Sanksi Kepada Huawei Berdampak pada Kambuhnya Bersama ‘Tiga Penyakit Berat’ Tiongkok

oleh Zhang Ting

Pekan lalu, sejumlah media AS mengungkapkan bahwa perusahaan telekomunikasi raksasa Tiongkok Huawei sedang menghadapi penyelidikan oleh Departemen Kehakiman AS karena dicurigai melanggar sanksi ekspor AS terhadap Iran.

Berita tersebut membuat Huawei sekali lagi menjadi pusat perhatian dan pembicaraan publik global.

Para ahli di industri telekomunikasi percaya bahwa jika Huawei sampai terbukti bersalah dan dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat, maka hal itu akan berdampak pada kambuhnya bersama ‘tiga penyakit berat’ Tongkok komunis.

Awal bulan April, ZTE Corporation, perusahaan telkom Tiongkok lainnya telah menyampaikan berita bohong terkait isu melanggar larangan ekspor AS dan perjanjian penyelesaian, sehingga terkena sanksi Departemen Perdagangan AS. Hal mana menimbulkan spekulasi masyarakat tentang suramnya masa depan yang bakal dihadapi Huawei.

Pekan lalu, Wall Street Journal mengutip ucapan sumber yang paham dengan masalah memberitakan bahwa, Departemen Kehakiman AS telah meluncurkan penyidikan baru terhadap Huawei untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut terlibat pelanggaran sanksi ekspor AS terhadap Iran.

Asia Times pada 30 April mengutip ucapan Earl Lum, ketua EJL Wireless Research, sebuah organisasi riset pasar dan pakar rantai pasokan industri telekomunikasi menyebutkan, jika Huawei terbukti bersalah karena melanggar sanksi ekspor AS terhadap Iran, dampak buruknya akan jauh lebih berat daripada ZTE.

Earl Lum : Sanksi kepada Huawei bisa berdampak pada kambuhnya bersama ‘tiga penyakit berat’ Tiongkok komunis

Lum dalam pesan yang ia posting di LinkedIn menyebutkan bahwa sanksi AS mungkin memiliki dampak besar pada perusahaan Huawei dan pemerintah Tiongkok.

Efek domino akibat sanksi yang diberikan kepada Huawei akan berdampak sedikitnya 10 kali lipat lebih buruk daripada sanksi yang diterima ZTE.

Huawei saat ini adalah produsen smartphone terbesar ketiga di dunia, kedua setelah Apple dan Samsung. New York Times melaporkan bahwa Huawei telah menjadi salah satu simbol utama ambisi ilmiah dan teknologi global pemerintah Tiongkok.

Empat orang sumber memberitakan kepada South China Morning Post bahwa Huawei saat ini sedang berencana untuk meluncurkan sistem operasi (OS) sendiri.

Menurut Gartner, sebuah perusahaan riset dan konsultan AS bahwa, hal ini akan membantu Huawei untuk mematahkan belenggu sistem operasi Android Google dan Apple iOS yang telah menyumbang 99,9% dari pasar global.

Namun, ini tidak menyelesaikan larangan Amerika Serikat pada penjualan komponen kunci seperti microchip ke Huawei. Dan ini juga akan menghentikan ambisi ekspansi global perusahaan raksasa teknologi ini.

Earl Lum mengatakan, jika Huawei juga terkena sanksi berupa larangan membeli komponen telkom dari Amerika Serikat sebagaimana ZTE, maka dampak buruknya terhadap pemerintah Tiongkok dapat diibaratkan seperti ‘penyakit stroke, serangan jantung dan gagal jantung’ yang muncul pada waktu bersamaan.

Wall Street Journal pekan lalu melaporkan bahwa Huawei telah mempersempit operasional perusahaannya di Amerika Serikat. Pasar Huawei di AS mungkin juga dapat terancam akibat pengusutan oleh Departemen Kehakiman AS ini.

Pada saat yang sama, langkah ini juga dapat membawa reaksi berantai, yang mempengaruhi operasi luar negeri Huawei di area yang lebih luas, terutama pasar Eropa. Setelah Washington ‘mengambil pusing’ dengan Huawei, beberapa negara sekutu AS bisa jadi lebih berhati-hati terhadap Huawei.

Kasus ZTE adalah contoh yang patut disimak. Setelah Departemen Perdagangan AS mengumumkan putusan yang melarang perusahaan AS menjual teknologi elektronik dan komponen kepada ZTE selama waktu tujuh tahun, pejabat cyber security Inggris memperingatkan operator telepon Inggris agar tetap waspada dengan komunikasi dan layanan ZTE.

Taiwan juga mengikuti jejak AS, memasukkan perusahaan ZTE dan ZTE Kangxun dalam daftar target kontrol ekspor perangkat lunak dan komponen strategis Taiwan melalui Kementerian Urusan Ekonomi Taiwan baru-baru ini.

Dunia luar percaya, jika Huawei yang memiliki skop usaha lebih besar dari ZTE juga terkena sanksi AS, kemungkinan akan memicu reaksi berantai secara global. Setidaknya sejumlah media sedang ramai memberikan komentar mengenai hal ini.

New York Times baru-baru ini memberitakan, kepala eksekutif dari operator nirkabel terkemuka di Korea Selatan pada bulan lalu memberitahu The Korea Herald bahwa perusahaan tidak yakin apakah akan menggunakan teknologi generasi kelima dari Huawei.

Pada 13 Februari tahun ini, dalam sebuah acara dengar pendapat di komite intelijen Senat AS, kepala dari keenam badan intelijen, termasuk CIA dan FBI menyatakan keprihatinan tentang risiko keamanan dari smartphone Huawei atau ZTE.

Tiga mantan kepala badan keamanan nasional utama Kanada mendesak pemerintah federal untuk memperhatikan peringatan dari badan-badan intelijen AS dan memutus hubungan Kanada dengan Huawei.

Mengapa Huawei begitu penting bagi Tiongkok komunis ?

Dalam beberapa tahun terakhir, kehadiran Huawei terus diragukan oleh banyak negara dan wilayah di seluruh dunia. Ia dituduh mengumpulkan informasi asing untuk Partai Komunis Tiongkok.

Ren Zhengfei, pendiri Huawei pernah bekerja sebagai tenaga ahli di militer (Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok). Dia telah dituduh sebagai ‘salah satu tangan’ Partai Komunis Tiongkok.

Badan Intelijen Pusat AS (CIA) dalam sebuah laporan investigasi publik pada bulan Oktober 2011 mengungkapkan bahwa selama tiga tahun terakhir, Huawei telah menerima hampir 250 juta dolar AS suntikan dana dukungan dari pemerintah Tiongkok untuk menyediakan layanan intelijen bagi Tiongkok komunis. Laporan itu mengatakan bahwa perusahaan telekomunikasi terbesar Tiongkok, Huawei itu mirip dengan badan intelijen KGB Soviet.

Laporan Komite Intelijen Dewan Perwakilan AS tahun 2012 kembali memicu kekhawatiran Washington tentang status Huawei yang dikatakan sebagai mata-mata pemerintah Tiongkok. Laporan itu memperingatkan bahwa Huawei menyediakan layanan jaringan khusus untuk lembaga-lembaga perang cyber elit dari militer Tiongkok. Peralatan Huawei mungkin digunakan untuk memantau warga Amerika atau membuat stabilitas jaringan telekomunikasi AS terganggu.

Komisi Komunikasi Federal AS (FCC) pada 17 April tahun ini mengeluarkan putusan yang melarang perusahaan komunikasi seluler AS yang mempeoleh subsidi pemerintah federal untuk membeli peralatan telekomunikasi apa pun yang diproduksi perusahaan Tiongkok.

Wall Street Journal percaya bahwa langkah ini akan mempengaruhi perusahaan telkom Tiongkok seperti Huawei dan ZTE.

Para pejabat keamanan AS mengatakan bahwa penggunaan produk-produk Huawei dan teknologi 5G mereka akan memberi kesempatan kepada pemerintah Tiongkok untuk melakukan kegiatan spionase jarak jauh, dengan sengaja memodifikasi atau mencuri informasi, dan bahkan mematikan sistem terkait.

Pemerintah Australia telah melarang Huawei berpartisipasi dalam tender untuk proyek Jaringan Broadband Nasional Australia (NBN) atas saran dari badan intelijen mereka. Belum lama ini, pemerintah Australia juga mengambil alih pembangunan awal kabel Internet bawah laut yang direncanakan antara Kepulauan Solomon dan Australia untuk mencegah Huawei berpartisipasi dalam proyek ini sebagai afiliasi.

Masyarakat luar percaya bahwa Huawei sebagai lembaga penting Tiongkok di luar negeri, jika ekspansi pasar global mereka terganggu atau terblokir, maka itu akan menjadi pukulan telak bagi pemerintah Tiongkok. (Sinatra/asr)