Clintons ‘Secara Sistematis Menghancurkan’ Integritas Dinas Rahasia dan Membiarkan Jenderal Tiongkok Masuk ke Gedung Putih

Bill dan Hillary Clinton memaksa Dinas Rahasia untuk melemahkan dirinya sendiri dengan ‘menghancurkan secara sistematis’ peraturan yang diterapkan untuk perlindungan mereka, seorang mantan pejabat yang menjaga mereka mengklaim.

Dalam buku barunya, penulis buku terlaris “New York Times”, Gary Byrne, menulis bahwa Dinas Rahasia hampir dikesampingkan dengan melayani Clintons dengan ‘loyalitas buta’ yang mereka manfaatkan untuk keuntungan mereka sendiri.

Para agen diduga dipaksa berkolusi dengan Clintons dalam skandal keuangan kampanye ‘Chinagate‘ pada 1996 dengan mengabaikan isi tas kertas cokelat yang dibawa ke Gedung Putih oleh pejabat Tiongkok

Masalahnya diperparah oleh kepemimpinan Dinas Rahasia yang secara keliru berpikir bahwa keluarga Clintons ‘tak terkalahkan,’ tulis Byrne.

“Pandangan dari garis depan, bagaimanapun, adalah bahwa sesuatu, entah bagaimana, pasti akan menjerat mereka. Itu hanya masalah sederhana tentang skandal tersebut,” tulisnya.

Byrne bertugas di penegakan hukum federal selama hampir 30 tahun pertama di Kepolisian Keamanan Angkatan Udara, kemudian di Divisi Seragam Dinas Rahasia di mana dia menjaga Clintons.

skandal gedung putih
Bekerja untuk Clintons: Dinas Rahasia melayani keluarga Clintons (digambarkan pada Hari Perjamuan) dengan ‘loyalitas buta’ dimana pasangan presiden tersebut manfaatkan untuk keuntungan mereka sendiri, seorang mantan perwira telah mengungkapkan.

Bukunya, “Secrets of the Secret Service: The History and Uncertain Future of the US Secret Service” (Rahasia Dinas Rahasia: Sejarah dan Masa Depan yang Tidak Pasti dari Dinas Rahasia AS) yang akan terbit bulan depan, melukiskan gambaran sebuah agen dalam krisis yang bisa menjadi bahaya bagi Presiden Trump.

Byrne menulis bahwa masalahnya berasal dari tahun 1990-an ketika keluarga Clintons berada di Gedung Putih.

Pembusukan tersebut dimulai karena mereka ‘terus-menerus berusaha untuk secara sistematis menghancurkan protocol-protokol yang menjamin perlindungan’, menempatkan Dinas Rahasia dalam posisi yang tidak mungkin.

Byrne menulis bahwa ‘agensi tersebut telah memutuskan untuk berbuat salah pada slide loyalitas buta dan itu hampir meruntuhkannya’.

Mengacu pada tanggung jawab Dinas Rahasia untuk menyelidiki pemalsuan uang, Byrne menulis: ‘Bagaimana penegak hukum menjaga integritasnya, katakanlah dalam menjaga pemalsuan, sementara tidak dapat disangkal telah memiliki integritas yang memalukan diri sendiri di dalam area perlindungan tersebut?’

Untuk sementara Dinas Rahasia telah melakukan ‘pekerjaan bagus’ untuk menjauhkan diri dari berbagai penyelidikan terhadap Clintons seperti kontroversi Whitewater, sebuah skandal di mana pasangan tersebut diselidiki atas usaha bisnis mereka yang gagal, kata Byrne.

Tapi tidak mungkin melakukan begitu dengan Chinagate, di mana pemerintah Tiongkok diduga menggunakan perusahaan shell untuk menyumbang kepada Demokrat untuk membeli barang Tiongkok agar diimpor ke AS.

Dinas Rahasia ‘dengan sengaja mengizinkan jenderal-jenderal Tiongkok, menyamar dengan pakaian sipil, untuk bertemu dengan petugas administrasi di Gedung Putih dan mencatatnya sebagai “tamu bisnis” atas permintaan pemerintah untuk menghindari transparansi’.

Agensi tersebut juga “dengan sengaja mengabaikan isi tas kertas para jenderal” yang dibawa ke pertemuan tersebut.

Gedung Putih Clinton kemudian akan dituduh menerima suap namun tanpa paper trail (bukti tertulis tentang aktivitas seseorang) sangat sulit untuk membuktikannya.

Buku Byrne sebelumnya, “Crisis of Character”, merupakan kecaman terhadap Clintons tersebut dan mengklaim bahwa Hillary sangat menuntut agar dia menggiring banyak agen Dinas Rahasia ke narkoba dan alkohol.

Hillary pernah melempar Alkitab ke agen menceritakan secara detai dan memukulnya di bagian belakang kepala, kata Byrne. Dia juga pernah memberi Bill mata hitam saat bertengkar, dia menulis di buku tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, Dinas Rahasia telah dipecat oleh skandal atas perbuatannya sendiri yang telah menimbulkan banyak pertanyaan mengenai kompetensinya.

Pada tahun 2008 seorang karyawan menyebabkan pelanggaran keamanan ‘sangat besar’ saat mereka meninggalkan kaset cadangan komputer di kereta api di Washington, D.C.

Skandal tersebut baru terungkap empat tahun kemudian di tahun 2012.

Pada tahun yang sama 12 agen diperiksa karena menggunakan para pelacur di Cartegena, Kolombia, pada saat kunjungan resmi Presiden Barack Obama, di hotel tempat dia menginap.

Delapan orang keluar dari jabatan mereka sementara yang lain dibebaskan dari ‘kesalahan yang serius’, mendorong Presiden tersebut untuk mencap mereka ‘orang-orang bodoh’.

Di tengah kejatuhan tersebut, mantan agen dan komentator Dinas Rahasia sepakat bahwa ini adalah skandal terburuk yang menimpa organisasi tersebut dalam beberapa dasawarsa.

Tahun lalu seorang penyusup berkeliaran di halaman Gedung Putih selama 15 menit meskipun alarmnya padam, karena Dinas Rahasia tersebut tidak dapat menemukannya.

Dan dalam sebuah perampokan terpisah dua agen Dinas Rahasia termasuk seorang anggota tinggi pribadi Presiden menceritakan panjang lebar membawa sebuah mobil ke barikade keamanan Gedung Putih setelah minum di pesta malam.

Pada bulan Januari seorang agen Dinas Rahasia senior di Denver menulis di Facebook bahwa dia tidak akan ‘mengambil peluru’ untuk Presiden Trump.

Kerry O’Grady, agen khusus yang bertanggung jawab atas distrik Dinas Rahasia Denver, mengatakan bahwa Presiden tersebut terpilih berikutnya adalah sebuah ‘bencana’. (Dailymail/ran)

“Secrets of the Secret Service: The History and Uncertain Future of the U.S. Secret Service” akan dirilis pada 2 Januari 2018

ErabaruNews