Pengusaha Taiwan Mengaku Dijadikan ‘Kambing Hitam’ dalam Kasus Penyelundupan Minyak ke Korut

Epochtimes.id- Seorang pengusaha Taiwan, Chen Shixian,  yang pada bulan Oktober tahun lalu menyewa sebuah kapal kargo untuk menyelundupkan minyak ke Korea Utara tetapi tertangkap pesawat tak berawak AS sedang memindahkan minyak ke kapal Korea Utara di laut lepas, berusaha bunuh diri dengan mengkonsumsi obat tidur berlebihan dalam rumahnya. Beruntung segera diketahui sehingga nyawanya dapat diselamatkan.

Chen yang kini sudah sehat kembali mengklaim bahwa dirinya dijadikan ‘kambing hitam’ dan dimanfaatkan untuk melakukan kejahatan oleh Tiongkok sehingga ingin membuktikannya dengan mati.

Chen Shixian bulan Oktober tahun lalu menyewa kapal Lighthouse Winmore milik perusahaan Tiongkok di Guangdong dan memasok 600 ton minyak ke kapal Korea Utara di laut lepas yang tertangkap kamera pesawat tak berawak milik AS. Chen kemudian diperiksa oleh Kejaksaan Taiwan.

Pada 19 Januari, Chen ditemukan bunuh diri dengan menelan sejumlah obat tidur beruntung tidak ada masalah serius setelah dilarikan ke rumah sakit untuk pertolongan pertama.

Ketika dia dipulangkan dari rumah sakit, terlihat sangat emosional hingga 3 kali menteriakkan dijadikan ‘kambing hitam’ oleh Tiongkok di depan beberapa repoter yang meliputnya.

Chen Shixian, penanggungjawab perusahaan yang bergerak dalam bidang perikanan Gao Yang mengatakan :  “Saya hanya diperalat Tiongkok, saya membuktikannya dengan kematian.”

Kepada Kejaksaan Taiwan Chen membenarkan bahwa ia telah menyewa sebuah kapal kargo untuk mengirim sejumlah minyak dalam drum ke sebuah kapal yang berada di laut lepas. Semua pembayaran dilakukan oleh seorang pedagang Guangdong Tiongkok bermarga Gong. Karena itu ia pikir bahwa minyak-minyak tersebut akan digunakan untuk kapal Tiongkok tersebut.

Kata Chen lebih lanjut : “Saya tidak mencari keuntungan besar, saya hanya mengambil 7 dolar untuk 1 ton minyak. Bagaimana saya bisa berbisnis dengan Korea Utara.”

Tang Hao, seorang editor senior untuk urusan internasional mengatakan bahwa, saat ini interaksi lintas selat sangat tinggi, sering ditemukan agen-agen spionase Tiongkok pergi ke Hongkong atau Taiwan untuk berbisnis dengan mereka. Namun pada kenyataannya menipu mereka untuk melakukan tindakan ilegal.

Para pelaksana belum tentu diinformasikan, tetapi begitu terjadi sesuatu, merekalah ‘kambing hitam’-nya.

Pemindahan minyak dari kapal ke kapal itu sah-sah saja. Namun kalau transaksinya berkaitan dengan Korea Utara. Itu masalah lain.

Sejak uji coba nuklir Korea Utara pada bulan September tahun lalu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa membatasi ekspor minyak ke Korea Utara sebagai sanksi.

Tahun lalu, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan tiga keputusan sanksi, menetapkan batas pasokan minyak untuk Korea Utara dan melarang Korea Utara mengekspor batubara, biji besi dan bahan tambang lainnya.

Namun ‘Wall Street Journal’ pada 19 Januari melaporkan bahwa citra satelit AS berhasil menangkap 6 kapal Tiongkok yang sedang membantu kapal Korea Utara untuk mengirim batubara ke Vietnam dan Rusia. Juga tertangkap memindahkan minyak yang hendak dikirim ke Korea Utara.

Orang dalam mengatakan bahwa sebenarnya Beijing memiliki banyak saluran yang dapat digunakan untuk mengendalikan industri perkapalan negara ini. Tergantung bagaimana sikap Beijing sejauh mana ia ingin benar-benar menghalangi penyelundupan maritim ke Korea Utara.

Mantan nahkoda sebuah kapal asal Dalian, Niaoning bernama Sun Lucao mengatakan bahwa Jika seorang nahkoda mengetahui masalah dan tetap melakukan hal yang melanggar hukum, maka sertifikatnya akan dicabut.

Ini adalah cara kontrol yang relatif besar agar perbuatan itu tidak berlanjut. Kalau otoritas benar-benar mau menanganinya, rasanya tidak akan menemui kesulitan.

Pada bulan September tahun lalu, AS menghendaki DK-PBB menyetujui usulan untuk menggunakan cara paksa dalam melakukan pemeriksaan terhadap kapal-kapal yang dicurigai membawa kargo larangan dari dan ke Korea Utara. namun Tiongkok dan Rusia menggunakan hak vetonya untuk menolak usulan tersebut.

Sejak saat itu, Amerika Serikat telah sering menemukan terjadinya penyelundupan lewat kapal-kapal Tiongkok dan Rusia. Sekarang AS mengajak ke 18 negara aliansi termasuk Korea Selatan dan Jepang untuk bersama-sama menerapkan blokade maritim kepada Korea Utara.

Mungkin cara terbaik untuk benar-benar menerapkan secara ketat resolusi PBB adalah menggunakan blokade maritim supaya ekonomi Korea Utara kehilangan kemampuan untuk mengembangkan program senjata nuklir dan rudal.

Meskipun Korea Utara mengklaim bahwa langkah tersebut tidak berbeda dengan sebuah deklarasi perang. Tetapi para pakar tetap percaya bahwa blokade maritim adalah cara damai untuk menyelesaikan isu nuklir Korea Utara. (Sinatra/asr)

Sumber : NTDTV.com