Mengapa Pesawat Tidak Akan Pernah Terbang di Atas ‘Zona Bahaya’ Dataran Tinggi Tibet

EtIndonesia. Jika Anda baru saja naik pesawat dan melewati Tibet, Anda mungkin bertanya-tanya mengapa pesawat Anda berputar-putar alih-alih terbang lurus, – dan Anda bukan satu-satunya.

Menurut seorang YouTuber bernama Insipedia, ada alasan yang cukup besar mengenai hal tersebut.

Seluk beluk proses internal pesawat sangatlah kompleks dan terutama berfokus pada pengamanan keselamatan seluruh penumpang selama perjalanan.

Ini juga berarti bersiap menghadapi potensi keadaan darurat.

Inilah sebabnya, menurut video dan juga di internet umum, diketahui secara luas bahwa terbang melalui Dataran Tinggi Tibet adalah hal yang mustahil.

Masalah ketinggian

Alasan utama pesawat menghindari kawasan ini adalah karena ketinggian kawasan tersebut.

Ketinggian jelajah rata-rata pesawat adalah sekitar 35.000 kaki, namun dalam keadaan darurat yang memerlukan tingkat oksigen yang aman, penerbangan harus diturunkan hingga 10.000 kaki dalam jangka waktu tertentu.

Pilot Reddit mengungkapkan bahwa dibutuhkan waktu 22 menit untuk turun ke ketinggian ini dengan aman, namun Dataran Tinggi Tibet adalah lanskap yang rumit.

Umumnya, ketinggiannya rata-rata 14.000 kaki atau 4.000 kaki terlalu tinggi agar pesawat bisa turun tepat waktu untuk memberikan oksigen kepada penumpang sebelum beralih ke bandara.

Kurangnya ruang pendaratan

Di Dataran Tinggi Tibet, Anda mungkin terkejut mengetahui hanya ada sedikit bandara.

Jadi, jika terjadi keadaan darurat, pesawat akan kesulitan menemukan tempat untuk melakukan pendaratan darurat tepat waktu.

Peningkatan turbulensi

Turbulensi selama penerbangan adalah perasaan yang sangat buruk, dan di area ini lebih buruk daripada beberapa gundukan.

Turbulensi disebabkan oleh arus udara yang bergerak naik turun dengan kecepatan berbeda yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi cuaca dan pegunungan.

Turbulensi di Dataran Tinggi Tibet lebih buruk dibandingkan daerah lain karena banyaknya pegunungan yang sulit dihindari oleh pesawat, sehingga menyebabkan pergerakan pesawat yang tidak terduga dan hanya dapat dinavigasi oleh pilot yang sangat terampil.

Hal ini juga dapat berdampak buruk pada pesawat yang perlu menemukan tempat pendaratan yang aman.

Bahan bakar jet bisa membeku

Ini bukanlah sesuatu yang sering Anda dengar, namun karena suhu di daerah pegunungan, suhu tersebut dapat mencapai tingkat yang dapat membekukan bahan bakar jet untuk jangka waktu yang lama.

Misalnya, pada tahun 2008, British Airways Penerbangan 38 mendarat darurat di Bandara Heathrow setelah kristal es terbentuk di bahan bakar dan menghalangi mesin, menyebabkan pesawat jatuh.

Tidak ada korban jiwa, tapi bayangkan hal ini terjadi di pegunungan? Tidak baik. (yn)

Sumber: ladbible