Mengapa Xi Jinping Tidak Memiliki Orang Yang Dipercaya?

Xia Xiaoqiang

Saat digelarnya Rapat Ganda (Liang Hui) PKT, tangan kanan Xi Jinping yang membantunya memberantas korupsi yakni Wang Qishan telah dipastikan menjabat sebagai Wakil Kepala Negara dan tetap menempati posisi pusat kekuasaan tingkat tinggi PKT. Dengan hasil seperti ini, menandakan bahwa perang menyingkirkan Wang Qishan dengan jalan Pengungkapan “Skandal Wang” yang dilakukan kubu Jing Zemin melalui media luar negeri sejak sebelum Kongres Nasional ke-19 PKT telah gagal.

Kongres Nasional ke 19 PKT berakhir di tengah kabut pertikaian kekuasaan yang sengit, Wang Qishan tidak bisa bertahan pada posisi Anggota Tetap Komisi Politbiro. Dukungan dan tangan besi Wang Qishan dalam memberantas korupsi, membuatnya berperan sangat penting bagi inti PKT.

Xi Jinping dengan cara berputar dan berkelok mempertahankan Wang Qishan, ini menunjukkan Xi Jinping dan Wang Qishan telah bertekad untuk terus bahu membahu dan bekerjasama dalam politik.

Namun dari dipertahankannya Wang Qishan oleh Xi Jinping juga bisa dilihat betapa Xi sangat kesulitan dalam hal orang kepercayaan yang bisa digunakan, di sisi Xi Jinping hampir tidak ada orang yang bisa dipercaya.

Walaupun pada Kongres Nasional ke-19 PKT, terbentuknya Anggota Komisi Politbiro yang baru telah mengubah peta kekuatan politik dengan menggeser dominasi kubu Jiang Zemin pada Komisi Politbiro, namun sejumlah nama yang menjabat sebagai Anggota Politbiro semuanya adalah bekas bawahan, teman sekelas dan orang sekampung Xi Jinping.

Mayoritas masih kurang berpengalaman, keburu dipromosikan ke posisi Komisi Politbiro dengan naik dua tingkatan dari anggota Komisi Cadangan Pusat Angkatan ke-18, bahkan Cai Qi naik tiga tingkatan sekaligus.

(WANG ZHAO/AFP/Getty Images)

Oleh karena itu orang-orang ini masih kurang pengalaman di jabatan tingkat tinggi dan sulit mengemban misi berat, contoh kasus Sekkota Beijing Cai Qi saat baru menjabat memelopori gebrakan tangan besi yang memicu kemarahan banyak pihak, ini cukup membuktikan kekhawatiran tersebut.

Selama lebih lima tahun Xi Jinping menjabat, pihak pemerintah berulang kali menyebutkan bahwa pemberantasan korupsi masih di tengah jalan, sampai saat ini Xi Jinping masih dikepung banyak musuh politiknya, hampir pada posisi tidak ada seorang pun bisa dipercaya. Mengapa demikian? Penyebabnya ada tiga hal.

Pertama, saat sebelum masuk ke lingkar kepemimpinan pusat dan masih menjabat di daerah, Xi Jinping sangat low profile dan tidak berniat menjalin kekuatan kelompoknya sendiri, oleh karena itu saat masuk ke jajaran petinggi pusat, ia tidak memiliki tim yang mendukung kekuasaan politiknya.

Kedua, saat ini pejabat RRT sangat korup, hampir tidak ada seorang pun pejabat yang tidak korup. Kebobrokan institusional berskala besar di RRT ini dimulai setelah Jiang Zemin menjabat, selama dua puluh tahun lebih kubu Jiang menguasai pemerintahan, persekongkolan antara penguasa dan pengusaha adalah salah satu inti dari model pengembangan ekonomi setelah Jiang Zemin berkuasa.

Demi mengukuhkan kekuasaannya, Jiang Zemin membiarkan korupsi merajalela, kebijakan kelonggaran korupsi oleh Jiang Zemin ini telah membuat banyak pejabat PKT dari berbagai tingkatan terkonsentrasi di sekitar Jiang, membiarkan para pejabat korup sebagai imbalan atas dukungan mereka dalam hal politik. Terutama banyak pejabat kepercayaan Jiang Zemin yang menduduki posisi tinggi PKT, termasuk keluarga mereka pun ikut menjadi kaya raya.

Sejak zaman kekuasaan Jiang Zemin, korupsi bahkan telah menjadi bukti pengabdian untuk mendapatkan promosi, pejabat yang bersih justru menjadi target untuk disingkirkan.

Jiang Zemin membawa partai komunis ke era yang paling sesat dan jahat, dalam tempo sangat singkat institusi korup Jiang Zemin ini telah membusukkan kalangan pejabat RRT secara tuntas menghancurkan moral dasar yang seharusnya dimiliki sebuah partai politik.

Kebijakan korupsi berjemaah ini dengan cepat membuat puluhan ribu pejabat PKT menjadi ekstrim korup, korup yang bersifat institusional, sistemik dan terang-terangan, serta membentuk komplotan pro Jiang yang terdiri dari banyak pejabat korup dari partai, pemerintahan, juga militer, kekuasaan politik RRT mengarah menuju era paling gelap dan paling korup sepanjang sejarah.

Pada 11 Maret 2018, Kongres Nasional Rakyat Partai Komunis Tiongkok melakukan pungutan suara untuk menentukan ya tidaknya revisi Konstitusi dilakukan. Gambar menunjukkan Xi Jinping sedang memberikan hak suaranya. (WANG ZHAO / AFP / Getty Images)

Lebih parah lagi adalah, untuk terus menindas Falun Gong dan tidak kehilangan kekuasaannya, Jiang Zemin terus menggunakan kriteria merekrut “bersalah maka bisa dipakai”. Hanya orang-orang yang ikut terlibat menindas Falun Gong dan secara langsung bertanggung jawab dalam penganiayaan berdarah tersebut, Jiang baru bisa lega.

Kini, Xi Jinping menghadapi pejabat dari berbagai tingkatan di kalangan pejabat PKT, Xi tidak bisa percaya sepenuhnya pada mereka.

Ketiga, setelah PKT menghancurkan kebudayaan tradisional dan moral bangsa Tiongkok, mayoritas warga Tiongkok sudah tidak memiliki agama kepercayaan yang benar dan norma etika tradisional lagi, bagi teori sesat paham komunis, terutama rakyat Tiongkok termasuk para pejabat PKT, juga hampir tidak ada seorang pun yang di lubuk hatinya benar-benar beriman.

Oleh karena itu, kepentingan, hampir telah menjadi satu-satunya motivasi para pejabat PKT untuk tetap bertahan dan berupaya di tengah kalangan pejabat.

Dalam surat seorang pejabat korup mantan Biro Pembangunan Infrastruktur Provinsi Jiangsu yang ditangkap gara-gara menerima suap sebesar RMB 20 juta (Rp 43, 4 miliar) bernama Xu Qiyao kepada putranya diungkapkan: “Apa tujuan menjadi pejabat? Demi kepentingan. Harus meraup sebanyak mungkin keuntungan tanpa Lelah. Ada yang mengatakannya korupsi. Kau tidak hanya harus menjadikan meraup keuntungan sebagai tujuan menjadi pejabat, kau harus menjadikannya sebagai satu-satunya tujuan.”

Dari dinasti ke dinasti di Tiongkok, elemen utama untuk mempertahankan stabilitas sistem birokrasi beroperasi, adalah semua pejabatnya menjalankan konsep moralitas dalam kebudayaan tradisional Konfusius, termasuk “kebajikan, kesetiaan, tata krama, kebijaksanaan, kepercayaan” dan lain sebagainya.

Dalam sejarah Tiongkok banyak tokoh ksatria yang setia, seperti Panglima Yue Fei (1103-1142. Jendral terkenal dari Dinasti Song. Ia adalah jendral utama dalam pengembalian daerah yang direbut Dinasti Jin di bawah Kaisar Song Gaozong) yang setia mengabdi pada negara, menjadi teladan bagi generasi berikutnya.

Di zaman modern ini ada yang mengartikan kesetiaan Panglima Yue Fei sebagai loyalitas yang bodoh, sebenarnya Yue Fei tidak hanya setia bagi kaisarnya, tapi juga keteguhannya pada moral dan etika tradisional Tionghoa, oleh karena itu Yue Fei adalah pahlawan abadi yang dihormati generasi setelahnya sampai saat ini.

Pejabat di bawah pemerintahan PKT rata-rata telah kehilangan konsep etika dan moral tradisional Tiongkok, mereka sudah tidak layak mengemban tanggung jawab besar sebagai pejabat negara, sistem PKT juga terus menerus menciptakan pejabat seperti itu. Seperti sebuah tubuh yang telah digerogoti kanker stadium akhir, sel kanker dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh menggerogoti sel normal yang sudah tidak banyak tersisa. (SUD/WHS/asr)