta Wilayah Tiongkok Versi 2023 dan Menentang Klaim Maritim Sepihak
oleh Xu Jian
Setelah pemerintah Tiongkok merilis peta wilayah negaranya yang terbaru, banyak negara tetangga seperti India, Vietnam, Malaysia, Filipina, Taiwan dan lainnya menyatakan ketidakpuasan. John Kirby, koordinator komunikasi strategis Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan bahwa Amerika Serikat akan terus menentang klaim maritim sepihak yang dilakukan rezim Beijing.
Dalam sebuah wawancara dengan VOA pada hari Jumat (1 September), ketika John Kirby ditanya soal peta tahunan tahun 2023 yang baru saja dirilis oleh Partai Komunis Tiongkok, yang menunjukkan cakupan wilayah lebih luas, “Bukan lagi 9 garis putus-putus, tetapi sekarang sudah menjadi 10 garis putus-putus”, Apa pendapat pemerintah AS tentang peta tersebut ?
Kirby menjawab : “Kami selalu membantah klaim maritim palsu, sepihak yang dibuat oleh otoritas Partai Komunis Tiongkok. Peta ini tidak akan mengubah sikap terhadap kebijakan AS. Selain menyangkal garis yang mereka buat di peta (dalam upaya untuk memajukan kebijakan yang salah — 9 garis putus-putus atas klaim maritim), Dan perilaku koersif mereka, cara mereka mengintimidasi negara tetangga mereka serta sekutu dan mitra kami di Indo-Pasifik”.
Pada 28 Agustus, “Peta Standar” Tiongkok versi tahun 2023 yang dirilis oleh Kementerian Sumber Daya Alam Tiongkok dengan jelas mencakup Provinsi Arunachal Pradesh dan Provinsi Aksai Chin yang masih disengketakan oleh Tiongkok dan India, termasuk juga Pulau Taiwan, dan pulau-pulau di Laut Tiongkok Selatan yang disengketakan. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan di Taiwan, India, Vietnam, Malaysia, dan Filipina.
Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Indonesia semuanya mengklaim kedaulatan atas sebagian Laut Tiongkok Selatan, sedangkan Taiwan tidak mengakuinya sebagai bagian integral dari Tiongkok.
Menanggapi pertanyaan dari Nikkei Asia, Kementerian Luar Negeri Taiwan menyatakan bahwa Taiwan, Republik Tiongkok, tidak berafiliasi dengan Republik Rakyat Tiongkok. “Tiongkok (Partai Komunis Tiongkok) tidak pernah memerintah Taiwan. Ini adalah fakta dan sebuah status quo yang diterima secara umum oleh komunitas internasional”. Filipina dan Malaysia juga menyatakan penolakan dan tidak mengakui peta wilayah Tiongkok versi baru tersebut.
India adalah negara pertama yang mengajukan protes. Pada hari Selasa (29 Agustus), juru bicara Kementerian Luar Negeri India Arindam Bagchi menyebutkan dalam sebuah pernyataan : “Kami menolak klaim tidak berdasar dari Tiongkok ini. Tindakan Tiongkok ini hanya akan semakin memperumit masalah perbatasan”.
Voice of America juga menanyakan soal kemungkinan absennya Xi Jinping di KTT G20 kepada John Kirby. Apakah dengan demikian akan membuat Presiden Biden kecewa ? Kirby menjawab bahwa sejauh yang diketahui dirinya, belum ada keputusan formal yang diambil pihak Tiongkok, “Seperti yang dikatakan presiden, kita mengharapkan kehadiran Presiden Xi (di G20).” (sin)
Suodiu – Makanan Jalanan di Tiongkok yang Benar-benar Sulit untuk Dicernak Perut
EtIndonesia. Suodiu adalah jenis jajanan kaki lima di Tiongkok yang aneh yang terdiri dari batu kali kecil yang ditumis dengan campuran bumbu dan rempah-rempah. Anda diharuskan menghisap batu-batu itu dan kemudian memuntahkannya.
Diterjemahkan secara kasar sebagai ‘hisap dan buang’, suodiu diyakini telah ditemukan ratusan tahun yang lalu oleh tukang perahu yang akan menyiapkan hidangan saat mereka terdampar di tengah sungai tanpa makanan asli saat mengantarkan barang.
Untuk mengelabui perut mereka, mereka menumis beberapa kerikil sungai dengan berbagai bumbu dan kemudian menyedot batu-batu itu sampai kering.

Hidangan tradisional ini diwariskan dari beberapa generasi, dan saat ini pedagang pinggir jalan di Tiongkok kadang-kadang terlihat menggoreng tumpukan batu kali dengan minyak, cabai, saus bawang putih, bawang putih, dan campuran rempah-rempah.
Serangkaian video yang menunjukkan persiapan suodiu di warung pinggir jalan baru-baru ini menjadi viral di Xiaohongshu, Instagram versi Tiongkok, memicu rasa penasaran jutaan orang.
Bukan hanya kekhasan hidangan yang menarik perhatian pemirsa, tetapi juga harga yang mahal yaitu 16 yuan (sekitar Rp 33 ribu) per porsi, mengingat hampir tidak ada makanan yang bisa dimakan di dalamnya.

Suodiu terdiri dari bebatuan kali yang dilapisi saus pedas yang harus Anda hisap dari bebatuan sebelum meludahkan kerikil kerasnya.
Beberapa bahkan tidak akan menyebutnya makan, apalagi membayar uang untuk itu. Namun, penting untuk dicatat bahwa bebatuan kali digunakan karena tampaknya seiring waktu mereka memadukan rasa kehidupan laut, jadi dengan menghisapnya sambil makan suodiu, Anda akan mendapatkan rasa ikan yang dipadukan dengan bumbu.

Setelah Anda menyedot semua bebatuan, Anda akan mendapatkan sausnya, yang menurut beberapa orang memiliki rasa amis yang berbeda dari kerikil sungai. Hanya saja, jangan terbawa suasana dan mengunyah bebatuan kecuali Anda merindukan dokter gigi.
“Apakah saya harus mengembalikan kerikil itu kepada Anda setelah saya selesai?” salah satu pelanggan terdengar bertanya di salah satu video viral yang beredar di media sosial Tiongkok, di mana penjual menjawab : “Bawa mereka pulang sebagai oleh-oleh.” (yn)
Sumber: odditycentral
Kebakaran Gedung di Afrika Selatan Menewaskan 73 Orang dan 40 Terluka
oleh Yu Liang
Kebakaran hebat terjadi di gedung berlantai lima di Johannesburg, ibu kota Afrika Selatan pada Kamis (31 Agustus), sedikitnya 73 orang tewas dan lebih dari 40 lainnya terluka. Hingga kini, penyebab kebakaran sedang diselidiki.
Kebakaran terjadi di gedung berlantai lima di Johannesburg, kota terbesar di Afrika Selatan pada Kamis dini hari. Setidaknya 73 orang tewas dan lebih dari 40 lainnya terluka.
Seluruh bangunan dilalap si jago merah, asap tebal mengepul dan teriakan minta tolong terdengar jauh. Petugas pemadam kebakaran dan petugas medis bergegas menyelamatkan.
Kenny Bupe, seorang saksi mata kebakaran berkata : “Ada asap, orang-orang tercekik dan banyak orang meninggal karena asap tersebut.”
Beberapa korban mengatakan banyak orang yang tewas akibat asap tebal dan ada pula yang terpaksa melempar anak-anak mereka ke luar jendela.
Omar Foart, korban kebakaran di Johannesburg berkata : “Mertua saya memecahkan jendela dan melemparkan putri (saudara perempuan saya) ke luar dan orang-orang menangkapnya (di luar).”
Omar Foart menambahkan : “Saya kehilangan saudara perempuan saya. Saya kehilangan tiga saudara perempuan. Saya kehilangan segalanya, saya tidak membawa apapun saat keluar.”
Layanan darurat mengatakan tujuh korban tewas dipastikan adalah anak-anak, salah satunya baru berusia satu tahun. Saat ini, korban luka telah dikirim ke beberapa institusi medis untuk mendapatkan perawatan. Upaya pencarian dan penyelamatan terus dilakukan.
Seorang juru bicara Layanan Darurat Johannesburg Robert Mulaudzi mengatakan: “Pada tahap ini, jumlah orang yang pulih adalah 64 orang dan jumlah total orang yang terluka atau mengalami luka ringan atau sedang adalah sekitar 43 orang.”
Menurut laporan lokal, bangunan yang terbakar menampung sekitar 200 tunawisma. Karena bangunan ini sebelumnya ditinggalkan, maka bangunan tersebut tidak dirawat dengan baik dan keselamatan kebakaran tidak dapat dijamin.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa berkata : “Saya berharap penyelidikan atas kebakaran ini akan memungkinkan masyarakat dan pihak berwenang mencegah tragedi serupa terjadi lagi.”
Hingga saat ini penyebab kecelakaan masih dalam penyelidikan. (Hui)
Presiden Ukraina Zelenskyy Mengganti Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov dengan Rustem Umerov
The Associated Press
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada Minggu 3 September bahwa Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov akan digantikan oleh Rustem Umerov, seorang anggota parlemen dari suku Tatar Krimea.
Zelenskyy membuat pengumuman di akun Telegram resminya, menulis bahwa kepemimpinan baru diperlukan setelah Umerov “telah melalui lebih dari 550 hari perang skala penuh.”
Kemudian dalam pidatonya pada malam hari, Zelenskyy mengatakan bahwa ia percaya “bahwa Kementerian membutuhkan pendekatan baru dan format interaksi yang berbeda baik dengan militer maupun masyarakat.”
“Verkhovna Rada Ukraina sudah mengenal orang ini dengan baik, dan Umerov tidak memerlukan perkenalan tambahan. Saya mengharapkan dukungan untuk pencalonan ini dari parlemen,” kata Zelenskyy kepada Nation.
Umerov, 41 tahun, seorang politisi dari partai oposisi Holos, telah menjabat sebagai kepala Dana Kekayaan Negara Ukraina sejak September 2022. Dia terlibat dalam pertukaran tawanan perang, tahanan politik, anak-anak dan warga sipil, serta evakuasi warga sipil dari wilayah yang diduduki. Umerov juga menjadi bagian dari delegasi Ukraina dalam negosiasi dengan Rusia terkait kesepakatan biji-bijian yang didukung oleh PBB.
Pada Agustus lalu, sebuah skandal muncul di sekitar pengadaan jaket militer oleh Kementerian Pertahanan. Wartawan investigasi Ukraina melaporkan bahwa bahan-bahan tersebut dibeli dengan harga tiga kali lebih tinggi dari harga normal dan bukannya jaket musim dingin, jaket musim panas justru dipesan. Dalam dokumen bea cukai dari pemasok, jaket-jaket itu dihargai $29 per unit, tetapi Kementerian Pertahanan membayar $86 per unit. Reznikov membantah tuduhan itu dalam konferensi pers pekan lalu.
Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan di Delaware pada hari Minggu bahwa dia mengetahui Zelenskyy telah mengganti kepala pertahanannya. Ketika ditanya apakah dia memiliki komentar, Presiden Biden mengatakan, “tidak secara terbuka.”
Pengumuman Zelenskyy dilakukan setelah dua orang dirawat di rumah sakit setelah serangan pesawat tak berawak Rusia selama 3½ jam di sebuah pelabuhan di wilayah Odesa, Ukraina, pada hari Minggu, kata para pejabat.
Serangan terhadap pelabuhan Reni terjadi sehari sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan bertemu dengan mitranya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan, untuk mendiskusikan dimulainya kembali pengiriman makanan dari Ukraina di bawah perjanjian biji-bijian Laut Hitam yang diputuskan oleh Moskow pada bulan Juli.
Pasukan Rusia menembakkan 25 pesawat tak berawak Shahed buatan Iran di sepanjang Sungai Donau pada Minggu dini hari, 22 di antaranya ditembak jatuh oleh pertahanan udara, kata angkatan udara Ukraina melalui Telegram.
Kepala staf Zelenskyy, Andriy Yermak, menggambarkan serangan tersebut sebagai bagian dari upaya Rusia “untuk memprovokasi krisis pangan dan kelaparan di dunia.”
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan tersebut ditujukan pada fasilitas penyimpanan bahan bakar yang digunakan untuk memasok peralatan militer.
Pertemuan Putin dan Erdogan yang telah lama ditunggu-tunggu akan berlangsung di Sochi di pantai barat daya Rusia pada hari Senin.
Para pejabat Turki mengonfirmasi bahwa kedua pemimpin ini akan mendiskusikan pembaharuan inisiatif biji-bijian Laut Hitam, yang telah dibatalkan oleh Kremlin enam minggu yang lalu.
Kesepakatan yang ditengahi oleh PBB dan Turki pada Juli 2022 ini memungkinkan hampir 33 juta metrik ton (36 juta ton) biji-bijian dan komoditas lainnya meninggalkan tiga pelabuhan Ukraina dengan aman meskipun ada perang Rusia.
Namun demikian, Rusia memisahkan diri dari perjanjian tersebut setelah mengklaim bahwa kesepakatan paralel yang menjanjikan untuk menghilangkan hambatan terhadap ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak dipenuhi.
Moskow mengeluh bahwa pembatasan pengiriman dan asuransi menghambat perdagangan pertaniannya, meskipun mereka telah mengirimkan gandum dalam jumlah yang sangat besar sejak tahun lalu.
KTT Sochi menyusul pembicaraan antara menteri luar negeri Rusia dan Turki pada Kamis, di mana Rusia menyerahkan daftar tindakan yang harus diambil Barat agar ekspor Laut Hitam Ukraina dapat dilanjutkan.
Erdogan telah mengindikasikan simpati dengan posisi Putin. Pada Juli, ia mengatakan bahwa Putin memiliki “harapan tertentu dari negara-negara Barat” atas kesepakatan Laut Hitam dan “sangat penting bagi negara-negara ini untuk mengambil tindakan dalam hal ini.”
Di tempat lain di Ukraina, tiga orang tewas dalam dua serangan terpisah oleh penembakan Rusia di daerah Donetsk pada Minggu. Seorang pria berusia 85 tahun termasuk di antara para korban setelah tertimpa reruntuhan rumahnya sendiri, demikian dilaporkan oleh Kantor Kejaksaan Ukraina. (asr)
Realitas Filter Kamera : dari Selfie Menuju Operasi Kosmetik
Media sosial memicu peningkatan dramatis dalam operasi kosmetik di antara kelompok usia muda yang mengejutkan
Sheramy Tsai
Di dunia di mana seseorang dapat menghapus noda secara digital atau mencerahkan mata dengan sekali klik, banyak yang mencari “pengeditan” yang lebih permanen melalui pisau bedah.
Petualangan Mencari Selfie yang Sempurna
Dari bidikan kamera depan yang berbintik-bintik pada awal tahun 2010-an hingga potret HD yang kaya akan filter saat ini, evolusi “selfie” terlihat jelas. Apa yang dimulai sebagai jepretan candid telah bertransformasi menjadi gambar yang disempurnakan, sebagian besar karena kemajuan teknologi dan pengaruh media sosial.
Platform seperti Instagram dan Facebook mempopulerkan gambar berkualitas tinggi yang telah dikurasi. Snapchat dan TikTok melangkah lebih jauh dengan memperkenalkan filter yang mudah digunakan yang menawarkan peningkatan instan. Pengguna sekarang dapat memperoleh kulit yang lebih bersih, tulang pipi yang menonjol, dan kondisi pencahayaan yang ideal dengan satu ketukan.
Sebuah laporan dari University of London memberikan gambaran yang jelas: 90 persen wanita menggunakan filter atau pengeditan, tidak hanya untuk mendapatkan kulit yang sempurna atau pemutihan gigi, tetapi juga untuk mengubah struktur wajah dan mengurangi berat badan yang dirasakan.
” Selfie sering kali dikurasi dan diedit dengan hati-hati untuk memilih gambar terbaik yang menyoroti fitur yang paling menarik sambil menyembunyikan kekurangan yang dirasakan,” kata Dr Tara Well, seorang profesor psikologi di Barnard College dan penulis “Mirror Meditation.”
“Hal ini dapat menyebabkan standar kecantikan yang tidak realistis dan perbandingan terus-menerus dengan gambar-gambar tanpa cacat yang kita lihat secara online,” katanya kepada The Epoch Times.
Tuntutan Digital: Selfie dan Bedah Kosmetik
Era digital tidak hanya mengubah cara kita mengingat momen, tapi juga membentuk kembali cita-cita kecantikan. Pergeseran ini memunculkan “Snapchat dysmorphia,” seperti yang diciptakan dalam sebuah artikel di Boston University School of Medicine. Istilah ini merangkum keinginan banyak orang untuk mencerminkan diri mereka yang difilter secara online dalam kehidupan nyata.
Sebuah survei tahun 2019 oleh American Academy of Facial Plastic and Reconstructive Surgery (AAFPRS) menggarisbawahi tren ini: 72 persen dokter bedah mencatat bahwa pasien menginginkan prosedur untuk meningkatkan daya tarik selfie mereka, sebuah lompatan 15 persen dari tahun sebelumnya.
AAFRPS secara ringkas merangkum tren ini, dengan berkomentar, “Apakah Anda menyebutnya ‘Efek Kardashian’, ‘Selfie Mania’, ‘Snapchat Dysmorphia’, atau tantangan ‘Glow-Up’, setiap tren yang dapat ditandai menunjukkan hal yang sama: media sosial yang memastikan dan terus meningkatkan dampak pada industri operasi plastik wajah.”
Penyelidikan mendalam terhadap demografi global memberikan gambaran yang menarik. Yang luar biasa, 51,4 persen mahasiswi di Arab Saudi adalah pengikut yang antusias terhadap dokter bedah plastik secara online. Sementara itu, di Amerika Serikat, 6,4 persen dari mereka yang berada di pendidikan tinggi telah menjalani peningkatan kosmetik. Di antara mereka, 43 persen mempertimbangkan prosedur lebih lanjut, yang sangat dipengaruhi oleh penggambaran media tentang kecantikan dan iming-iming promosi bedah kosmetik yang terus menerus.
Tren ini terus berlanjut setelah lulus kuliah. Rod J. Rohrich dari Dallas Plastic Surgery Institute menekankan pengaruh media sosial yang meluas pada demografi lebih muda.
“Ada hubungan yang jelas antara perkembangan media sosial dan lonjakan prosedur kosmetik remaja,” katanya kepada The Epoch Times.
Penelitiannya menunjukkan bahwa pada tahun 2016 saja, prosedur untuk mereka yang berusia di bawah 19 tahun telah melampaui 229.551. Menurut Dr. Rohrich, peningkatan ini didorong oleh tekanan teman sebaya dan tren kecantikan yang muncul yang dikenal sebagai “peremajaan” – serangan pencegahan terhadap keriput. Namun, dia dengan cepat menunjukkan kurangnya bukti kuat yang mendukung metode ini.
Dr. Rohrich juga menyuarakan kekhawatirannya tentang peningkatan yang tidak terkendali pada remaja yang mencari perawatan seperti Botox di spa.
“Sangat menyedihkan betapa mudahnya para remaja masuk ke spa di Amerika Serikat untuk melakukan Botox atau filler.” Dia menekankan pentingnya beralih ke profesional yang berkualifikasi, mendesak para remaja dan orang tua mereka untuk berkonsultasi dengan dokter kulit bersertifikat atau ahli bedah plastik yang menjunjung tinggi standar etika, termasuk memverifikasi usia dan mendapatkan persetujuan orang tua.
Industri Kosmetik Mencetak Prestasi Emas
Tren selfie tidak hanya membuat para remaja dan influencer terpikat. Hal ini membuat industri kosmetik melonjak ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan semakin banyaknya orang dewasa muda yang memilih perawatan untuk meningkatkan citra diri mereka di dunia maya, klinik-klinik kosmetik pun meraup untung.
International Society of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS) mencatat peningkatan 19,3 persen dalam operasi plastik pada tahun 2021, mencapai 12,8 juta prosedur bedah dan 17,5 juta prosedur non-bedah. Selama empat tahun, operasi estetika telah mengalami pertumbuhan 33,3 persen, dengan prosedur non-bedah mencatat kenaikan 54,4 persen.
American Society of Plastic Surgeons menunjukkan peningkatan yang nyata dalam intervensi kosmetik di antara mereka yang berusia 18 hingga 30 tahun, termasuk Botox, Dermal filler atau suntik filler dan Laser resurfacing atau laser skin resurfacing. Yang mengherankan, dari 1,9 juta peminat Botox yang berusia di bawah 35 tahun, 106.000 di antaranya berusia di bawah 18 tahun.
Memanfaatkan tren ini dengan cerdik, klinik-klinik kosmetik sekarang menggaet influencer media sosial dengan memberikan potongan harga atau perawatan gratis, dengan harapan mendapatkan daya tarik online. Strategi kolaboratif ini menggarisbawahi pergeseran budaya: Prosedur yang dulunya diperuntukkan bagi kaum elit kini semakin menjadi arus utama bagi audiens yang lebih muda.
Namun, hubungan yang nyaman antara influencer dan klinik ini menarik perhatian etika. Ketika tagar seperti “operasi plastik” dan “lipfiller” mengumpulkan miliaran penayangan di TikTok, membedakan konten asli dari iklan terselubung menjadi semakin sulit.
Dijuluki “operasi selfie,” perawatan khusus memenuhi selera generasi yang melek teknologi ini akan penampilan yang spesifik, seperti “cemberut Kylie Jenner” yang banyak dicari. Rejeki nomplok yang dihasilkan untuk industri ini sangat mengejutkan. Layanan kosmetik memiliki rentang harga yang luas, mulai dari $300 hingga $10.000 dan bahkan lebih. Dengan ISAPS mencatat kenaikan 5 persen per tahun dalam perawatan bedah, AS adalah penggerak pasar yang signifikan.
Pertumbuhan yang diproyeksikan kuat: Dari $67,3 miliar pada tahun 2021, pasar bedah kosmetik global siap meningkat tiga kali lipat pada tahun 2031 menjadi $201 miliar.
Bahaya Tersembunyi dari Pengejaran Kosmetik
Di tengah daya tarik budaya selfie yang memukau, terdapat bahaya bedah kosmetik yang sering diabaikan. Risiko pasca operasi jarang disoroti, mulai dari infeksi dan jaringan parut hingga pembekuan darah dan kerusakan saraf. Anestesi, untuk operasi yang lebih besar, menambah lapisan ketidakpastian lainnya.
Penelitian selama 20 tahun dan 26.032 kasus telah mengonfirmasi keamanan relatif operasi plastik rawat jalan jika dilakukan oleh ahli bedah bersertifikat di fasilitas terakreditasi. Namun, meskipun demikian, 1 dari 100 pasien mengalami komplikasi.
Tetapi bahkan prosedur yang tampaknya jinak, seperti Botox yang semakin populer di kalangan anak muda, juga memiliki kekurangan. Sebuah penelitian terperinci tentang suntikan Botulinum Toxin A kosmetik untuk wajah bagian atas menemukan bahwa 16 persen pengguna mengalami komplikasi, mulai dari sakit kepala hingga gejala neuromuskuler. Meskipun banyak masalah yang terbukti kecil, penelitian ini menekankan perlunya profesional yang berkualifikasi dan menyoroti kurangnya keseragaman dalam melaporkan komplikasi ini.
Menambah kedalaman narasi ini adalah kecenderungan yang berkembang di kalangan anak muda untuk mencari tempat yang tidak berlisensi atau klinik di luar negeri, terpikat oleh daya tarik penghematan. Negara bagian di AS seperti Florida, Texas, dan California menjadi titik fokus pada tahun 2013 untuk jalan pintas yang berbahaya ini. Hasil yang tragis, mulai dari rawat inap hingga kematian, menunjukkan adanya krisis yang lebih luas dan sebagian besar tidak dilaporkan.
Namun, implikasinya lebih dari sekadar fisik. Meningkatnya gangguan dismorfik tubuh (BDD) – suatu kondisi yang ditandai dengan fiksasi pada kekurangan penampilan yang dirasakan – sangat memprihatinkan. Ironisnya, operasi yang dianggap sebagai solusi, justru dapat memperparah gejolak psikologis ini.
Sebuah penelitian mendalam dari India, yang dikenal dengan tingginya angka kecelakaan yang berhubungan dengan selfie, menyelidiki masalah ini. Menyurvei 300 orang di berbagai kota besar, penelitian ini mengaitkan peningkatan kecemasan sosial dan kecenderungan yang meningkat untuk melakukan operasi kosmetik dengan budaya selfie, dengan wanita yang paling banyak terkena dampaknya.
Penelitian ini merujuk pada “efek buruk dari mengunggah foto selfie pada kesejahteraan manusia.” Para penulis memperingatkan adanya “budaya yang berorientasi pada penampilan secara obsesif” yang melanda kaum muda, menunjuk pada filter digital dan lonjakan prosedur kosmetik di dunia nyata.
“Budaya berorientasi pada penampilan yang sangat obsesif sedang melanda kaum muda kita dan membutuhkan perhatian segera,” demikian para penulis menyimpulkan.
Dr. Well lebih lanjut menyoroti aspek kesehatan mental.
“Orang dengan gangguan dismorfik tubuh dapat melakukan prosedur kosmetik berulang kali dalam upaya untuk memperbaiki kekurangan yang dirasakan, bahkan jika kekurangan tersebut tidak terlihat oleh orang lain.”
“Penyebaran gambar-gambar yang difilter ini dapat berdampak pada harga diri seseorang, membuat seseorang merasa tidak mampu karena tidak terlihat seperti yang diharapkan di dunia nyata, dan bahkan dapat menjadi pemicu yang mengarah pada BDD,” kata Dr. Susruthi Rajanala.
Masa Depan Kecantikan di Zaman yang Terfilter
Di dunia di mana dunia digital dapat mengubah persepsi, meningkatnya peningkatan kosmetik semakin mengaburkan batasan otentik. Namun, ada seruan yang berkembang untuk menghormati kecantikan bawaan yang dimiliki setiap orang.
Yang memimpin perubahan ini adalah kampanye #NoFilter. Upaya ini menginspirasi otentisitas dengan mendorong pengguna, terutama wanita, untuk menampilkan diri mereka sendiri tanpa riasan atau penyesuaian digital. Kampanye ini didasarkan pada gagasan bahwa kecantikan sejati berada dalam ketidaksempurnaan alami kita, sebuah daya tarik yang tidak dapat ditangkap oleh perangkat tambahan digital.
“Kampanye Kecantikan Sejati” dari Unilever untuk merek Dove memperkuat pesan ini. Dimulai pada tahun 2004, kampanye ini menyoroti permadani kecantikan yang sangat luas dengan menyoroti wanita dari berbagai latar belakang. Yang menonjol dari kampanye mereka adalah video “Evolution”, yang mengungkap perubahan dramatis yang dapat dilakukan oleh media, dengan demikian menyoroti standar miring yang disajikan kepada publik.
Baru-baru ini, Dove merilis video “Reverse Selfie”. Upaya Dove tidak hanya terbatas pada kampanye; mereka membentuk komunitas yang dinamis di media sosial, mendukung esensi kecantikan yang sesungguhnya.
Dove melanjutkan misinya dengan proyek Self-Esteem. Bekerjasama dengan para ahli di bidang psikologi, kesehatan, dan citra tubuh, inisiatif ini bertujuan untuk menata ulang kecantikan sebagai sumber kepercayaan diri, bukan kecemasan. Situs web perusahaan mengungkapkan jangkauan yang signifikan: lebih dari 82 juta anak muda mendapatkan manfaat dari pendidikan harga diri, sementara bertujuan untuk memberdayakan seperempat miliar orang pada tahun 2030.
“Mendorong penerimaan diri dan mempromosikan standar kecantikan yang realistis dapat membantu mengurangi dampak negatif dari budaya selfie terhadap citra tubuh dan kesehatan mental,” kata Dr.Well.
Sheramy Tsai, BSN, RN, adalah perawat berpengalaman dengan karir menulis selama satu dekade. Alumni Middlebury College dan Johns Hopkins, Tsai menggabungkan keahlian menulis dan keperawatan untuk menghasilkan konten yang berdampak. Tinggal di Vermont, dia menyeimbangkan kehidupan profesionalnya dengan kehidupan berkelanjutan dan membesarkan tiga anak
Peta Wilayah Tiongkok Versi Baru 2023 Memicu Pernyataan Keras dari Nepal dan Brunei
Aboluowang
Peta wilayah Tiongkok versi 2023 yang dirilis oleh Kementerian Sumber Daya Alam Tiongkok pada 28 Agustus memicu reaksi balik dari banyak negara. Sebelum Nepal menyampaikan ketidakpuasan, negara-negara seperti India, Filipina, Malaysia, Vietnam, Brunei telah mengeluarkan pernyataan yang mengutuk hal tersebut. Bahkan Rusia pun bereaksi.
Peta Tiongkok versi baru tahun 2023 memicu ketidakpuasan Nepal
Nepal mengeluarkan pengumuman pers mengenai peta wilayah Tiongkok versi 2023 pada 1 September, menekankan bahwa wilayah yang ditentukan oleh parlemen negara tersebut pada tahun 2020 harus dihormati. Namun, dalam pengumuman tersebut Nepal tidak menjelaskan soal ketidakkonsistenan antara batas-batas yang diakui Nepal dengan yang tertera dalam peta baru Tiongkok.
Pada 1 September Kementerian Luar Negeri Nepal mengeluarkan pengumuman pers di Kathmandu.
Menanggapi pertanyaan media tentang “Peta Wilayah Tiongkok Versi Tahun 2023” yang dirilis pada 28 Agustus 2023, juru bicara resmi Kementerian Luar Negeri mengklarifikasi :
Parlemen Nepal dengan suara bulat menyetujui peta politik dan administratif Nepal pada tahun 2020. Peta ini menjadi acuan Nepal, oleh karena itu Nepal bersikap tegas untuk mempertahankannya. Pemerintah Nepal sangat yakin bahwa negara-negara tetangga kita serta komunitas internasional pun sewajarnya menghormati peta ini.
Setelah pengumuman pers ini, Nepal tetap berkomitmen untuk menyelesaikan masalah perbatasan melalui dialog dan diplomasi.
Brunei mengeluarkan pernyataan tentang “perkembangan terkini di Laut Tiongkok Selatan”
Setelah Filipina, Indonesia, Malaysia, Vietnam, India dan negara-negara lain memprotes peta wilayah Tiongkok versi baru, Brunei, yang memiliki sengketa kedaulatan dengan Tiongkok, juga mengeluarkan pernyataan yang menekankan pentingnya semua pihak untuk menyepakati penetapan batas maritim sesuai dengan ketentuan dan prosedur Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut tahun 1982.
Sultan Brunei dan Kepala Negara Haji Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah. (File foto© AICSecretariat Twitter)
Kementerian Luar Negeri Brunei Darussalam pada 2 September mengeluarkan “Pernyataan Perkembangan Terkini di Laut Tiongkok Selatan”. Pernyataan pertama menekankan : “Kami menegaskan kembali komitmen kami untuk menjaga perdamaian, stabilitas dan keamanan di Laut Tiongkok Selatan”.
Pernyataan tersebut berbunyi : Mengingat kewajiban negara-negara pihak pada Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982, maka sangat penting untuk menyepakati masalah penetapan batas maritim sesuai dengan ketentuan dan prosedur Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Hak dan kepentingan maritim di wilayah kontinental dan kepulauan serta fitur maritim lainnya sepenuhnya diatur oleh hukum internasional, khususnya Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Di antara negara-negara anggota ASEAN, Brunei selalu bersikap low profile dan jarang mengeluarkan protes atas tumpang tindihnya klaim kedaulatan sembilan garis putus-putus Tiongkok.
Namun kali ini, Kementerian Luar Negeri negara tersebut menyatakan : Mengenai masalah Laut Tiongkok Selatan, kami menganut pendekatan “dua langkah”, yaitu masalah spesifik diselesaikan oleh pihak-pihak terkait melalui dialog damai bilateral dan kerja sama sesuai dengan hukum internasional, termasuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Melalui dialog dan negosiasi dalam menyelesaikan masalah.
Selain itu, negara ASEAN yang kaya minyak ini juga menyatakan bahwa semua negara yang terkait perlu mempromosikan lingkungan yang tenang, damai, dan kondusif untuk membangun kepercayaan dan meningkatkan rasa saling percaya di kawasan.
“Kami menegaskan kembali komitmen kami terhadap implementasi Deklarasi Perilaku Para Pihak di Laut Tiongkok Selatan (Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea. DOC) tahun 2002 secara penuh dan efektif, dan menekankan pentingnya upaya aktif dari semua pihak agar secepatnya dapat secara efektif dan substantif merealisasikan Kode Etik di Laut Tiongkok Selatan (Code of Conduct in the South China Sea. COC).” (sin)