Fenomena ‘Jari Es Kematian’ Bawah Laut

Sebuah fenomena bawah laut yang aneh di Antartika telah tertangkap kamera. Namun, diperingatkan, fenomena menakjubkan tersebut menyembunyikan rahasia yang mematikan. Dengan kamera-kamera time lapse, Hugh Miller dan Doug Anderson, untuk pertama kalinya, mampu mencatat kejadian alam langka yang dijuluki “Jari Es Kematian.”

Tiang es yang berputar mengarah ke dasar laut, di mana bintang laut dan kehidupan laut tersebar. Seiring spiral es yang berputar tersebut muncul, sangat berbahaya, membeku dan membunuh segala sesuatu yang ada di sekitarnya begitu menyentuh dasar laut, maka dinamakan “Jari Es Kematian.”

Fenomena es disebabkan oleh air asin dingin (es air asin) yang tenggelam, yang lebih padat daripada air laut sekitarnya. Ia membentuk stalaktit es panjang sejak ia kontak dengan air hangat di bawah permukaan membuat formasi seperti jari yang tumbuh di bawah es laut.

Dimana tabung es dari “Jari Es Kematian” menyentuh dasar laut, jaringan es terbentuk dan membekukan semua yang disentuhnya, termasuk bulu babi dan bintang laut. Sementara para ilmuwan sudah sadar akan fenomena tersebut, ternyata jarang sekali diamati secara real time.

Itu hanya terjadi pada kondisi-kondisi tertentu di Wilayah Kutub Bumi di bawah balok es laut terapung. Hugh Miller menyiapkan peralatan selang waktu dengan harapan bisa memotret stalaktit-stalaktit es yang tumbuh di bawah gumpalan es air laut yang sangat dingin tersebut, di Little Razorback Island, dekat Kepulauan Ross Antartika, mengatakan kepada BBC Nature.

“Ketika kami menjelajahi sekitar pulau itu, kami menemukan sebuah daerah yang sebelumnya telah ada tiga atau empat [stalaktit es] lebih dulu, dan ada satu hal yang benar-benar terjadi.”

Miller ingat bahwa dia telah memperhatikan suhu sehingga dia bisa kembali ke daerah itu begitu kondisi yang sama muncul.

“Itu adalah sedikit perlombaan melawan waktu karena tidak ada yang benar-benar tahu seberapa cepat mereka terbentuk.

“Yang kita lihat seminggu sebelumnya sudah semakin panjang di depan mata kita … semuanya hanya butuh waktu lima, enam jam,” ungkapnya. (ran)

ErabaruNews