Muncul Suara Berbeda di Beijing Hadapi Perang Dagang Amerika

EpochTimesId – Otoritas Beijing mengancam akan menerapkan tindakan balasan terhadap Amerika. Ancaman balasan dikeluarkan setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan akan mengenakan tarif 60 miliar Dollar AS atas komoditas impor dari Tiongkok.

Dunia luar memperhatikan bahwa belakangan ini sudah terjalin komunikasi antar kedua negara tersebut untuk sama-sama mengatasi persoalan. Namun ada juga kabar bahwa muncul suara berbeda di kalangan pejabat Beijing.

Presiden Trump ketika mengeluarkan tarif hukuman bagi komoditas impor asal Tiongkok menekankan bahwa akan menerapkan tindakan yang bersifat timbal balik.
“Negara lain memungut pajak dari kita, jadi kita juga akan memungut pajak senilai yang mereka pungut,” ujar Trump.

Pernyataan tersebut menyebabkan sensasi di masyarakat internasional. Selanjutnya, tersiar berita bahwa Kementerian Perdagangan Tiongkok menyatakan bahwa pemerintah Tiongkok tidak takut untuk perang dagang dengan AS.

Beijing juga sempat mengklaim tindakan pembalasan. Mereka mengancam akan memungut tarif hukuman sebesar 3 miliar dolar AS atas komoditas impor dari Amerika.

Sebuah artikel komentar yang dimuat oleh media ‘Hongkong Economic Times’ menyebutkan bahwa terdapat suara yang berbeda di lingkungan pejabat Beijing dalam menghadapi perang dagang. Suara-suara itu mengandung peringatan yang berbeda.

Suara pertama yakni tidak ada negara yang akan keluar sebagai pemenang dalam perang dagang. Semua adalah pecundang. Selain itu, begitu perang berkobar, tak hanya perdagangan barang dan jasa yang berperang, tetapi akan melibatkan perang mata uang dan keuangan. Belum lagi ‘api’ akan menyebar ke sektor ekonomi lainnya.

Artikel menunjukkan, pejabat tinggi berwenang di Beijing telah mengambil tindakan sangat hati-hati untuk mengatasi masalah yang timbul. Forum Diskusi Tahunan 2018 tentang Pembangunan Tiongkok yang diadakan baru-baru ini telah menjadi platform penting.

Video Pilihan Erabaru Chanel ;

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Pernyataan yang dibuat oleh gubernur bank sentral yang baru diangkat dan menteri keuangan baru Tiongkok dalam pertemuan tahunan tersebut dapat mewakili kehati-hatian otoritas.

Pertemuan tahunan mengundang sejumlah besar tamu asing, termasuk para eksekutif senior dari perusahaan global utama, serta mantan pejabat pemerintah AS. Tim keuangan Tiongkok dan tim kerja untuk urusan Amerika Serikat yang baru dibentuk, termasuk Wakil Ketua Partai Komunis Tiongkok yang baru diangkat, Wang Qishan, semuanya telah dimobilisasi untuk menghadiri forum.

Beberapa hari yang lalu, media resmi Tiongkok melaporkan bahwa Liu He dan Menteri Keuangan AS berbicara melalui sambungan telepon. Keduanya sepakat untuk terus mempertahankan komunikasi.

Wakil Presiden Amerika Serikat baru-baru ini menyatakan bahwa langkah-langkah baru AS pada perpajakan produk impor dari Tiongkok telah menunjukkan bahwa era ekonomi tunduk bagi AS telah berakhir. Ross, Menteri Perdagangan AS mengatakan bahwa masalah yang relevan pada akhirnya akan dinegosiasikan.

Kritikus Zhang Jiadun dalam penulisannya menyebutkan, Amerika mungkin akan mempecundangi Tiongkok dan tertawa hingga akhir. Alasannya adalah, pertama, Tiongkok akan semakin tergantung pada pasar AS.

Kedua, skup ekonomi AS jauh lebih besar daripada ekonomi Tiongkok. Ketiga, ekonomi AS cukup stabil, sementara ekonomi Tiongkok berada di tepi krisis hutang.

Keempat, kenaikan tarif tekstil dan pakaian jadi Tiongkok tidak akan meningkatkan biaya hidup di Amerika Serikat.

Kelima, pendorong utama pertumbuhan ekonomi Tiongkok bukanlah konsumsi tetapi investasi. Keenam, penolakan untuk membeli produk AS di Tiongkok tidak akan memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian Amerika Serikat.

Menurut Zhang Jiadun, selama beberapa dekade terakhir, para pemimpin Partai Komunis Tiongkok telah menetapkan legitimasi pemerintahan mereka atas dasar memberikan kemakmuran ekonomi.

Perang dagang tidak hanya akan mengancam ekonomi Tiongkok tetapi juga akan mengancam sistem politik Partai Komunis. Ini yang akan membuat para pemimpin Partai Komunis Tiongkok tidak berani melancarkan aksi pembalasan. (Fang Xiao/ET/Sinatra/waa)