Ahli Perdagangan AS – Tiongkok : Defisit Terjadi Akibat Tiongkok Merusak Lingkungan dan Memeras Tenaga Kerja

resiko investasi tiongkok
KAPAL-KAPAL DI PELABUHAN GWADAR PAKISTAN DI LAUT ARAB. Perusahaan Pelabuhan Luar Negeri Tiongkok menyewakan pelabuhan sampai tahun 2059 dan telah mulai mengembangkannya. Tiongkok berusaha untuk mengamankan jalur perdagangan laut di sepanjang jalur yang disebut Jalan Sutra Maritim, dan pelabuhan Pakistan merupakan bagian penting dalam teka-teki tersebut. (J. PATRICK FISCHER / CC BY-SA)

Menurut Yu Weixiong, Tiongkok seharusnya juga memperhitungkan masalah kerusakan lingkungan, standar upah normal tenaga kerja ke dalam perhitungan dagang seperti yang dilakukan Barat.

“Ini adalah cara yang relatif adil dan sama. Meskipun hasil perhitungannya akan membuat biaya manufaktur Tiongkok naik dan meningkatnya harga jual. Selain itu juga  akan berakibat pada mengecilnya defisit perdagangan Tiongkok – AS.”

Dengan merusak lingkungan dan memeras tenaga kerja untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, Tiongkok sebenarnya sedang menyakiti AS dan menyusahkan rakyatnya sendiri.

Ekonomi non pasar

Chen Kuide mengatakan, sejak Tiongkok masuk WTO tahun 2001, negara ini terus melanggar komitmen dasar untuk bergabung yang mereka buat sendiri. Tidak menurunkan tarif, tidak membuka kecuali terus mengintervensi dan mengontrol pasar. Dalam banyak hal mereka belum layak untuk disebut sebagai negara yang menganut pasar perdagangan bebas.

Sebuah memorandum yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan Amerika Serikat pada 26 Oktober kembali menegaskan bahwa Tiongkok termasuk dalam “negara ekonomi non-pasar.”

Memorandum tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Tiongkok selalu mengintervensi  pasar  di mana saja, yang pada dasarnya telah mendistorsikan operasi ekonominya.

Dunia luar percaya bahwa jika Tiongkok dinyatakan sebagai ekonomi non-pasar, itu berarti bahwa Amerika Serikat lebih mungkin untuk meningkatkan pendapatan atau meningkatkan tugas anti-dumping, sehingga mempengaruhi perusahaan industri berat Tiongkok.

Yu WeiXiong percaya bahwa Trump pasti jelas tentang “Praktek-praktek Tiongkok yang lalu itu sudah tidak dapat diterima lagi, oleh karenanya ia akan memberikan tekanan yang lebih banyak”.

Isu Nuklir Korea Utara

Ekonom Tiongkok Xia Yeliang kepada Epochtimes mengatakan, AS adalah mitra dagang utama bagi Tiongkok. Menghadapi tekanan AS, Tiongkok mungkin bersedia mengalah.

Ia menyebutkan : “Ekonomi Tiongkok saat ini sedang tidak banyak titik terang, bahkan sedang melemah. Selama sekian tahun belakang ini, pemerintah Tiongkok mengandalkan cadangan devisa mereka yang cukup besar yang dihasilkan dari surplus perdagangan untuk menjaga stabilitas nilai mata uang Renminbi.”

“Bila Tiongkok tidak mau mengalah dan AS tidak memperoleh perbaikan manfaat yang diperlukan, Maka AS mungkin tidak bersedia untuk mempertahankan hubungan dagang dengan Tiongkok tetapi mengalihkan kontrak kerjasamanya kepada negara lainnya. Bila situasi demikian terjadi, maka ekonomi Tiongkok akan kian memburuk.”

Chen Kuide percaya, jika Tiongkok mau mendukung sikap AS dalam menanggapi soal nuklir Korea Utara termasuk pendapat arus utama masyarakat internasional untuk memperkuat tekanan pada sanksi Korea Utara, AS dalam menyikapi perdagangan dengan Tiongkok mungkin bisa sedikit dilonggarkan.

Yu Weixiong mengatakan, Tiongkok kiranya akan membuat beberapa langkah mengalah dalam menghadapi tekanan AS. Tetapi dalam waktu dekat ini setidaknya Tiongkok akan memanfaatkan isu nuklir Korea Utara sebagai alat negosiasi dengan AS. (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com