Penutupan Pemerintah Amerika Berakhir Setelah Senat Sepakati Anggaran Sementara

EpochTimesId – Senat Amerika Serikat mencapai kesepakatan yang akan membuat penutupan sebagian layanan pemerintah atau Shut Down berakhir. Shut Down sendiri sudah berlangsung selama tiga hari, setelah Demokrat ngotot mengajukan anggaran untuk perlindungan imigran gelap. Sementara partai Republik menolak mentah-mentah.

Senat pada Senin (22/1/2018) waktu setempat menyetujui untuk meloloskan tagihan pendanaan jangka pendek. Dengan harapan, pemerintah tetap buka sampai 8 Februari 2018. Pemungutan suara berakhir dengan perolehan suara 81-18.

Pemimpin Senat menargetkan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat terkait masalah imigrasi ilegal dalam tiga minggu. Inti dari perbedaan pendapat itu adalah progran DACA atau Tindakan Tangguhan untuk Kedatangan Anak, yaitu imigran ilegal yang masuk ke Amerika ketika masih berstatus anak-anak dan remaja.

“Saya pikir bahwa kita telah mempelajari banyak hal selama proses ini,” ujar Pemimpin Mayoritas Senat AS, Mitch McConnell setelah pemungutan suara, “Ini adalah langkah untuk mengatasi shut down karena masalah imigrasi ilegal. Ini adalah sesuatu yang orang Amerika tidak mengerti, dan tidak akan pernah mengerti di masa depan.”

“Jadi saya senang kita bisa melewatinya dan kini kita memiliki kesempatan untuk kembali bekerja,” sambungnya.

Kedua belah pihak gagal mencapai kesepakatan mengenai keamanan imigrasi dan perbatasan. Pada hari Jumat, 19 Januari 2018, beberapa jam sebelum tenggat waktu. Demokrat di Senat memblokir jalannya RUU pendanaan jangka pendek, yang menyebabkan penutupan pemerintah pada tengah malam.

Sebagai prasyarat untuk mendukung kesepakatan anggaran, Demokrat mendorong solusi permanen bagi penerima DACA. DACA adalah hal utama dalam negosiasi.

DACA diperkenalkan melalui sebuah perintah eksekutif oleh Presiden Barack Obama pada tahun 2012, sebagai tindakan sementara. Kebijakan itu memberi penerima izin kerja dua tahun yang dapat diperbaharui, dan imunitas deportasi.

Peserta program DACA tersebut mencapai hampir 800.000 individu, yang dijuluki ‘Dreamers’ atau ‘Pemimpi’. Mereka secara ilegal dibawa masuk ke AS oleh orang tua mereka ketika masih anak-anak anak-anak.

Sementara itu, Trump menuntut sebuah tembok di sepanjang perbatasan AS-Mexico sebagai bagian dari kesepakatan imigrasi. Sikap politik yang benar-benar bertentangan antara dua partai yang ada di Amerika ini membuat kedua kubu seringkali mentok dalam bernegosiasi. (waa)