Amnesty Internasional Mendesak Penyelidikan Independen Atas Kekejaman dan Pemboman Saat Pertempuran di Kota Marawi

Epochtimes.id- Amnesty International meminta penyelidikan independen atas perang di kota Marawi saat Filipina memerangi militan pro-ISIS yang mengeksekusi warga sipil atau menggunakannya sebagai tameng manusia, sementara serangan udara militer menewaskan pejuang non-kombatan dan mungkin terjadi berlebihan.

Investigasi dari kelompok HAM ketika pertempuran selama lima bulan berdarah didasarkan atas wawancara dengan 48 saksi pada September sampai awal November dan meminta dilakukan penyelidikan secara independen.

Pertempuran ini merupakan yang terbesar dan terpanjang sejak Perang Dunia Kedua.

Pertempuran ini menyebabkan lebih dari 1.100 jiwa, sebagian besar gerilyawan termasuk 166 tentara dan 47 warga sipil.

Sedikitnya 350.000 orang mengungsi dan sebagian besar kota Marawi telah hancur akibat serangan udara.

Saksi mata menggambarkan setidaknya 10 insiden terpisah di mana setidaknya 25 orang dieksekusi oleh ekstremis.

Sumber ini menyebutkan sekitar 10 sandera mungkin terbunuh dalam satu pemboman yang dilakukan oleh angkatan bersenjata.

Marinir Filipina, berbaris dalam formasi bersama pengangkut personel lapis baja, menuju ke garis depan bangunan yang rusak akibat perang di daerah Mapandi Marawi di pulau selatan Mindanao pada 30 Agustus 2017. (FERDINANDH CABRERA / AFP / Getty Images)

Saksi mata juga mengatakan penyelidikan independen harus mencakup penilaian apakah serangan udara proporsional dengan ancaman tersebut.

“Mereka harus melakukan penyelidikan yang cepat, efektif dan tidak memihak mengenai apakah pembomannya terhadap lingkungan sipil proporsional di bawah hukum humaniter internasional,” kata Direktur Crisis Response Amnesty International, Tirana Hassan pada sebuah pernyataan.