Beijing Terjebak Perangkap Tacitus Legitimasi PKT Terancam

ErabaruNews – Menjelang pertemuan antar partai politik seluruh dunia yang diadakan di Beijing dari 30 November hingga 3 Desember 2017, muncul berbagai peristiwa tidak manusiawi di Ibukota Tiongkok itu. Seperti kasus penganiayaan dan pelecehan seksual terhadap murid TK Merah Kuning Biru dan pengusiran jutaan penduduk musiman.

Selain itu ada pula kebijakan menerapkan sistem pendaftaran dengan nama jelas bagi turis yang hendak masuk ke Taman Olimpiade Beijing. Hal ini menunjukkan bahwa Beijing sekarang sudah jatuh ke dalam Perangkap Tacitus, seperti dikutip dari
NTDTV, Senin (4/11/2017).

Perangkap Tacitus adalah pandangan Publius Cornelius Tacitus (55~120) yang memiliki pengertian bahwa apapun yang dilakukan oleh pemimpin atau penguasa yang sudah kehilangan kredibilitasnya, tidak peduli yang dia lakukan itu benar atau salah, baik atau buruk, semuanya akan dianggap palsu, bohong dan buruk.

Kini, legitimasi Partai komunis Tiongkok pun terancam. Seperti dilaporkan media Hongkong, Apple Daily.

Sebuah artikel tulisan Li Ping yang dipublikasikan media Hongkong itu menyebutkan, beberapa kasus buruk yang terjadi di Beijing belakangan ini jelas merusak citra pihak berwenang. Sekalipun para pejabat pemerintah nantinya berusaha menggunakan kata-kata manis untuk memulihkan kepercayaan masyarakat, tetapi itu bakal sia-sia.

Kasus-kasus yang terjadi ini tak ada bedanya dengan penglihatan sejarawan Romawi kuno Tacitus tentang fenomena sosial politik yang terjadi pada jamannya. Pandangannya itu kemudian dikenal sebagai Perangkap Tacitus.

Belasan orangtua murid Taman Kanak-kanak Merah Kuning Biru Distrik Chaoyang, Beijing melaporkan ikhwal penganiayaan oleh guru terhadap anak-anak mereka. (video screeshot)

Artikel tersebut menyebutkan, sekolahan TK yang memiliki kelas aristokrat ternyata menganiaya murid, melakukan pelecehan seksual, bahkan kabarnya ada orang militer yang terlibat. Pihak berwenang telah menangkap para pelaku tetapi orangtua yang mengungkapkan kejadian malahan dituduh sebagai ‘penebar kabar burung’ dan ikut ditahan.

Pihak sekolah dengan alasan kerusakan perangkat kamera sirkuit juga menolak pemutaran kembali rekaman gambar saat kejadian. Peristiwa tersebut telah menyakiti warga kota kelas ekonomi menengah dan atas.

Setelah terjadi kebakaran di sebuah tempat kos penduduk musiman di Distrik Daxing, Beijing, pihak berwenang lagi-lagi membuat sakit hati rakyat kelas bawah. Pemerintah tidak memberikan sedikit pun santunan, justru malah mengusir mereka dari Ibu Kota.

Pihak berwenang sendiri yang sedang menghancurkan citra ‘negara kuat era baru’ yang terus dikampanyekan Xi Jinping. Taman Olimpiade Beijing mulai pekan depan akan memberlakukan sistem pendaftaran dengan nama jelas bagi turis yang berkunjung.

Para pembangkang Tiongkok khawatir bahwa tindakan ini sebenarnya ditujukan kepada mereka yang memang kerap mengadakan pertemuan di sana.

Artikel juga menyebutkan, untuk membeli sebuah pisau dapur di toko atau supermarket, pembeli wajib memberikan identitas yang jelas untuk diregistrasi. Begitu pula bila ingin mengakses internet, dan membeli SIM Card ponsel. Ini semua tidak lain adalah cerminan dari rasa takut akan ancaman legitimasi penguasa.

Otoritas humas Beijing selain tidak berupaya untuk menenangkan gejolak, tetapi justru memperburuk situasi dengan tindakan mereka. Hal mana justru membangkitkan kemarahan masyarakat, ini adalah cerminan khas dari efek Perangkap Tacitus.

Xi Jinping sendiri pernah mendefinisikan Perangkap Tacitus pada 2014 lalu, “Ketika rakyat tidak lagi percaya kepada penguasa, apapun yang dilakukan akan mendapatkan penilaian yang negatif dari masyarakat,” ujarnya kalla itu.

Lebih jauh Xi memperingatkan bahwa, jika hari-hari itu tiba, berarti legitimasi partai sedang dalam ancaman. Artikel di ‘Apple Daily’ itu menyimpulkan bahwa sekarang Beijing sedang berada dalam Perangkap Tacitus, itu berarti krisis legitimasi PKT kembali terancam.

Media Epoch Times 13 tahun lalu menerbitkan buku ‘Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis’ tahun ini kembali meluncurkan tulisan tentang ‘The Dead End of Communism’.

‘The Dead End of Communism’ mengungkapkan bahwa roh-roh jahat yang berada di balik Komunisme menciptakan berbagai kebohongan, membantai rakyat yang tak terhitung jumlahnya dan memanipulasi manusia untuk menghancurkan kebudayaan tradisional, menumbangkan moral tradisional.

Tujuan mereka bukan untuk membawa manfaat bagi dunia melainkan untuk menghantarkan manusia menuju kehancuran. Namun, bagaimanapun juga yang jahat tak akan mampu mengalahkan yang benar dan komunisme pada akhirnya akan musnah. (Huan Yi/Sinatra/waa)