Pelaku Teror Truk Ikuti Dokumen Teror ISIS (Video)

EpochTimesId – Seorang imigran Uzbekistan yang membunuh delapan orang dalam teror truk pada jalur sepeda di New York City mengikuti dokumen rencana online dari kelompok teroris ISIS. Dia meninggalkan sebuah catatan yang mengatakan bahwa kelompok militan tersebut akan bertahan selamanya.

Polisi mengatakan mereka telah menginterogasi pelaku, Sayfullo Saipov, 29, yang berada di rumah sakit setelah seorang polisi menembak perutnya. Mereka mengatakan bahwa dia tampaknya telah merencanakan serangan tersebut selama berminggu-minggu. Penyidik menemukan catatan dan pisau di tempat kejadian.

“Inti catatan tersebut adalah bahwa Negara Islam akan bertahan selamanya. Dia tampaknya telah mengikuti secara rinci instruksi yang ISIS berikan melalui media sosial kepada para pengikutnya,” ujar Komisaris Polisi New York, John Miller, seperti dilansir dari The Epoch Times, Kamis (2/11/2017).

Serangan ini merupakan yang paling mematikan di New York City sejak 11 September 2001. Delapan orang tewas dan 12 orang lainnya cedera, sebagian bahkan masih kritis.

Sementara dalam tragedi WTC, pembaja pesawat bunuh diri menabrakkan dua pesawat penumpang ke gedung kembar World Trade Center (WTC). Serangan kala itu menewaskan lebih dari 2.600 orang.

Serangan serupa dengan menggunakan kendaraan sebagai senjata juga terjadi di Spanyol pada Agustus 2017 serta di Prancis dan Jerman tahun lalu.

Saipov diduga menggunakan truk pickup yang disewa dari toko Home Depot Inc di New Jersey. Truk itu digunakan untuk menabrak kerumunan pejalan kaki dan pengendara sepeda, sebelum akhirnya menabrak bus sekolah yang sedang parkir.

Dia kemudian keluar kendaraan sambil menodongkan senapan paintball dan pistol air-soft gun. Polisi pun menembak perutnya dan melumpuhkannya.

Saipov dilaporkan tinggal di Paterson, New Jersey, sebuah pusat industri yang berjarak sekitar 25 mil barat laut Manhattan Bawah.

 


Trump : kirim dia ke Guantanamo

Senator Amerika Serikat, Lindsey Graham mendesak pihak berwenang untuk memperlakukan Saipov sebagai milisi musuh. Sebuah tindakan yang memungkinkan penyidik menginterogasi tersangka tanpa didampingi oleh pengacara.

Sementara Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia akan terbuka untuk memindahkan Saipov ke penjara militer di Teluk Guantanamo, Kuba. Pada penjara itu, tersangka teror lainnya termasuk 11 komplotan pelaku teror 11 September ditahan.

“Kirim dia ke Gitmo. Saya pasti akan mempertimbangkannya. Kita juga harus menghadapi hukuman yang jauh lebih cepat dan jauh lebih besar daripada hukuman yang ada,” kata Trump kepada wartawan.

Gubernur Negara Bagian New York, Andrew Cuomo mengatakan bahwa Saipov telah mengalami radikalisasi saat tinggal di Amerika Serikat. Dugaan itu didukung sepenuhnya oleh ahli kejahatan luar biasa, Alexander Meleagrou-Hitchens.

“Mayoritas dari 18 serangan terinspirasi ISIS yang dilakukan di Amerika Serikat sejak September 2014 adalah karya penyerang yang mengembangkan pandangan radikal saat tinggal di Amerika Serikat,” kata Alexander Meleagrou-Hitchens, direktur riset Program Ekstraisme dari George Washington University.

Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev mengatakan bahwa pemerintahnya akan melakukan semua hal yang bisa dilakukan untuk membantu menyelidiki serangan brutal tersebut.

Pekan lalu seorang warga Uzbekistan yang tinggal di Brooklyn dihukum 15 tahun penjara karena berkonspirasi untuk mendukung ISIS.

Saipov selama ini tidak menjadi subyek investigasi AS. Namun, dia diduga telah melakukan kontak dengan orang yang menjadi subjek penyelidikan dan tengah diawasi oleh Federal Bureau of Investigation (FBI).

Trump, yang telah mendesak pelarangan para wisatawan yang memasuki Amerika Serikat dari beberapa negara yang didominasi Muslim, mengkritik sistem visa AS. Dia juga menyalahkan Demokrat termasuk Senator A. Chuck Schumer dari New York untuk sistem visa keragaman yang mengakui Saipov. Dia mengatakan bahwa dia menginginkan program imigrasi “berdasarkan prestasi”.

“Kami tidak ingin migrasi berantai, di mana orang seperti dia akhirnya akan diizinkan untuk membawa banyak anggota keluarga,” kata Trump kepada wartawan. (waa)